21

2.4K 223 38
                                    

Setelah beberapa hari Jonathan dan Dimitri menjadi lebih dekat; untuk saat ini bahkan Jonathan tidak lagi merasa canggung ketika laki-laki yang masih menyebalkan itu memberikan begitu banyak kebaikan, seperti menjemput dan mengantarnya pulang. Jonathan tetap menolak pada awalnya, namun sungguh Dimitri berhati keras, maka itu tidak ada yang dapat menghentikannya.

"Ayo, kita pergi ke kedai yang enak itu!" Jonathan merasa jika ia sudah sangat lama untuk tidak makan di sana.

Dimitri yang tidak tahu maksud dari perkataan Jonathan hanya bisa mengangkat satu alisnya, "Di mana kedai yang kau maksud? Kota ini memiliki banyak kedai yang menjual makanan enak, aku hanya pernah mengunjungi beberapa. Bagaimana aku mengingat seluruhnya?"

Jonathan berdecak, "Apakah kau selalu pergi ke tempat lain tanpa diriku? Bagaimana kau sungguh kejam saat meninggalkanku untuk mencicipi banyak makanan dari berbagai kedai?"

Dimitri tertawa, tidak tahu jika Jonathan menjadi begitu sensitif mengenai makanan, "Bukan salahku jika aku pergi dengan diriku sendiri. Kau selalu menolakku, benar?"

Jonathan beringsut karena malu, wajahnya memerah mengingat bagaimana dirinya menjadi tidak tahu diri saat ini.

Karena aku sekarang dekat denganmu, sifat tidak tahu malu milikmu menular padaku.

"Ah, aku mengingatnya," Dimitri berbinar, "Kedai roti kukus, bukan?"

Kesenangan Jonathan terlihat begitu jelas, "Ya. Aku ingin makan di sana lagi."

Saat mereka sampai di kedai itu sudah banyak sekali pengunjung. Hari sudah tidak begitu pagi, matahari mulai menampakkan dirinya sehingga banyak orang berkumpul untuk makan di sana.

"Ayo, kita harus segera memesan jika kau tidak ingin kehabisan makanan," Dimitri sekarang terlihat juga bersemangat, ia begitu gembira karena Jonathan sudah bersikap jauh lebih baik padanya. Sekaligus seperti yang diketahui bahwa Jonathan telah membuka hati untuknya, meskipun laki-laki itu tidak menunjukkan dengan jelas di depan Dimitri, tetapi ia dengan keyakinan yang tinggi jika Jonathan menempatkan dirinya di tempat yang spesial di dalam hatinya.

"Biarkan hari ini aku yang mentraktirmu," Jonathan berkata.

"Mengapa?"

Jonathan duduk di salah satu kursi, meskipun begitu ramai dengan orang-orang, terlalu beruntung bagi mereka karena di sana masih tersisa tempat yang kosong, "Jika kita makan di luar, kau selalu membayarnya. Maka, sekarang giliranku untuk melakukan itu, oke?"

Dimitri sangat tersentuh, laki-laki yang ada di dalam hatinya kini sedang memikirkan hal kecil di mana dia sendiri tidak pernah mempermasalahkannya. "Aku tersanjung dengan kebaikanmu, tetapi kau tidak perlu melakukannya, sungguh."

Jonathan terdiam, ia tahu jika dirinya seorang yang miskin hingga Dimtri tidak ingin membuatnya menjadi susah hanya karena membayar makanan itu.

"Aku tahu jalan pikiranmu," Dimitri menatap lekat pada kedua mata Jonathan, "Hei, lihatlah aku! Apakah aku berbuat padamu hanya untuk kau membalasnya?"

"Lalu apa?"

Dimitri tetap pada tatapannya untuk Jonathan, "Jika kau mengatakan bahwa kau mencintaiku, maka itu sudah sangat cukup."

Jonathan terkekeh, "Kau sungguh seorang yang tidak tahu malu."

"Mengapa?"

"Bagaimana kau mengatakan jika banyak orang di sekitarmu? Tidakkah kau menjadi malu untuk sedikit saja?"

Dimitri menggeleng dengan cepat, wajahnya masih menampakkan kepolosan yang jelas membuat Jonathan geram.

"Biarkan aku melakukannya untuk kali ini saja," Jonathan tetap pada pendiriannya.

Lascivious • I [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang