15

2.5K 265 11
                                    

Dimitri duduk di tepi ranjang memainkan ponselnya ketika Jonathan kembali, terlihat pada wajahnya yang gelap dan tidak bersemangat. Seseorang di sana dengan enggan menatap seakan tidak terjadi apa-apa, sehingga kecurigaan tidak akan pernah mengarah kepadanya.

"Kapan kau akan pergi?" Jonathan duduk di kursi dekat meja dengan tangan terlipat satu sama lain, matanya terpancar kesenduan yang dipendam, bahkan terlihat oleh Dimitri jika Jonathan menjadi tidak berekspresi.

"Kau sedang mengusirku?" tanya Dimitri tanpa penekanan yang berarti.

Jonathan mengembuskan nafas berat, seperti melepaskan beban yang ditanggungnya, "Jika tidak ada yang kau kerjakan di sini, lebih baik kau pulang saja." Ia menjadi lebih sensitif, "Aku sedang tidak ingin melihat wajahmu yang menyebalkan."

Kata-kata yang menyakitkan namun sedikit menggelitik di hati Dimitri, ia sama sekali tidak menjadi marah, sebaliknya senyuman yang menghiasi wajahnya, "Ayo, kita pergi."

Jonathan merajut alis, membuat lipatan-lipatan di sekitar dahi, "Bukankah sudah kukatakan jika aku tidak ingin bersamamu? Aku hanya ingin sendiri saat ini, kau bisa meninggalkanku, bukan?"

"Kau tahu jika dirimu adalah yang paling buruk untuk menyembunyikan suasana hati? Aku sangat memahami, maka dari itu lebih baik kau ikut denganku."

Jonathan tidak menjawab, membuat Dimitri menjadi gatal untuk lebih agresif. Pada akhirnya laki-laki itu menyeret Jonathan untuk berganti pakaian.

"Apa harus memakaikan pakaian ini padamu?" tanya Dimitri dengan bernafsu tinggi.

Jonathan melotot seketika, ia mendorong Dimitri keluar dari kamarnya, "Tunggu di luar, kau sesat!"

Dimitri hanya tertawa melihat wajah Jonathan yang menjadi berwarna merah tanpa dirinya sadari.

Pada saat itu langit sudah berubah menjadi sedikit gelap dengan matahari yang akan tenggelam, malam sebentar lagi akan datang. Keduanya duduk di dalam mobil mewah Dimitri itu hingga Jonathan tidak berhenti mengagumi.

"Aku sudah beberapa kali menaiki ini, tetapi mengapa aku selalu terkagum dengannya?"

"Kau hanya kagum dengan pemiliknya," Dimitri mengedipkan sebelah mata ke arah Jonathan membuat laki-laki itu mencibir.

"Kau bodoh hingga tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya," ucap Jonathan.

Dimitri melihat dengan ekor matanya, "Aku bisa memberikan salah satu dari jenis ini untukmu."

Jonathan sedikit terganggu dengan sikap Dimitri yang menjadi angkuh, "Aku tidak sedang berbicara jika aku ingin salah satunya." Ia berubah sengit, "Jangan sombong!"

"Hei, jangan membuat itu terlalu serius, oke?" Dimitri mengetuk pelan kemudi dengan jarinya, menenangkan hatinya sendiri yang begitu bergetar saat seseorang di sebelahnya menjadi lebih menggemaskan.

Jonathan merasa bersalah untuk beberapa saat, hingga pikirannya mengarah pada hal lain, ia berbicara dengan nada yang berbeda. "Ke mana kita akan pergi?"

"Bertemu dengan Noel dan Leo. Aku sudah pernah memberitahukan tentang mereka, bukan?"

Jonathan mengangguk, ia sedang berpikir jika kedua orang itu pastilah memiliki gaya hidup yang tidak jauh berbeda dengan Dimitri, membuat harga dirinya sedikit terganggu.

Dimitri sangat tahu apa yang sedang menjadi kesusahan seseorang di sana, ia melengkungkan sudut bibirnya ke atas, menandakan semua akan baik-baik saja.

Saat mobil mereka sudah terparkir di depan sebuah bar mewah, suara berdentum dan berisik segera menyambut mereka. Jonathan hanyalah seorang yang seumur hidupnya tidak pernah mendatangi tempat seperti ini, sehingga membuatnya sedikit asing.

Lascivious • I [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang