"Tidurlah di sini untuk malam ini, aku sangat ingin bersamamu," Dimitri berucap ketika keduanya sudah sampai. Rumah Dimitri besar dan seperti biasanya selalu kosong. Jonathan tahu mengapa Dimitri menjadi sosok yang begitu kesepian. Namun, saat mengingat apa yang laki-laki itu katakan di dalam mobil, maka meraunglah ia di hatinya karena rasa takut.
"Tidak! Ah, maksudku lebih baik untuk segera pulang," Jonathan mencoba untuk tidak terlihat menghindar.
"Apa kau takut denganku?" Dimitri mendekat dengan seringaian jelas di wajahnya. Ketampanan yang ia miliki seperti hanya polesan untuk muka yang menakutkan, tetapi ketika itu digabungkan maka tidak ada yang dapat menyamai kesempurnaan yang ia miliki.
Jonathan menelan ludah, jarak mereka terlalu dekat. Ia sungguh merasa terintimidasi, sepanjang hidupnya tidak pernah satu masa pun ia berada di bawah orang lain, maka ketika hal ini terjadi padanya maka ia menjadi sangat takut dan jantungnya tidak berhenti berdebar.
"Mengapa kau gemetar?"
Jonathan sungguh malu, debu merah muda mewarnai pipinya. Dimitri menjadi sangat senang ketika Jonathan takluk di bawah kekuasannya, tidak pernah untuknya mendapatkan pemandangan ini, sehingga ia akan tetap pada jalannya sendiri.
Jonathan masih berusaha menguasai tubuhnya, ia langsung melesat menuju meja makan, menarik kursi dan duduk di sana, "Aku lapar, buatkan aku makan."
Pada kenyataannya mereka baru saja menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan dan tidak lupa untuk keduanya makan di restoran kesukaan mereka.
"Apa kau masih lapar?" Dimitri menyusul Jonathan, ada raut yang tidak dapat dijelaskan yang kini menaunginya.
Sesungguhnya tidak ada rasa lapar untuk Jonathan, tetapi jika hal itu dapat menghindarkan dirinya pada kebuasan Dimitri, maka ia tidak peduli. Masakan laki-laki itu juga pasti akan membangkitkan nafsu makannya, saat membayangkan rasa enak itu, mengalirlah keluar air liurnya.
"Aku sedang tidak ingin memasak," Dimitri berkata setelah ia mengambil segelas air dan meneguknya hingga habis. Tatapannya tajam ke arah Jonathan, membuat seseorang di sana tergagap dan salah tingkah.
"Jika kau tidak dalam keadaan baik, maka aku akan pulang," Jonathan mengambil ranselnya, kemudian berbicara lagi, "Kau lelah, bukan? Aku sarankan untukmu mengambil waktu istirahat, tidurlah lebih awal."
Rasa senang Dimitri sedikit membuncah ketika Jonathan menjadi begitu memperhatikannya, tetapi itu tidak akan cukup meredakan rasa keinginan dirinya menguasai Jonathan sepenuhnya.
Maka ketika Jonathan hendak meraih pintu, Dimitri mencengkeram lengan laki-laki itu, sungguh cepatlah ia dengan langkah yang kokoh untuk berpindah dari awal posisinya. Jonathan terlonjak karena ia tidak mempersiapkan diri, penguasaan dirinya begitu longgar, hingga dengan mudah Dimitri menarik kerah pakaiannya, lalu membuatnya berbalik untuk menghadap laki-laki itu.
"Lihat, aku tidak berdusta untuk apa yang aku katakan siang ini, benar?"
Jonathan geram, wajahnya sudah berubah gelap menahan emosi, "Aku tidak akan berdiam diri jika kau melakukannya!"
Cengkeraman Dimitri tidak melonggar untuk sedikit saja, Jonathan juga tidak merasakan kesakitan sama sekali. Mereka sangat tahu ketahanan masing-masing; maka saat itu bertabrakan, tidak akan menjadi sesuatu masalah bagi keduanya.
Dimitri mengambil lengan Jonathan dan menariknya ke atas, menahan dengan tenaga yang penuh, lalu dengan cepat ia membenturkan seluruh bibirnya ke bibir Jonathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lascivious • I [SELESAI]
RomansaBoys Love : Bromance Aku tak habis pikir, semua yang telah kulakukan dan perasaan yang aku milikki untukmu tidakkah itu membuatmu lebih berani untuk mencintai seseorang sepertiku? - DIMITRI Aku hanya tidak tahu apa yang aku rasakan padamu - JONATHAN...