35

1.7K 154 11
                                    

Pagi itu Dimitri tidak mendapati Jonathan yang meringkuk masuk ke dalam pelukannya seperti biasa. Sisi ranjang itu sudah rapi dengan bantal yang telah ditepuk dan tersusun sehingga terlihat tidak ada jejak orang yang tidur di sana.

Dimitri menyipitkan matanya karena cahaya pagi merangsak masuk ke dalam jendela yang tidak terblokir apapun, Jonathan telah membukanya sejak tadi, sehingga ketika matahari mulai meninggi akan terlihat dengan jelas.

Rasanya begitu malas walau hanya untuk beranjak dari sana, Dimitri sedang mengumpulkan keinginan sejak tadi, tetapi terlihat keengganan mengkungkung sehingga membuatnya jatuh ke dalam jurang kemalasan. Tetapi mengingat bahwa Jonathan tidak membangunkannya di waktu pagi dan tidak mendapatkan makanan pagi yang biasa laki-laki itu dapatkan, menjadi bersalahlah dia. Secepat bagaimana ia bangun dan berjalan keluar kamar untuk mencari Jonathan, secepat itu pula tidak mendapati sosok kekasihnya.

Pada dasarnya Dimitri begitu tahu kebiasaan Jonathan di pagi hari jika tidak memiliki janji ataupun mengerjakan tugas kuliahnya, ia hanya akan duduk santai di depan televisi sambil membaca sesuatu. Tetapi saat ini tidak ada gambaran sosok yang sedang melakukan hal tersebut, meradanglah hati Dimitri karena kebiasaan buruk Jonathan yang selalu pergi tanpa memberitahunya.

Bukankah aku selalu mengajarimu untuk tidak pergi begitu saja?

Sungguh Dimitri adalah seorang yang posesif, hanya dengan kepergian Jonathan, sengaja untuk menyulut sudut emosinya. Di dalam pemikiran Jonathan hanya tidak ingin menganggu Dimitri dengan segala urusan pribadinya, tidak menjadikan orang itu kesusahan meskipun Dimitri akan berasumsi lain. Kedua individu ini memang memiliki pandangan yang bertolak belakang, tidak saling peka dengan sudut pemikiran masing-masing, terlalu egois dengan mengedepankan sisi kebenaran mereka; sehingga hanya dengan suatu permasalahan kecil akan menghancurkan mereka sampai ke dalam tulang.

Dimitri mengemudi tidak tentu arah, kepribadian dirinya yang kuat memaksa untuk bertemu dengan Jonathan, tetapi sisi lain meminta untuk membiarkan orang itu pada privasinya, tanpa perlu ada interupsi dari orang lain.

Saat menyapu pandangan ke beberapa arah, ekor matanya menangkap bayangan tubuh tegap bersama seorang perempuan cantik dengan tinggi semampai ramping. Tanpa sadar tangannya membelokkan kemudi dan merapat menuju tempat itu.

Dimitri duduk, hatinya panas, ketika mata tajam miliknya berusaha menguak kebenaran dari apa yang sedang dia lihat. Perempuan itu dengan cantik dan anggun berbicara manis kepada Jonathan, sehingga laki-laki terkasihnya merespon dengan senyuman dan pandangan yang tak terartikan. Kewarasan akan sikap intoleransi dari Dimitri sedang berusaha menjernihkkan juga menyadarkannya dari kebutaan  itu, sehingga ia hanya terus memperhatikan tanpa melakukan apapun, tidak menghampiri atau bahkan bertanya tentang kedekatan mereka. Sifat dominasinya berbicara untuk jangan sampai kalah dari seorang yang dapat menarik seluruh perhatiannya juga orang lain. Semakin ia ingin untuk bertanya, semakin pula dia bertahan dengan kerapuhan akan ketidakpercayaan diri yang lama kelamaan akan jatuh berguguran bagaikan daun pohon jati di musim kemarau.

Wangi menyakitkan menguar dari pandangan Dimitri, auranya segelap jelaga. Ia masih menimbang hukuman apa yang pantas untuk Jonathan karena selalu bermain api dengannya; semua pikiran jahat dan keji tergambar apik di otak, tanpa sebuah filter dan atenuasi, seakan ia menyetel dengan amplifikasi tertinggi sehingga tidak akan ada lagi penghalang dari niatannya.

Jonathan kembali dengan gontai, bajunya kusut, bahkan saat masuk ke dalam kamar seakan-akan tidak mempedulikan keberadannya. Aroma harum dari parfum perempuan dengan sombong menusuk hidungnya, memperlambat laju pernapasan sehingga mendesakknya untuk mengambil udara lain.

Lascivious • I [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang