♡♡♡
"Kau sedang beres beres? Kenapa buru buru pergi?"
Tanya Jiyong, sedangkan pria yang ia ajak bicara hanya meresponnya dengan senyuman saja."Kau tak betah disini.. Hey!"
Ujar Jiyong. Pria jangkung di depannya akhirnya menoleh."Kami tak punya waktu untuk berlama lama disini, negeri barat masih sangat jauh dan kami harus segera sampai.."
"Ya ya aku paham.. Bilang saja kalau kalian tidak betah..hehe"
Kwon Jiyong terkekeh. Soohyuk melirik ke arah Soeun yang kini juga tengah membereskan barang barangnya. Memang keadaannya belum baik benar, apalagi setelah selaput daranya robek semalam. Soohyuk tak yakin ia bisa berjalan jauh, namun apa boleh buat."Aku hanya ingin mengantarnya, lagi pula aku yang sekarang sudah tak punya status lagi.. Aku bukanlah Crusader seperti kemarin.."
Jiyong menaikkan salah satu alisnya. Pria ini begitu bodoh karna terlalu kolot dengan peraturan yang mungkin saja pernah dilanggar oleh orang orang yang menjuluki diri mereka sendiri dengan gelar Crusader. Karna dimanapun pria normal kebanyakan tak akan tahan dengan godaan nafsu dunia, berupa wanita cantik.
"Kau bicara apa.. Kau tetap Crusader hari ini, esok dan seterusnya.. Selagi kau masih berjalan di jalan Tuhan.."
Ucap Jiyong."Tapi aku sudah melanggar sumpahku!"
"Persetan dengan sumpah itu, kau hanya bersumpah di depan Uskup bukan di depan Tuhan.. Ingat, bahkan Uskup agung dengan jiwa murni saja bisa dirasuki oleh iblis.."
Soohyuk memiringkan kepalanya. Bagaimanapun juga perkataan memang selalu benar di matanya.
"Tapi-"
"Sudahlah, nikmati apa yang memang Tuhan takdirkan untukmu.. Kau tetaplah Lee Soohyuk, dan Lee Soohyuk tetaplah Crusader.."
Soohyuk tersenyum simpul, pria di depannya menepuk nepuk pundaknya dengan bangga.
"Terima kasih Jiyong.."
"Iya sama sama .. Bisa beri aku beberapa keping koin emas, hehe.."
Soohyuk menautkan alisnya, ia harus tahu bahwa tinggal di tempat Jiyong memang tak akan pernah gratis.♡♡♡
Mereka kembali berjalan menyusuri hamparan salju yang kian menebal. Tak ada pilihan lain, jadi mereka harus terus berjalan. Jika ingin cepat sampai bukankah jalan mereka juga harus cepat. Namun, langkah gadis itu terhambat akibat nyeri di sekitar selakangannya. Untuk kesekian kalinya Kim Soeun berhenti dan bersandar di sebuah pohon.
"Tunggu, aku"
Lee Soohyuk menghentikan langkahnya. Dihampirinya Soeun yang kini sedang merintih. Pria itu membelai wajah Soeun dengan jemarinya.
"Maafkan aku.."
Ucap Soohyuk. Ia tahu bahwa penyebab ini semua adalah dirinya. Kalau saja malam itu ia tak mengikuti apa perkataan Jiyong, pasti jalan gadis ini tak akan terhambat begini."Bisa istirahat sebentar?"
Tanya Soeun, Soohyuk hanya mengangguk pasrah. Ia tak bisa membiarkan gadis itu makin sakit. Ia mulai merasa konyol, bayangkan saja kenikmatan yang hanya berlangsung sebentar itu kini justru menimbulkan rasa sakit yang menyiksa. Khususnya pada Soeun. Soohyuk sendiri tak merasakan apapun, meski ia adalah penyebab segalanya. Tak berapa lama sebuah tenda sudah berdiri disana, beserta tumpukan kayu yang siap dinyalakan oleh Soohyuk. Hanya inilah harapan mereka untuk bisa menghangatkan badan."Kapan hidup kita akan tenang?"
Lenguh Soeun. Soohyuk menatapnya dalam dalam. Hembusan angin sepoi menegakkan bulu roma mereka, suhu di luar begitu dingin bahkan hal ini bisa saja membuat tubuh mereka membeku seperti batu."Kita hanya perlu sampai di negeri Barat secepatnya, meski itu tak akan secepat yang kita pikirkan.."
Jawab Soohyuk. Gadis di sampingnya frustasi, ia menyandarkan kepalanya pada bahu Soohyuk."Aku lelah.."
Lenguhnya lagi. Siren macam yang selemah ini? Soohyuk tersenyum kecil, diusapnya kepala Soeun dengan pelan. Anak ayam ini sedang lelah, jadi yang perlu Soohyuk lakukan hanyalah membuatnya lebih nyaman."Bertahanlah"
Ucapnya sembari melayangkan kecupan di puncak kepala Soeun. Gadis itu terperanjat dan menegakkan kepalanya, memandang pria dengan mata elang yang kini tatapannya mendadak teduh hingga mampu menghangatkan tubuhnya.Aku menyukaimu
Pikir Siren mungil itu dalam hati. Ia memeluk tubuh Soohyuk dan merekatkan jarak antara mereka.
"Satu kali lagi-"
Soohyuk membulatkan matanya. Apakah ia adalah semacan candu bagi gadis ini? Dan apakah ia punya alasan untuk menolak gadis yang ia sukai? Tidak. Ia juga mematok perkataan Jiyong tadi pagi. Bahwa ia tetaplah Lee Soohyuk, dan Lee Soohyuk adalah seorang Crusader. Ia tetap Crusader, walau berapa kalipun ia melakukan hubungan badan dengan Siren ini. Pria itu menyambar bibir si gadis dan melumatnya pelan, ia menarik tubuh Soeun dan membawanya masuk ke dalam tenda. Selama dupa itu masih melingkar di leher mereka, tak akan ada iblis yang akan mendekat. Mereka aman meski berada di dunia luar.
Puaskan saja
Pikir Soohyuk. Satu per satu pakaian mereka dilepas. Di cuaca dingin begini memang hal yang paling tepat dilakukan adalah untuk saling menghangatkan.
Maafkan aku yang kembali berbuat dosa, Tuhan.. Tapi ku mohon, selamatkan aku sampai aku bisa mencapai negeri Barat bersama Siren..
♡♡♡
Derap tapak kuda memecah heningnya malam, segerombol serigala berada di belakang mereka. Pasukan itu menuju sebuah gubuk yang ada di tengah tengah hutan beku, milik Kwon Jiyong.
Braakkkk!!!
Sebuah meja terlempar hingga hancur berkeping keping. Seorang Crusader kini sedang membanggakan pedang barunya. Didekatkannya sisi tajam pedang itu ke leher Kwon Jiyong. Sedangkan yang mendapatkan perlakuan hanya menatap datar ke arah Crusader itu.
"DIMANA LEE SOOHYUK!!!"
Tanya nya keras."Kau terlambat, dia sudab pergi-"
"SIALAN KAU!!"
Pria Crusader itu mengayunkan pedangnya seolah siap memisahkan kepala Kwon Jiyong dengan tubuhnya."HENTIKAN!!!"
Pekik seorang gadis yang muncul di belakang pria Crusader itu."Dia temannya Soohyuk kan, jadi ku rasa kita bisa pakai dia untuk jaminan.. Bagaimanapun juga Soohyuk akan menyelamatkannya kan?"
Sambung gadis itu."Sandera maksudmu?"
Gadis itu mengangguk.
Sialan!
Batin Jiyong.♡♡♡
TBC
⚠️⚠️⚠️ VOTE + COMMENT PENTING!!!
Publish, 8 Januari 2019
©rugseyo
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren and Crusader [END]
RomanceSelamat datang di cerita yang kutelan mentah-mentah tanpa riset, karena menurutku tak membutuhkan hal logis untuk menulis cerita fantasi. Aku meminjam berbagai istilah karena aku sangat payah dalam menamai. Siren seorang Dewi, bukan duyung yang bere...