Jonathan sangat sibuk dengan tugas akhirnya, sebentar lagi ia akan lulus dari universitas. Hanya untuk sebuah langkah terakhir dan dia akan meninggalkan bangku perkuliahan dan masuk ke dalam dunia kerja. Sungguh waktu yang tidak sebentar namun terasa berjalan cepat. Seingatnya, seperti baru saja untuk dia lulus dari Sekolah Menengah; bersama dengan Hans mendaftar di universitas mereka sekarang. Pada waktu ini, ia sedang menyusun tugas akhir sebagai syarat kelulusan.
Dimitri menjadi sangat bosan dan lebih bosan daripada biasanya, Jonathan benar-benar tidak bisa diganggu, bahkan hanya untuk mengobrol beberapa patah kata saja tidak ada kesempatan baginya. Seolah-olah Dimitri hanya sebagai penjaga yang sedang bertugas untuk seorang majikan.
"Kau benar tidak bisa diganggu, ya?" Dimitri bertanya, meskipun ia sendiri tahu bahwa itu akan menjadi sia-sia.
Jonathan menoleh, mendapatkan wajah Dimitri yang suntuk melebihi dirinya, sehingga tertawalah ia dengan sedikit tertahan.
"Mengapa kau tertawa?" Dimitri mendekat, duduk di sebelah Jonathan, merapatkan tubuhnya hingga tercium bau tubuh laki-laki itu yang sangat menggairahkan.
"Kau bosan?"
Dimitri mengangguk, "Saat melihatmu menjadi sangat serius, benar-benar tampan."
"Bicaramu terdengar seperti omong kosong," kata Jonathan mematahkan rayuan memabukkan itu, lalu menambahkan lagi, "Aku tidak tahu jika kau begitu senggang. Bagaimana dengan tugas akhir milikmu? Kau juga berencana untuk lulus tahun ini, benar?"
Dimitri menyeret laptop di depan Jonathan, benda itu miliknya; selama ini Jonathan menggunakan komputer milik universitas untuk mengerjakan semua tugas yang ada termasuk tugas akhir ini. Begitu sulit hidup laki-laki di sampingnya sehingga tidak akan ada kesempatan mendapatkan jenis barang mewah itu. Oleh karenanya, ketika tahu jika Jonathan menjadi lebih sulit untuk berjalan pulang dan pergi ke universitas hanya untuk mendapatkan salah satu komputer, dengan sangat bersenang hati bagi Dimitri meminjamkan sebuah laptop. Tentu saja Jonathan sebagai seorang dengan harga diri yang sangat tinggi, jelas menolak apabila Dimitri membelikan benda itu; maka hanya untuk meminjamkannya, Jonathan sudah benar-benar gembira, karena kemudahan telah menghampiri dirinya dengan begitu cepat.
"Aku akan membantumu," ucap Dimitri tidak lama berselang.
Jonathan menatapnya bingung, secara Dimitri bukanlah seorang yang memiliki keahlian di bidang sastra, "Bagaimana kau membantuku? Ini adalah tugas akhir, bukan sesuatu yang dapat dikerjakan oleh seseorang yang berbeda sepertimu. Selesaikan milikmu sendiri!"
Jonathan mengambil laptop itu kembali ke hadapannya, dan ketika ia melihat apa yang ia tulis di sana sudah berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya, bukan tentang materi dari tulisan, tetapi lebih kepada koreksi penulisan, pemilihan kata dan masih banyak yang menjadi bahan pembenaran dan kesalahan yang ia buat.
Siapakah di sini yang seharusnya masuk dalam kelas sastra? "Bagaimana kau melakukannya?" Jonathan masih melihat halaman yang berbeda, ingin mematahkan rasa tinggi hati yang sebentar lagi akan meledak bagai bom waktu dari seseorang di sebelahnya.
"Itu benar-benar pekerjaan yang mudah, ah."
Dengan ekor matanya, Jonathan melihat Dimitri beranjak dan berjalan menuju kulkas untuk mengambil air dari botol dan menuangkan itu pada satu gelas penuh, lalu meletakkan di dekatnya.
Ia berkata, "Ini, minumlah." Dimitri duduk lagi, "Aku bosan melihatmu selalu berkutat dengan tugas akhir. Itu jelas mengurangi waktumu denganku." Ia mendapatkan laptopnya kembali, "Setelah pulang dari universitas, seharusnya waktumu hanya milikku dan untukku saja." Kemudian hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari dua jam, tiga per empat dari tugas akhir milik Jonathan sudah hampir selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lascivious • I [SELESAI]
RomanceBoys Love : Bromance Aku tak habis pikir, semua yang telah kulakukan dan perasaan yang aku milikki untukmu tidakkah itu membuatmu lebih berani untuk mencintai seseorang sepertiku? - DIMITRI Aku hanya tidak tahu apa yang aku rasakan padamu - JONATHAN...