Dimitri melirik kekasihnya dari dalam kamar, pandangannya menembus pintu geser kaca dan dengan ekor matanya yang tajam ia dapat menangkap bayang tubuh telanjang indah Jonathan. Benar-benar baik untuk ukuran laki-laki; kulitnya putih dan kencang, ditambah bahunya yang lebar; otot-ototnya juga lumayan kekar, terlihat dari bagaimana bentuk punggung orang itu. Meskipun tidak dapat dibandingkan dengan dirinya sendiri, ia malah lebih suka bentuk badan Jonathan, sangat cocok dan sesuai sebagai bentuk visual dari seorang pendamping dirinya.
Akan menjadi hal yang aneh jika istrinya itu memiliki badan lebih baik dari dirinya, bukan?
Setelah melihat tubuh indah Jonathan, maka tidak akan ada lagi tubuh manusia manapun yang dapat menyamai milik Jonathan.
Hanya karena membayangkan bagaimana tubuh itu, gairah mulai menyerang dan mengukir rasa pada Dimitri. Ia berfantasi sedikit liar di atas kasur. Pemandangan punggung Jonathan yang terekspos jelas telah membuat gairahnya mendidih hingga titik yang tidak dapat ditahan. Mengingat dan seolah mendengar rintihan serta lenguhan erotis dari mulut Jonathan semakin membuat dia tidak dapat menahan hasratnya sendiri.
Begitu cepat langkah Dimitri, sehingga dalam waktu beberapa detik, kini ia sedang berdiri di belakang Jonathan yang tengah duduk di lantai.
Secepat kilat pula ia merangkul dengan tangannya yang kokoh, menggendongnya dan membaringkannya di atas kasur.
Jonathan tidak dapat menerima perlakuan cepat ini, ia masih mencoba mendapatkan pikirannya sendiri, namun Dimitri sudah bergerak jauh. Ia bahkan tidak sempat untuk memberontak. Entah, mungkin dia lupa.
Dimitri sudah mencumbunya dengan beruntun, menciumi setiap inci dari wajahnya; seperti sedang memuja karya agung milik alam semesta.
Jonathan tidak menolak sensasi menyenangkan ini. Euforia sudah menguasai seluruh raganya. Dia hanya memeluk erat leher Dimitri dan mendorongnya mendekat, sehingga memudahkan laki-laki itu untuk mencumbu dirinya.
Erangan demi erangan telah lolos dari mulut indah Jonathan, Dimitri bernapas dengan memburu. Sedikit panas dan menggelitik.
Beberapa kali Dimitri menggigit pelan bibir bawah Jonathan, seakan itu adalah hal kesukaannya yang tak akan terlewat. Karena merasakan antara sakit dan nikmat, maka Jonathan membuka mulutnya secara otomatis sehingga Dimitri tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu untuk semakin mengeksplorasi mulut bagian dalam milik Jonathan. Lidah mereka terjalin dan saling memilin menciptakan kecipak yang memekakkan telinga. Aura seks dan gairah bercampur memenuhi ruangan. Bau kelaki-lakian dan napas yang memburu kasar saling bertabrakan mengisi percumbuan mereka.
Tangan nakal Dimitri sudah meluncur melepas celana Jonathan, merogoh sesuatu yang tegang di bawah sana. Memberikan stimulus yang sangat intens sehingga membuat Jonathan mendesah tidak terkendali. Tubuhnya benar-benar sudah penuh dalam mendapatkan kenikmatan duniawi sesaat.
Kembali Dimitri membawa tangan nakalnya untuk menggoda bagian lain. Celah sempit di antara bilah pantat sintal Jonathan menjadi bulan-bulanan jari kokoh itu. Mengelus dan menggelitik lorong itu sehingga berkedut tak beraturan.
"Ahh..."
Dimitri tersenyum mesum, "Kau menyukainya?"
Kini hanya wajah semerah buah ceri yang dapat Jonathan tunjukkan, ia malu memiliki respon tubuh seperti seorang jalang.
"Aku tahu kau menyukainya, ah." Dimitri menggoda lagi, "Hanya aku yang dapat memuaskanmu, bukan?"
Jonathan tidak mengangguk juga tidak menggeleng. Ia sudah kehilangan kendali atas dirinya. Ia hanya mendesah dan mengerang.
"Lihat, kau bahkan sudah basah."
Jonathan memukul pelan dada bidang Dimitri, benar-benar tidak memiliki tenaga lagi untuk menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lascivious • I [SELESAI]
RomanceBoys Love : Bromance Aku tak habis pikir, semua yang telah kulakukan dan perasaan yang aku milikki untukmu tidakkah itu membuatmu lebih berani untuk mencintai seseorang sepertiku? - DIMITRI Aku hanya tidak tahu apa yang aku rasakan padamu - JONATHAN...