Mereka masih saling memeluk dalam waktu yang lama. Tanpa sadar matahari telah tenggelam dan langit menjadi gelap. Tempat itu tetap terlihat terang karena terletak di sebuah lembah dan pepohonan yang jarang di salah satu sisinya.
Soohyuk yang puas akan kerinduannya kini melepaskan Soeun. Raut wajah gadis itu merona, ia mendongak menatap pria jangkung yang baru saja memeluknya itu. Soohyuk tersenyum, Soeun-nya masih sama, ia masih terlihat sepolos gadis yang dulu ia temukan hampir dilahap oleh seekor iblis. Pria itu mulai merenggangkan jaraknya, ia hendak berpamitan dan meninggalkan Soeun sendirian di sana. Ia tak perlu khawatir lagi pada gadis Siren itu, pasti juga ada pengawal yang akan mencarinya setelah ini.
"Sampai jumpa." Langkah Soohyuk terhenti saat Soeun menarik bajunya pelan. Ia kembali berbalik menatap gadis itu.
"Entah kenapa aku tidak ingin kau pergi," ucap Soeun.
Hal ini membuat Soohyuk begitu bertanya-tanya. Soeun boleh saja kehilangan ingatan, tapi nyatanya mereka masih saling terikat hingga sekarang.
"Siapa sebenarnya kau, kenapa kau selalu mengganggu pikiranku?" tanya Soeun. Kali ini Soohyuk memiringkan kepalanya.
"Mengganggu pikiran?" Ia bertanya.
Soeun mengangguk, ia siap menceritakan mimpi-mimpinya. "Aku memimpikanmu setiap malam, dan ketika bangun, aku akan merasakan kesepian hingga ingin berlari ke manapun agar bisa menemukanmu!" ungkap Soeun.
Soohyuk terdiam, mata Soeun kini berkaca-kaca. Bagaimana bisa ingatan itu membuatnya tersiksa setiap malam? Rupanya bukan hanya Soohyuk yang merasakan keresahan itu, melainkan juga Soeun.
"Atau, kau sebenarnya mengingat sesuatu tentangku?" tanya Soeun. Hal itu kemudian dijawab dengan anggukan oleh Soohyuk.
"Tak ada waktu untuk menjelaskannya hari ini, jadi kuharap kau bisa ke sini setiap sore. Maka aku akan menceritakan semuanya," ucap Soohyuk yang kemudian benar-benar pergi meninggalkan Soeun di tempat itu.
***
Soeun Pov
Aku benar-benar ke tempat ini setiap sore, tapi dia tak datang. Entah apa yang akan ia ceritakan, apakah sebenarnya kami sempat menjalin kasih? Tapi mengapa aku melupakan semuanya? Dan bagaimana bisa ingatanku lenyap saat aku mendapatkan kekuatan Sirenku?
Aku kembali diam dan memikirkannya makin keras. Bahkan hari ini aku datang sejak pagi, kalau-kalau dia melintas untuk mencari makanan atau berburu. Aku pun juga kebingungan karena merasa bahwa tempat ini begitu familiar. Bahkan di tempat ini aku juga bertemu dengannya, pria yang setiap malam masuk ke dalam mimpiku. Aku pun belum mengetahui namanya, tapi hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat jantungku berdebar-debar.
Apakah aku jatuh cinta padanya?
Bodohnya aku yang menuruti perkataannya untuk datang ke tempat ini setiap hari. Nyatanya, ia sendiri pun tak pernah datang.
Lagi-lagi aku beranjak dari dudukku dan pergi dari tempat ini dengan perasaan yang hampa. Di dalam hati, aku merutukinya dengan ribuan sumpah serapah. Beraninya dia mempermainkanku, hanya karena aku memimpikannya setiap malam.
"Huh... Pria hanya berjanji, tapi tak pernah menepati!"
Aku mempercepat langkahku dan sialnya aku tersandung hingga terperosok ke dalam sungai beraliran deras.
"TOLONG!!!" pekikku. Di dalam otakku hanya berpikir betapa bodohnya aku yang selalu ceroboh. Dan lagi, harusnya aku mulai belajar berenang karena tenggelam sepertinya membuatku merasakan de javu.
Mati pun, tak akan ada yang mencariku.
Semuanya terasa gelap, tubuhku yang gemetaran kedinginan kini tak merasakan apapun. Aku pasrah dibawa oleh aliran air. Namun, sesuatu menyadarkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren and Crusader [END]
RomanceSelamat datang di cerita yang kutelan mentah-mentah tanpa riset, karena menurutku tak membutuhkan hal logis untuk menulis cerita fantasi. Aku meminjam berbagai istilah karena aku sangat payah dalam menamai. Siren seorang Dewi, bukan duyung yang bere...