45 [SELESAI]

4.2K 224 123
                                    

Setelah satu minggu berlalu, tidak seperti kisah romansa di televisi ataupun novel karya penulis tersohor dengan akhir yang indah. Mereka tetap saling diam dan hampir memutuskan kontak; Jonathan juga semakin sibuk di firma, sedangkan Dimitri lebih berkutat pada aktivitasnya sendiri.

Mereka tidak bertemu, bahkan berita untuk seminar akhir Dimitri pun tidak terdengar oleh Jonathan. Terbesit bagi dia di dalam pikirannya untuk datang sesuai dengan jadwal yang telah Dimitri beritahukan sebelumnya, namun ketika pikiran buruk Jonathan yang memproyeksikan bahwa Dimitri akan memajukan jadwalnya, dan dia takut jika saat datang ke sana, akan menemukan kekonyolan bahwa Dimitri sama sekali tidak sedang melaksanakan seminar akhir.

Namun, pada kenyataannya, Dimitri tidak melakukan semua itu. Ia tetap berjalan pada hal semestinya, sedikit memiliki harapan bahwa Jonathan akan datang dan berdiri menyambut, memberikan sebuket bunga atau cokelat, setidaknya hanya kehadiran dengan senyum yang menawan akan tetap membuat hati laki-laki kokoh ini menghangat.

Sesungguhnya benar-benar gambaran yang menyakitkan, bayang tubuh Jonathan pun tidak tampak. Berharap mendapatkan pelukan atau buah tangan dari dia sungguh hal di luar ekspetasi.

Ya, hanya asa yang sedikit berlebihan.

Dengan kegelisahan yang terus menggerus dan menggelitik di dasar hatinya, merambat sedikit demi sedikit sampai ke seluruh tubuh, Jonathan pada akhirnya mencoba datang ke rumah Dimitri, sarang cinta mereka sebelumnya. Laki-laki itu masuk ke dalam, dengan keadaan yang sama persis ketika ia pergi, tidak ada yang berubah di sana; tak ada yang bertambah ataupun berkurang. Setidaknya proyeksi Dimitri sedang menghancurkan semua isi rumahnya tidak menjadi sebuah kejadian riil.

Ia berjalan ke arah kamar, membuka pintu dengan hati-hati, sedikit berderit namun jelas tak akan membuat seorang di dalamnya terkejut.

Ketika matanya menyapu di arah lurus, terlihat sebayang kokoh laki-laki tinggi sedang berdiri membelakangi dengan berselimutkan punggung yang dingin, benar-benar dingin sampai dapat membuatnya beku. Keberanian Jonathan semakin memuncak, dengan berjalan mendekat untuk menemui Dimitri, ditambah karena pikirannya yang asertif, ia bergerak untuk maju.

Dimitri jelas tergerak dengan siapa yang akan mendekat padanya, seakan hawa kehadiran Jonathan sebagai afrodisiak yang merangsang dia untuk bangkit. Wajah yang gelap penuh kesakitan bergerak cepat di antara bayang-bayang matahari yang masuk seperti agresi. Dimitri menarik Jonathan pada pelukannya, mengerat semakin tampak posesif dan perkasa.

Jonathan merasa pelukan itu merupakan campuran rasa kesakitan, kesesatan akan cinta ditambah rasa sarat dengan gerakan yang impulsif dari orang itu.

Sedikit ruang sempit di hatinya menyukai hal ini. Tidak. Mungkin seluruh bagian dirinya menyukai Dimitri.

Suara rendah dan lembut berbisik manis di telinga Jonathan hingga ia kembali merasa ambigu dengan perasaannya sendiri.

Dimitri menarik dagu Jonathan, membimbingnya dengan perlahan tapi pasti untuk mendaratkan sebuah ciuman. Di awal terasa lembut, tetapi secara impulsif menjadi tidak terkendali dan rakus. Beberapa kali Jonathan merasa bibirnya terambil alih, hisapan kuat dan lumatan tajam semakin dirasa tidak berperasaan. Jonathan melenguh.

Dimitri mengandalkan nafsu untuk membangkitkan gairah seksual antar keduanya. Bagian selatan tubuhnya sudah keras, ditambah juga bertabrakan dengan tubuh Jonathan yang selalu mengandung zat perangsang bagi Dimitri.

Ketika semua kesenangan serta kesengsaraan bercampur, tetapi akal sehat sudah menjadi tumpul, sepertiga detik sebelum Jonathan tumbang dengan keberadaannya, ia sadar dan menolak Dimitri secara terang-terangan.

Ia memberontak dengan kekuatan penuh, menciptakan jarak yang lebar dari dada bidang Dimitri. Ketika pagutan mereka terlepas secara paksa, bibir Jonathan sobek, segaris luka mengeluarkan aroma besi.

Lascivious • I [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang