Koran dan garam

227 48 5
                                    

Maaf telah membuat kalian menunggu lama🙏🏻
Selamat membaca🌻

——————

"Cinta itu garam, taburi garam diatas luka, itu menyakitkan."

"Kenapa harus itu perumpaannya? Kau bisa mengumpakannya dengan hal yang lebih baik, misalnya garam pada sayur, jadi berasa kan?."

"Sesuatu yang tidak murni dari awal itu tidak pernah bisa sempurna pada akhirnya."

"Jangan terlalu serius, kita masih SMA."

"Saat kau dulu SD, kau juga bilang 'masih'. Kapan kata masih itu kau ganti jadi kata sudah?"

"Berbicara denganmu membuat bahasaku terlalu baku!"

"Jadi ingin bahasa apa Anjali?"

"Bahasa jiwa Chandana!"

——
Kalian tidak akan sering melihat Anjali dan Chandana, mereka seakan memiliki planet khusus yang orang lain tidak bisa masuki, Anjali dengan tongkat dan imajinasinya, itulah yang orang pikirkan tentangnya

——
"Chandana, banyak orang mengatakan aku aneh."

"Tutup telingamu, tutup matamu, dan tutup mulutmu."

"Bagaimana aku bisa berkomunikasi denganmu kalau begitu?"

"Lalu bukalah telinga, mata, dan mulutmu. Lebih penting tetap berkomunikasi denganku atau takut pada mereka?."

"Kau selalu jadi yang terpenting Chandana, bahkan mungkin jika aku terlahir kembali menjadi sosok Anjali yang tidak mengenalmu, kau tetap hadiah terhebat."

Chandana mengelus pelan kepala Anjali, senyumnya berubah sendu, matanya yang kosong itu seolah memasuki mata Anjali yang hidup, oh tuhan.. Anjali baru menyadarinya, Chandananya itu begitu, mati.

——
Dia telah benar-benar sendiri, gadis itu meringkuk disudut kamar tidurnya, dia sudah tidak bisa merasakan lagi apa itu sakit, Pria itu membawa seluruh hatinya pergi, menyisakan lubang yang menganga, menyesakkan mengingat bahwa dulu ia begitu bahagia bersama Chandana, menyesakkan mengetahui bahwa itu semua tinggal cuplikan fatamorgana yang pernah ada, menyesakkan bahwa ia harus menanggung seluruh kerinduan itu sendirian.

——
"Pstt.. Anjali, aku harus pergi, maaf telah meninggalkanmu sendiri di bumi yang tidak mengenalmu dengan baik, Maaf karena aku sempat tidak ingin berpisah denganmu dan menampakkan wujudku, tapi aku sadar itu akan semakin membuatmu terluka, maka aku harus pergi Anjali.
Cobalah lebih terbuka dengan orang lain, carilah Chandana yang baru, Chandana yang bisa lebih lama menemanimu menjalani hari, menemanimu melewati masa tua di hamparan rumput yang luas dan menyejukkan, bukan Chandana yang hanya bisa melihatmu dari jauh, sangat jauh Anjali. Aku selalu berharap kita bisa bertemu lagi, entah kita masih memiliki perasaan yang sama atau tidak, asal bertemu denganmu lagi aku pasti akan sangat bersyukur."

——
Anjali perlahan membuka matanya pelan, cahaya matahari membuat matanya begitu perih dan sakit, sudah berapa lama dia tidak mandi? Entahlah.

"Terimakasih Chandana atas masa lalu yang luar biasa hebat, tapi aku sadar aku sudah tidak lagi hidup disana. Aku tidak akan mencari Chandana baru seperti yang kau suruh, karena Chandana hanya satu dan itu hanya kau. Aku akan mencoba untuk kembali seperti biasa walaupun itu sulit, terimakasih Chandana, karena telah menyelamatkan hidupku." Anjali mengusap pelan robekan kertas koran yang menunjukkan wanita yang sedang menangis berusaha menggapai pria yang ada ditengah jalan, pria yang isi perutnya hancur, meninggalkan wanitanya yang kehilangan kaki kirinya.

——
Terimakasih sudah membaca🌻

5 januari 2019
22.18

pathetic [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang