Jilid 38/39

1K 14 0
                                    

Begitu tiba di dalam rumah, saat disambut oleh isteri Bhe Kauwsu, Siang Cun menubruk ibunya dan menangis. "Ibu... Ayah... aku... aku minta agar diceraikan dari dia..."

Mendengar ucapan puterinya itu, tentu saja Bhe Kauwsu terkejut bukan main. Dia dan isterinya memang sudah menduga bahwa ada ketidak cocokan antara puterinya dan mantunya, akan tetapi tidak menyangka sampai sehebat itu.

"Siang Cun!" bentaknya marah karena merasa tidak enak dan malu. "Omongan apa yang kau keluarkan itu?" Karena melihat puterinya hanya menangis tersedu-sedu dalam rangkulan isterinya, Bhe Kauwsu lalu menoleh kepada mantunya dan bertanya, "Sin Hong, apakah yang sebenarnya telah terjadi? Kenapa Siang Cun bersikap seperti itu?"

"Tidak perlu kiranya saya bicara terlalu banyak," kata Sin Hong setelah berpikir secara mendalam dan mengambil suatu keputusan dalam hatinya. "Ayah dan ibu mertua sudah mendengar sendiri kata-kata Siang Cun. Dia tidak akan berbahagia kalau terus hidup sebagai isteri saya. Oleh karena itu, satu-satunya jalan terbaik hanyalah memenuhi permintaannya, yaitu perceraian antara kami berdua."

Tentu saja Bhe Kauwsu dan isterinya terkejut bukan main. Sampai saat ini ia yakin akan kebijaksanaan mantunya itu, dan tentu telah terjadi sesuatu yang hebat maka pendekar itu berkata demikian. Dan perceraian merupakan hal yang akan mencemarkan nama baik keluarganya!

"Tetapi... bagaimana begitu mudahnya membikin putus hubungan perjodohan? Begitu mudahnya kalian bercerai, padahal belum genap setahun kalian menjadi suami isteri?" Bhe Kauwsu berkata dengan suara penuh penyesalan.

"Harap maafkan. Siang Cun yang minta cerai dan saya hanya menyetujui usulnya demi kebahagiaan kami masing-masing, kami akan mengambil jalan hidup sendiri," kata pula Sin Hong.

Ketika Yo Han memandang kepada gurunya, dia melihat sinar mata gurunya kepadanya dan maklumlah ia bahwa ia tidak boleh banyak bicara. Diam-diam ia semakin kagum. Gurunya memang seorang laki-laki sejati, seorang yang berjiwa agung dan tidak mau membikin malu isterinya hanya demi penonjolan kebenaran diri sendiri saja, walau pun isterinya sudah melakukan hal yang paling menyakitkan bagi perasaan seorang suami, yaitu penyelewengan.

"Tapi... tapi... ahh, kenapa semudah ini? Anak kami adalah seorang wanita, dan kalau bercerai berarti dia menjadi janda. Dan kami sebagai orang tuanya tentu saja akan menderita malu dan..."

"Harap Ji-wi (Anda berdua) tenang saja, karena sesungguhnya, ada calon suami yang lebih cocok untuk Siang Cun, yaitu Ciang Kun inilah. Siang Cun akan hidup berbahagia sebagai isterinya." Sebelum kedua orang bekas mertuanya itu menjawab, Sin Hong sudah mendahului mereka. "Terus terang saja, antara Siang Cun, Ciang Kun, dan saya sendiri telah ada saling pengertian dalam hal ini. Kami akan bercerai dengan baik, saya akan pergi bersama murid saya untuk mengambil jalan hidup sendiri sedangkan ia akan menjadi isteri yang saling mencinta dengan Ciang Kun. Ji-wi dapat minta penjelasan mereka sedangkan saya dan Yo Han akan berkemas karena sekarang juga kami akan pergi dari sini." Tanpa menanti jawaban, Sin Hong menggandeng tangan Yo Han untuk membenahi pakaian mereka.

Bhe Kauwsu dan isterinya saling pandang dan mereka yang sudah berusia lanjut dan banyak pengalaman, sedikit banyak dapat meraba apa yang telah terjadi.

"Siang Cun! Benarkah apa yang dikatakan oleh Sin Hong itu tadi? Bahwa engkau dan dia sudah bersepakat untuk berpisah, dan hendak melanjutkan hidup di samping Ciang Kun sebagai isterinya?"

Siang Cun yang sejak tadi tidak berani mengangkat muka, kini mengangkat muka yang pucat dan basah air mata, lalu mengangguk!

"Bagaimana ini, Ciang Kun? Benarkah begitu? Sekarang Siang Cun hendak berpisah dari suaminya dan kemudian menjadi isterimu?"

Tadi Ciang Kun juga menunduk karena merasa bersalah dan sudah merasa cemas kalau-kalau Sin Hong mengadukan peristiwa tadi, maka dia merasa semakin terpukul oleh sikap jantan dari Sin Hong, merasa malu sekali akan tetapi juga berterima kasih kepada Sin Hong. Dia pun mengangguk.

Bhe Kiauwsu maklum apa yang sudah terjadi. Dia merasa menyesal dan malu sekali kepada Sin Hong. Dia mengepal kedua tangannya, lalu mondar-mandir dalam ruangan itu, membanting-banting kedua kakinya dan memukul-mukul telapak tangan sendiri.

"Sungguh celaka...! Sungguh celaka...! Dahulu dia bersedia mengawinimu demi untuk menyelamatkan nyawamu, Siang Cun. Dan sekarang... sekarang... ahh, apa yang telah kalian lakukan ini...?"

Siang Cun merasa khawatir kalau ayahnya akan membuat pengakuan, maka ia pun dengan suara bercampur isak berkata, "Ayah... dia tidak cinta kepadaku... kami tidak saling mencinta dan dia tidak menemukan kebahagiaan dalam kehidupan suami isteri..."

"Cinta...? Huh, apa yang kau maksudkan dengan cinta? Dahulu dia menikahimu demi keselamatan nyawamu setelah dia menyelamatkanmu dari ancaman mala petaka yang lebih hebat dari maut! Dia menolongmu tanpa pamrih. Dia menikahimu tanpa dorongan birahi kepadamu! Itukah sebabnya kau katakan tidak adanya cinta? Dan sekarang... sekarang... dia merelakan engkau hidup berbahagia di samping pria lain! Apakah sikap ini pun karena tidak cinta?"

Siang Cun tidak dapat menjawab dan diam-diam merasakan betapa mulia hati bekas suaminya itu, yang menutup mulut padahal telah memergoki sendiri penyelewengannya dengan Ciang Kun!

Pada saat itu, Sin Hong dan Yo Han muncul, masing-masing menggendong sebuah buntalan yang berisi pakaian mereka.

"Paman Bhe dan Bibi, perkenankan aku dan Yo Han untuk pergi dan maafkan segala kesalahan yang kami perbuat selama kami tinggal di sini. Kami berterima kasih sekali atas segala kebaikan yang Paman berdua limpahkan kepada kami, juga kepada semua murid Ngo-heng Bu-koan," kata Sin Hong dengan suara dan sikap tenang saja, sama sekali tidak hanyut oleh perasaan hati.

Yo Han juga berdiri dengan semangat. Mulutnya tersenyum pada saat dia mencontoh gurunya memberi hormat kepada guru silat dan nyonyanya itu.

Tiba-tiba Siang Cun melepaskan diri dari pelukan ibunya dan menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Sin Hong! Ia menangis sesenggukan sehingga suaranya sukar ditangkap artinya.

Sin Hong tersenyum dan menunduk, kemudian berkata dengan suara yang lembut dan berwibawa. "Tenangkan hatimu, Siang Cun. Di manakah sekarang kekerasan hati dan kegagahanmu?"

Suara itu menenangkan Siang Cun, kemudian terdengar suaranya yang lirih bercampur tangis, "Ampunkan aku... dan terima kasih... terima kasih..."

Tiba-tiba Ciang Kun juga turut menjatuhkan diri berlutut di samping Siang Cun! Hal ini sungguh sama sekali tidak disangka oleh Sin Hong yang kini memandang dengan mata berseri gembira!

"Taihiap, saya pun berterima kasih sekali dan memohon maaf. Saya tidak akan pernah melupakan kemuliaan hati Taihiap selama hidup saya."

Suara Sin Hong terdengar gembira bukan main pada saat dengan kedua tangannya ia mengangkat bangun Siang Cun dan Ciang Kun supaya bangkit berdiri. "Tidak ada yang perlu dimaafkan dan tidak perlu berterima kasih. Semua ini untuk kebaikan kita masing-masing, dan aku percaya bahwa kalian akan dapat menemukan kebahagiaan dalam kehidupan kalian sebagai suami isteri yang saling mencinta. Biarlah sekarang juga aku ucapkan selamat kepada kalian. Nah, selamat tinggal semua, semoga Thian selalu memberkahi kalian."

Berkata demikian, Sin Hong membalikkan tubuhnya, menggandeng tangan Yo Han dan pergi meninggalkan rumah keluarga Bhe dengan hati dan langkah yang ringan.....

KISAH SI BANGAU PUTIH (seri ke 13 Bu Kek Siansu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang