32

2.5K 182 9
                                    

"Kau sangat tampan, Jo," ucap Dimitri sambil mengusap pelan wajah laki-laki yang kini masih tertidur pulas di sampingnya. Dimitri memandang dalam bagaimana lekuk wajah Jonathan yang terpahat apik serta bibirnya yang menggoda.

Ia mengecup kedua bibir itu pelan, yang sontak membuat Jonathan terbangun. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya dengan bingung.

"Menciummu, tentu saja."

"Ah," Jonathan menggeliat di bawah selimut, sepertinya ia sedang malas terbangun sepagi ini setelah melewati malam yang panjang bersama Dimitri. "Kau tahu ini jam berapa? Bukankah ini terlalu pagi untuk kita bangun?"

Dimitri tertawa pelan, "Hei, kau pemalas." Ia menjepit dengan jari puncak hidung Jonathan, "Ini sudah pukul sembilan pagi, sudah saatnya Tuan Muda untuk bangun."

Jonathan memicingkan kedua matanya, masih enggan untuk membuka lebar-lebar, "Bangunkan aku satu jam lagi. Oke?" pintanya karena kelelahan.

Laki-laki yang memandanginya hanya tersenyum, kemudian berkata lagi, "Baiklah. Suamimu ini akan membuatkan sarapan spesial khusus untukmu, istriku," Dimitri beranjak.

"Hei! Siapa yang kau panggil istri? Dan mengapa kau yang menjadi suami? Siapa yang mengaturnya?" Jonathan mencecar Dimitri karena tidak setuju dengan peran suami-istri mereka.

Dimitri kembali ke sisi Jonathan, menertawakannya dengan nada mengejek, "Lalu siapa yang mengerang dan mendesah di bawahku tadi malam?"

Jonathan mendelik lalu menutup seluruh wajahnya dengan selimut, "Bodoh! Kau membuatku malu!"

Dimitri tertawa lepas, "Sudahlah. Aku sudah menidurimu, bukankah kau menikmatinya? Kau istriku."

"Pergi saja kau! Buatkan makanan yang enak untukku," hardik Jonathan dari dalam selimut, tanpa Dimitri ketahui wajahnya memerah seperti kepiting rebus.

Dimitri terkekeh untuk kesekian kalinya, lalu mencium puncak kepala Jonathan yang sedikit menyembul. "Aku mencintaimu, Jo," ucapnya pelan.

"Ingatkan aku," Jonathan memerintah dengan seringaian yang tidak terlepas.

Dimitri mencoba terbiasa dengan bagaimana Jonathan yang tidak membalas pernyataan cintanya. Menurut dia, keberadaan Jonathan yang kini di sisinya itu adalah lebih dari cukup. Dimitri mengerutkan alis, "Apa?"

"Ingatkan aku untuk menidurimu nanti! Hahaha..."

Dimitri melompat dan langsung menghimpit Jonathan, kedua wajah mereka terpisah setipis kertas dengan kedua pucuk hidung mancung mereka yang hampir bersentuhan.

Jonathan menegang, menatap mata tajam Dimitri membuat dirinya harus bersiaga setiap saat jika tidak ingin sesuatu dari dirinya dicuri. Cukup lama mereka saling menatap hingga Dimitri bertanya dengan rendah, "Katakan sekali lagi apa yang ingin kau lakukan, huh?"

"Aku akan menidurimu hingga mati," Jonathan berucap rendah lalu mendorong tubuh Dimitri menjauh dengan kekuatan otot tangannya hingga membuat laki-laki itu hampir terjungkal. Jonathan tertawa, lalu bangkit dan menuju kamar mandi.

"Jo, bisakah kita mandi bersama untuk menghemat waktu?" tanya Dimitri menggoda, lekuk senyum di bibirnya tidak pernah hilang.

"Hanya dalam mimpimu!" Jonathan berteriak dari dalam sana.

Bahkan dalam mimpi pun kau masih ingin denganku, bukankah itu romantis? Dimitri terkekeh.

***

Tanpa ada suatu keributan seperti yang biasa terjadi pada pasangan ini, Jonathan dengan sangat sadar untuk berjalan ke arah dapur dan menyiapkan makan malam, padahal di saat-saat lain Dimitri akan melakukannya, namun waktu ini cukup berbeda sehingga ia melakukannya dengan sangat santai. Tidak lama setelah itu kecerobohan dirinya membuahkan suara benda yang terjatuh dan disusul desis kesakitan menyayat hati.

Lascivious • I [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang