6

2.9K 304 21
                                    

Di sebuah penginapan mewah dengan arsitektur bergaya era abad pertengahan, Clara meringkuk hangat di pelukan Dimitri. Ia menyukai tempat ini, ia menyukai suasana ini, dan ia sangat menyukai harum tubuh kekasihnya. Jika bukan karena laki-laki itu yang sudah tidak lagi menghubunginya secara terus-menerus, Clara tidak akan mau menempuh perjalanan jauh hanya untuk bertemu. Ia berharap bisa tidur bersama di ranjang yang biasa Dimitri gunakan, tetapi laki-laki itu menolak dan menyewa sebuah penginapan mewah di tengah kota untuk memanjakan perempuannya.

Awalnya Clara berkeberatan, namun pelukan dan tidur bersama dengannya seperti ini cukup membuat Clara tenang.

Clara, Ia masih kekasihku.

Perempuan itu membuka matanya, garis keras leher yang kokoh langsung menjadi pemandangan di depannya. Kemudian ia menatap naik dan menemukan bahwa Dimitri masih tersadar.

"Kau memikirkan sesuatu?" Clara bertanya pelan.

"Apakah aku bukanlah orang yang baik?" Dimitri menatap langit-langit kamarnya, tidak merasa terganggu dengan Clara yang sejak tadi memeluknya erat.

Clara menajamkan matanya, mencari arah pembicaraan ini. "Apa maksudmu?"

"Aku selalu membantunya, memberikan apa yang dia butuhkan. Tetapi mengapa selalu umpatan yang dia ucapkan padaku? Tidak ada terima kasih." Dimitri semakin kacau.

Dengan tangan halusnya, Clara mengusap wajah Dimitri. Mengusapnya pelan berharap dapat menenangkannya.

"Siapa dia yang kau maksud?"

"Seorang teman."

Clara terdiam, merangkai potongan cerita yang Dimitri mungkin pernah katakan. "Apakah dia yang waktu itu kau ceritakan?"

Atensi Dimitri teralihkan, ia menatap Clara. Menganggumkan, bahkan kau masih ingat jika aku pernah membicarakan bajingan kecil itu.

"Ya. Dia yang aku sedang bicarakan. Jonathan."

"Sepenting itukah dirinya, hingga membuatmu berpikir keras?" Clara menelan ludah. "Aku sangat tahu dirimu, bahkan kau tidak akan menoleh jika orang itu memohon untuk berteman denganmu. Aku tahu jenis orang yang bersamamu."

"Jonathan orang yang menarik." Senyum samar tercetak di wajahnya, terlintas sebuah pikiran yang baik. "Bukankah kau memiliki banyak waktu luang?"

Clara mengangguk.

"Itu bagus. Ayo kita makan bersama dan aku akan memperkenalkannya padamu."

Clara terdiam, ia hanya ingin menghabiskan waktu berdua bersamanya, tidak dengan orang lain. Namun, sebagian hatinya tergelitik untuk tahu bagaimana orang itu.

***

Jonathan duduk sendiri, ia menghadiri kelas dengan rasa mengantuk yang hebat ditambah dengan kepalanya yang sedikit sakit. Pagi hari tadi ia meminum obat pereda sakit kepala, sekarang ia menyesal karena sakitnya hanya menghilang sesaat dan matanya berat seakan ditarik ke bawah inti bumi.

Ia akan jatuh tertidur saat telapak tangan seseorang hangat menempel pada dahinya, lalu mendorongnya hingga menjauh dari meja. Jonathan menatap orang itu dengan tatapan membunuh.

"Kau!"

Dimitri tersenyum mengejek. "Bukan saatnya Tuan Muda untuk tidur." Ia duduk di sebelah Jonathan yang kosong. "Ini waktu untuk kelas dimulai." Ia setengah berbisik.

Jonathan geram, ia menggertakan gigi. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi ketika melihat satu orang yang ada di sebelahnya. "Ini bukan kelasmu, dan kita tidak sedang mengambil kelas yang sama."

Lascivious • I [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang