24

2.3K 212 22
                                    

Di pagi setelah waktu itu, Jonathan sangat jelas untuk bersikap menghindar dari Dimitri; ia dengan sengaja menjaga diri agar tidak berada pada satu waktu yang sama dengannya; seperti saat ini di mana ia dengan langkah kaki yang berat menuju halaman universitas. Kegundahan menyelimuti dirinya hingga akhirnya dengan sedikit keengganan untuk menulis sebuah pesan singkat.

-- Aku pergi ke universitas.

Sebuah jurang yang tercipta di dalam hatinya seakan memberikan penghalang untuk meyakinkan diri tentang perasaan yang ia miliki. Terlalu ambigu dengan semua yang ia alami, perasaan skeptis berlebihan dengan kepimilikan dan sikap baik yang selama ini Dimitri tunjukkan seakan sementara. Hanya seperti sebuah delusi akan kesenangan sesaat yang akan berakhir dalam waktu yang ia sendiri tidak ketahui.

Jonathan sedang tidak dalam kesibukan di universitas, ia akan lulus beberapa bulan lagi. Hanya perlu menyelesaikan tugas akhir dan semua kenangan menyenangkan di tempat ini akan berakhir, digantikan dengan suasana dunia kerja yang mengerikan. Tidak seperti Hans yang memiliki banyak pengalaman di dalamnya, laki-laki itu terlalu sering berganti suasana kerja, terutama jika agensinya bekerja sama dengan banyak produsen komersil, tentu semakin dia bertemu berbagai tipikal individu. Membayangkan itu semua membuat Jonathan terlalu stereotip dalam menilai.

Ia berbelok menuju gedung perpustakaan, mengambil buku dengan acak lalu membacanya. Hening, barisan kalimat seakan menyihir dirinya untuk diam terpaku, hingga tanpa disadari seseorang dengan kaki jenjang mulus, tubuh indah, serta harum wangi, sedang mendekat dan mencoba menggoda sisi kejantanan dari seorang Jonathan.

Rasa itu menggelitik begitu hebat dalam dirinya, lalu dengan cepat menarik sudut matanya untuk melihat siapa yang sedang duduk di sana.

"Julie?" Tidak ada keheranan yang berarti pada raut wajah Jonathan, tetapi tetap ketika melihat perempuan cantik, ia selalu berbinar.

"Aku di sini," ujarnya begitu anggun. Kecantikan selalu mengalir menguar hingga tercium bersamaan dengan harum parfum yang ia pakai.

Jonathan selalu tahu jika Julie sangat cantik, betapa menjadi kebahagiaan yang besar untuknya karena pernah memiliki perempuan itu, mendapatkan atensinya karena dengan begitu menggoda mempermainkan kekerasan hati Jonathan. "Aku tidak tahu jika kau suka berada di perpustakaan. Sama sekali bukan gayamu, benar?"

Julie merasa terpojok karena pendapat itu, lalu dengan cepat menyanggah, "Kau tidak tahu jika seseorang bisa berubah, ya? Memang tidak selalu, tetapi setelah kau pergi, tempat ini menjadi salah satu alasanku untuk mengenang dirimu."

Jonathan tidak tahu mengapa ia tersenyum samar, "Terdengar sangat mendramatisir," katanya.

Perempuan itu cemberut, membentuk kerucut sempurna dengan bibir yang indah. Ia mengalihkan pada hal lain, sehingga bertanya, "Di mana Dimitri? Ia tidak bersamamu."

"Ia mati ditelan bumi."

Julie tidak kuasa untuk menahan tawanya, begitu ekspresif hingga ia mendapatkan seluruh pandangan mengerikan dari pengunjung lain di dalam ruangan, "Apakah kalian sedang bertengkar?"

Jonathan sebenarnya sejak tadi berulang kali secara bergantian antara menatap Julie ataupun bukunya, hingga tanpa sadar menjawab dengan asal. Sekarang ia menempatkan dirinya pada kekacauan dengan perkataannya sendiri, "Tidak. Hanya sedang merasa jika dirinya begitu menyebalkan dan mengganggu."

Julie mengangguk. Tidak tahu dengan hubungan apa yang kedua laki-laki itu bangun, tanpa sebuah kecurigaan; melihat bagaimana Hans juga sangat dekat dengan Jonathan. Seperti yang terlihat olehnya, laki-laki tampan yang ada di depannya memang sangat menawan, selalu berkesan dingin tetapi memiliki sisi hangat yang orang lain tidak mengetahuinya. Sangat sulit mendapatkan perhatian darinya, namun jika menemukan celah di antara itu, maka akan tidak akan pernah menyesal seumur hidupmu.

Lascivious • I [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang