Jilid 15/39

1.2K 15 0
                                    

Pada saat para anggota Cin-sa-pang melaporkan kepada ketua mereka akan datangnya seorang tamu dan Ciok Kim Bouw cepat keluar, dia menjadi gembira sekali melihat pemuda tinggi besar yang gagah perkasa itu.

"Aihh, kiranya Cu-enghiong yang datang!" katanya sambil dia membalas penghormatan pemuda itu.

"Bagaimana kabarnya, Ciok Pangcu? Mudah-mudahan baik-baik saja."

"Terima kasih, Cu-eng-hiong. Mari silakan duduk di dalam!" Mereka masuk ke ruangan dalam dan bercakap-cakap.

Dalam kesempatan ini Cu Kun Tek bertanya mengenai berita yang dia dengar tentang Tiat-liong-pang. Ketua Cin-sa-pang itu segera menceritakan semua pengalaman dirinya ketika dia menghadiri undangan Tiat-liong-pang, yaitu pada pesta ulang tahun ke enam puluh tahun dari Siangkoan Lohan.

"Bayangkan saja, hati siapa tidak menjadi geram melihat betapa di antara para tamu kehormatan itu terdapat orang-orang Pat-kwa-pai dan Pek-lian-pai, bahkan di sana aku melihat pula iblis betina Sin-kiam Mo-li dan Toat-beng Kiam-ong Giam San Ek. Jelaslah bahwa Tiat-liong-pang hendak merencanakan sesuatu pemberontakan!"

Cu Kun Tek mendengarkan penuh perhatian, alisnya berkerut dan dia pun lalu berkata, "Akan tetapi, bukankah sudah menjadi idaman semua orang gagah untuk membantu usaha mengusir pemerintah penjajah dari tanah air, Pangcu?"

Ciok Kim Bouw menghela napas panjang. "Kalau ada gerakan seperti itu, gerakan para patriot sejati dengan tujuan membebaskan bangsa dari cengkeraman penjajah Mancu, percayalah, kami seluruh anggota Cin-sa-pang akan berdiri di belakangnya. Kami akan bergabung dan siap mempertaruhkan nyawa untuk membantu gerakan itu! Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang Tiat-liong-pang dapat merupakan patriot-patriot sejati? Mereka bahkan berjasa terhadap penjajah Mancu, bahkan Siangkoan Lohan dihadiahi banyak harta dan seorang puteri dari istana kaisar! Kini, dia mengadakan persekutuan dengan para pemberontak, tetapi pemberontak semacam Pek-lian-kauw, dan bersekutu pula dengan orang-orang dari kaum sesat! Bagaimana mungkin gerakan seperti itu bisa mengandung niat bersih dan gagah untuk membebaskan rakyat jelata?"

Dia lalu menceritakan apa yang telah terjadi di dalam pesta itu, tentang kecabulan dan lain-lain, kemudian menceritakan betapa dia secara terang-terangan mengatakan tidak senangnya dengan kehadiran tokoh-tokoh sesat sehingga dia dianggap menghina dan dikalahkan oleh Siangkoan Liong, putera Siangkoan Lohan.

"Ketika aku pergi meninggalkan pesta, masih banyak di antara teman-teman sepaham yang juga meninggalkan tempat itu, sebagai protes dan pernyataan tidak suka karena Tiat-liong-pang bersekutu dengan orang-orang golongan sesat. Dan tahukah engkau apa yang terjadi setelah aku pergi meninggalkan tempat itu? Di tengah perjalanan, aku dihadang oleh Sin-kiam Mo-li dan Toat-beng Kiam-ong dan mereka itu sengaja hendak membunuhku!"

Lalu diceritakan betapa dia nyaris tewas kalau tidak muncul seorang pemuda lihai yang berhasil mengusir kedua orang itu, bahkan menyelamatkan nyawanya dari ancaman racun di lengannya akibat serangan Siangkoan Liong.

"Nah, melihat perkembangan itu, kami merasa amat khawatir, Cu-enghiong. Puteraku, Ciok Heng, tadinya berkeras ingin memimpin anak buah menyerbu ke Tiat-liong-pang, akan tetapi kularang dia karena hal itu sama dengan membunuh diri. Di sana berkumpul banyak orang pandai dan agaknya Tiat-liong-pang sudah menyusun kekuatan. Maka, kami lalu menyebarkan berita itu supaya terdengar oleh para pendekar dan orang gagah sehingga gerakan yang berbahaya dari Tiat-liong-pang dapat dicegah."

Cu Kun Tek diam-diam merasa heran juga mendengar semua cerita itu. Dia pun sudah mendengar perkumpulan macam apa adanya Tiat-liong-pang, yaitu suatu perkumpulan yang pernah membuat jasa terhadap serbuan orang Mancu sehingga perkumpulan itu dianggap pro pemerintah Mancu. Akan tetapi kenapa kini mendadak saja perkumpulan itu hendak memberontak, bahkan bersekutu dengan orang-orang golongan hitam? Hal ini perlu diselidiki secara teliti sebelum dia mempercayai begitu saja keterangan Ciok Pangcu.

Hanya satu hari Cu Kun Tek berdiam di Cin-sa-pang sebagai tamu, bercakap-cakap dengan ketua Cin-sa-pang dan puteranya, Ciok Heng yang gagah perkasa. Kemudian dia minta diri karena dia hendak melanjutkan perjalanannya ke utara, untuk melakukan penyelidikan pada perkumpulan yang katanya bersekutu dengan para golongan sesat dan hendak memberontak itu.

Di dalam perjalanan ini, Kun Tek mengenangkan masa lampaunya, tujuh delapan tahun lalu ketika dia baru berusia sembilan belas tahun, ketika dia bersama para pendekar lain seperti Gu Hong Beng, Can Bi Lan, Sim Houw dan yang lain-lain menghadapi musuh musuh yang amat kuat seperti Kim Hwa Nionio, Sai-cu Lama, dan Sam Kwi yang amat lihai itu. Mereka menjadi kaki tangan Thaikam Hou Seng yang menjadi kekasih Kaisar dan yang hendak merajalela dengan kekuasaannya. Dengan demikian, para datuk sesat itu seolah-olah bekerja sama dengan pemerintah dan membantu pemerintah, sehingga kadang-kadang para pendekar berhadapan dengan pasukan pemerintah.

Tapi kini keadaan berbalik. Tiat-liong-pang yang tadinya menjadi perkumpulan yang pro pemerintah penjajah, kini kabarnya tiba-tiba membalik dan hendak memberontak. Akan tetapi, melihat betapa perkumpulan itu bersekongkol dengan datuk kaum sesat, Kun Tek meragukan kebersihan usaha pemberontakan mereka itu. Tentu mereka tak bermaksud berjuang untuk membebaskan rakyat dari cengkeraman kaum penjajah, namun hendak memberontak dan merebut kekuasaan, untuk mengangkat diri sendiri menjadi golongan pimpinan baru!

Kalau benar demikian, maka gerakan itu harus ditentangnya! Dia hanya akan membantu perjuangan yang benar-benar ditujukan untuk membebaskan rakyat dari tindasan kaum penjajah. Bagaimana pun juga, harus diakuinya bahwa Kaisar Kian Long yang sekarang ini masih jauh lebih baik dan bijaksana dari pada kaisar-kaisar Mancu yang lalu, dan dia tak dapat membayangkan bagaimana akan jadinya kalau sampai kendali pemerintahan terjatuh ke dalam tangan para datuk sesat yang jahat dan kejam melebihi iblis itu.

Teringat akan masa lalunya, dada yang bidang itu menghembuskan napas panjang. Dia pernah jatuh cinta pada Can Bi Lan, cinta sepihak, karena akhirnya wanita itu menikah dengan Sim Houw, yang masih keponakannya sendiri biar pun usia Sim Houw lebih tua empat belas tahun darinya. Sejak itu dia kembali ke Lembah Naga Siluman dan tidak pernah memasuki dunia ramai.

Dia tidak merasa patah hati, bahkan sudah melupakan peristiwa itu. Namun, kegagalan cintanya itu membuat dia malas dan segan untuk mencari jodoh seperti yang selalu dianjurkan kedua orang tuanya.

Sekarang, setelah kembali dia melakukan perjalanan seorang diri, baru dia dapat membayangkan betapa selama ini ia telah mengecewakan hati ayah bundanya, bahwa membuat mereka berduka dan kecewa merupakan suatu perbuatan yang tidak berbakti. Pula, kenapa dia seolah-olah menjadi putus asa dan tidak pernah mempunyai keinginan untuk berumah tangga?

Ah, siapa tahu, sekali ini Thian akan menunjukkan jalan baginya, akan mempertemukan dia dengan jodohnya. Atau mungkin juga dia akan gugur dalam menunaikan tugasnya sebagai seorang pendekar ketika menyelidiki Tiat-liong-pang. Bagaimana nanti sajalah! Keberuntungan atau kegagalan di masa depan, aku siap menghadapimu, demikian dia menyongsong masa depannya dengan hati lapang dan gagah.

Kun Tek memang keturunan keluarga Cu yang sudah ratusan tahun tinggal di Lembah Naga Siluman sebagai keluarga sakti yang mengasingkan diri. Keluarga Cu ini memiliki ilmu silat keluarga yang sukar dicari bandingannya di dunia persilatan, dan nama besar keluarga Cu telah dikenal oleh hampir semua tokoh dunia persilatan, baik dari golongan putih mau pun golongan hitam.

Dan sekarang, Cu Kun Tek, keturunan terakhir mereka, mengubah kebiasaan nenek moyangnya, dia keluar dari lembah untuk mencampuri urusan dunia ramai. Tentu saja sebagai seorang pendekar yang selalu membela kebenaran dan keadilan, siap untuk melindungi yang lemah dan tertindas dan menentang yang kuat sewenang-wenang, kalau perlu dengan taruhan nyawa!

Juga diam-diam dia mengharapkan mudah-mudahan kali ini dia akan bertemu dengan jodohnya karena bagaimana pun juga ia merasa kasihan kepada ayah dan ibunya yang sudah ingin sekali mempunyai seorang mantu dan terutama sekali menimang cucu.....

KISAH SI BANGAU PUTIH (seri ke 13 Bu Kek Siansu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang