Rakan dan Rissa pergi ke tempat penjual yang di depannya terdapat banyak display boneka yang sangat menggemaskan keberadaannya tidak jauh dari tempat permainan tadi.
Rissa melihat sekeliling dan pandangan nya terpacu pada boneka beruang yang besar, sangat besar lebih tepatnya.
"Ihh parah lucu bangettt." gemas Rissa.
Sebagai laki-laki yang peka terhadap perasaan perempuan, Rakan langsung mengambil boneka yang ada dihadapannya lalu membawanya ke kasir.
"Nih buat lo gue beliin, maaf ga bisa ambilin boneka di claw machine tadi."
"Eh gapapa kok, makasi banget hehe." jawab Rissa salah tingkah. Segera Rissa mengambil boneka yang diberikan Rakan padanya.
"Sama-sama cantik."
Tubuh Rissa menegang ketika Rakan memanggilnya dengan kata 'cantik'. Rissa merasa tidak asing mendengar Rakan memanggilnya dengan sebutan itu.
~~~
Terlihat gadis remaja manis duduk dibangku taman belakang sekolah dengan paras wajah sedih dan murung.
"kenapa sedih gitu?" tanya laki-laki yang sedang duduk bersebelahan dengannya.
"Reca mau pindah sekolah, terus nanti aku sama siapa?" jawab gadis berusia 14 tahun tersebut.
"Kan ada aku yang selalu jagain kamu." jawab pria sepantarannya itu berusaha menenangkan gadis cantik yang sedih mengingat sahabatnya yang akan pindah sekolah ke luar kota 2 hari lagi.
"Janji ya tetep jagain aku selama Reca diluar kota?"
"Iya aku janji. Jangan nangis lagi, cantik." jawab pria remaja itu sambil mengusap air mata milik gadis cantik itu.
~~~
"Bengong mulu. Ntar kesambet lo."
Lamunan Rissa buyar ketika Rakan menyenggol bahunya dan memanggilnya berkali-kali.
"Mikirin apaan sih?" tanya Rakan mengangkat sebelah alisnya.
"Eh iya hehe, kita langsung pulang yuk. Sudah malem ntar mama nyariin." jawab Rissa mengalihkan pembicaraan.
"Oh oke ayo."
Rakan menarik telapak tangan Rissa dan menggandengnya keluar dari pusat pembelanjaan kota. Si pemilik tangan hanya diam memikirkan kejadian tadi yang terlintas dalam pikirannya.
Siapa pria yang bersamanya tadi?
dan Reca. Siapa dia? seingat Rissa ia tidak memiliki teman yang bernama Reca."Ris?"
"Eh iya kenapa?" jawab Rissa gelagapan.
"Lo ga masuk kedalam mobil?"
"Kenapa. Lo sakit?" tanya Rakan khawatir."Engga kok gue baik-baik aja, yuk pulang."
"Oh syukur deh. Habisnya daritadi lo bengong mulu." jawab Rakan terkekeh.
"Gue cuman mikirin makalah kita doang kok, takutnya salah."
"Tenang aja kali. Percaya sama mbah gugel."
Rissa merasa terhibur dengan lelucon yang diucapkan Rakan barusan, apalagi ditambah senyuman manis yang mampu membuat mata wanita meleleh melihatnya. Lebay hehe
Selama perjalanan Rissa merasa nyaman bisa bersenda gurau dengan Rakan. Padahal Rissa termasuk orang yang tak mudah bergaul pada siapapun yang baru saja ia kenal. Sedangkan Rakan yang baru saja ia kenal mampu membuatnya nyaman berada bersamanya.
'Ternyata Rakan orangnya asik juga' gumam Rissa dalam hati.
•••
Suasana riuh memenuhi kelas IPS-1. Penyebabnya karena Vina anak paling rajin dituduh buang angin, merasa tidak terima ia langsung mengejar siswa-siswa yang menuduhnya tadi sambil membawa buku tebalnya.
Rissa hanya memandang teman-temannya itu dengan tatapan malas, lalu kembali asik memainkan handphone nya. Tak lama kemudian teman-teman nya datang dengan tatapan mengejek.
"Oh ini yang habis jalan berdua ke mall tadi malem." sindir Elin.
"Hah iya ris, lo jalan sama siapa?" tanya Alodie tidak tahu menahu tentang ini.
"Siapa lagi kalo bukan sweet prince nya SMA bakti jaya." jawab Eva sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Rissa.
"Bully aja gue terus. Sampai Eva berenti hobi makan!" sinis Rissa menaruh handphone nya di atas meja.
"Lo boleh kesel Ris, tapi jangan bawa-bawa nama gue babi," kesal Eva mengerucutkan bibirnya.
"Cerita dong Ris, kok lo bisa jalan bedua sama Rakan?" tanya Alodie penasaran.
"EVAAAAAAA."
"Dipanggil noh sama Reno anak kelas sebelah." teriak Vano ketua kelas IPS-1.
Eva sedikit terkejut melihat Reno mencarinya, tapi Eva teringat akan tugas mereka yang belum di selesaikan. Mungkin saja Reno ingin menanyakan hal itu padanya. Pikirnya.
Reno terlihat sedikit gugup, ketika Eva keluar dia tidak melihat Reno membawa selembar kertas pun untuk menyelesaikan tugas mereka.
Reno menghampiri Eva hanya dengan tangan kosong. Dan eitss sebentar,
Terlihat didalam saku celana Reno secarik kertas berukuran sedang, dan sepertinya ada tulisan disana. Ya Eva yakin. Secarik kertas yang dibawa Reno itu ialah sebuah Surat.Reno ngapain ya bawa surat. Pikir Eva
~~~
"Woi Ren, nge game yuk bosen gue." ajak Edgar pada Reno.
"Kaga ah, gue lagi sibuk mikir." jawab Reno yang masih fokus pada pikirannya.
"Lo kan ga punya otak,"
"Sok-Sok mikir, mikirin apaan lu?""Mikirin surat buat Eva," jawab Reno santai tanpa ada hambatan.
"HAH, LO NAKSIR SAMA TEMANNYA NENEK LAMPIR?!"
Edgar yang sibuk sama handphone nya. Langsung menghentak meja mendengar apa yang dikatakan Reno padanya.
"Santai anjing, ntar satu kelas pada tau," kesal Reno mendorong bahu Edgar pelan.
"Hehe, gua kaget bangsat," jawab Edgar menutup pelan mulutnya.
"Jadi bener nih lo naksir?""Iya babi!!" jawab Reno.
"Yaelahh Ren, masih jaman apa surat-suratan. Ini udah jaman modern bro, gaul dikit nape." protes Edgar tidak setuju.
Reno menghela napas panjang. Ia diam sebentar sedikit ragu. Apakah ia harus tetap mengirim surat cinta seperti yang ada di novel-novel atau mengikuti saran dari Edgar.
"Tapi gue maunya surat cinta gar, kaya dinovel-novel gitu."
"Belagu lu. Udah sini gue bantuin bikin surat, gampang ini mah." tawar Edgar sombong sambil memukul-mukul dadanya.
"Bener nih, awas lo sampe ga bener."
Reno memperhatikan wajah Edgar, merasa ragu dengan tawaran Edgar, biasanya kalau seperti ini Edgar selalu meminta imbalan. Tapi gapapalah demi surat untuk Eva, Reno rela melakukan apapun.
maap bangett yaa, cuman bisa publish dikit soalnya author lagi fokus sama try out sekolah. huhu😭
sampai jumpa mingdep ya, inshaa allah part nya bakal lebih panjang dari ini.salam author. xoxo