Hari Sabtu ini, Jonathan masih saja sibuk bekerja, bahkan ketika Dimitri ingin bermalas-malasan seraya memeluk tubuh ramping Jonathan, ia tidak dapat melakukannya. Jonathan sudah seperti seorang istri yang kehilangan nafsu dengan suaminya, sehingga di mana Dimitri akan memeluk, secepat itu pula untuk memberontak.
"Lepaskan, aku harus bekerja."
"Mengapa harus? Kau dapat bersantai di rumah, tidak perlu bekerja. Duduk dan nikmati saja uangku."
Jonathan tidak sabar untuk mendecih, "Uangmu? Bukankah itu milik ayahmu?"
Sesungguhnya Jonathan hanya bermaksud untuk menggoda sedikit, tetapi Dimitri menjadi berwajah masam dan mengerutkan dahi. Ia membuang muka kemudian berlalu pergi.
Ada apa dengan dia? Jonathan hanya berbicara dalam hati. Ia melanjutkan lagi, "Hari ini aku bekerja setengah hari, aku akan pulang setelah jam makan siang."
Laki-laki putih itu pergi dan tidak menunggu respon Dimitri, karena ia juga tak berharap untuk dibalas.
Karena bergerak di bidang pariwisata, sudah semestinya firma milik Anthony akan selalu buka di akhir pekan. Jonathan belum ditugaskan untuk menjadi salah satu pemandu wisata, sehingga ia hanya bekerja di balik layar, memperhatikan progres dari layanan pariwisata yang mereka kembangkan.
Anthony berpikir jika Jonathan harus banyak melihat dan belajar, sebelum benar-benar terjun untuk memandu para wisatawan; terlebih firma Anthony sangat terkenal di kalangan para pebisnis kelas atas yang ingin mendapatkan layanan eksklusif. Sungguh tidak akan menolerir satu atau bahkan lebih kecacatan.
Karena sibuk bekerja, Jonathan tidak lagi memperhatikan Dimitri dengan saksama, seolah dirinya hanya berfokus dengan apa yang sedang dikerjakan. Dia berpikir bahwa Dimitri seharusnya mengerti akan dirinya, Jonathan bukan terlahir sebagai orang kaya, maka dia perlu berusaha keras untuk menghidupi dirinya sendiri.
Dia laki-laki, maka sudah sepantasnya untuk bekerja dan tidak bergantung dengan orang lain. Setidaknya itu yang menjadi prinsip hidup Jonathan.
Namun, jelas bahwa Dimitri tidak akan memiliki pemikiran yang sama, bagi dia Jonathan adalah miliknya, maka mendapatkan bagian atas kekayaannya adalah hal yang wajar. Ditambah satu hal yang selalu membayang-bayangi dan menjadi sebuah ketakutan yaitu Irene. Bahwa Jonathan akan jatuh cinta dengan Irene, atau jika tidak dia akan terus mengejarnya hingga Jonathan bertekuk lutut atasnya.
Bagaimanapun juga Dimitri dan Jonathan bukanlah homoseksual sejak awal, mereka hanya terjebak dalam situasi di mana ketertarikan antara satu dengan yang lain; tidak ada yang mengubah keduanya. Kembali menyukai perempuan bukanlah hal yang sulit jika mereka ingin.
Dimitri hanya menyukai Jonathan, ia benar-benar tertarik secara visual dan seksual dengan orang itu. Tidak ada lagi laki-laki ataupun perempuan yang bisa merebut hatinya. Dan jangan menjadi lupa jika Jonathan hanya menjadi objek, dia juga bukan kaum seperti itu. Mendapati dirinya disukai oleh laki-laki menawan seperti Dimitri bukanlah hal yang wajar, namun itu kenyataannya; lambat-laun perasaan itu bisa berkembang menjadi dua hal yang bertolak belakang, antara dapat membalas atau pergi untuk bersama orang lain.
Adanya alasan utama untuk itu, karena Jonathan sampai saat ini tidak mengucapkan kata-kata romantis serta menunjukkan rasa sayangnya terhadap Dimitri. Seolah Dimitri hanya berjuang seorang diri dengan perasaan yang tidak solid dan sewaktu-waktu dapat berakhir.
Ingin rasanya Dimitri menjadi konservatif, buas, dan mengikat Jonathan dalam pelukannya selalu; sehingga ia tidak akan pergi bebas dan menemukan orang lain di luar sana. Tetapi, sungguh tidak akan pernah bisa untuk melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lascivious • I [SELESAI]
RomanceBoys Love : Bromance Aku tak habis pikir, semua yang telah kulakukan dan perasaan yang aku milikki untukmu tidakkah itu membuatmu lebih berani untuk mencintai seseorang sepertiku? - DIMITRI Aku hanya tidak tahu apa yang aku rasakan padamu - JONATHAN...