Edgar yang siap memberikan tantangan untuk Rissa, tak jadi melanjutkan omongannya ketika mendengar Bu Hany berteriak marah pada mereka.
"Eh Ibu, tiba-tiba datang aja. Kayak hant...." belum sempat Edgar melanjutkan omongannya, Reno lebih dulu mencubit perut one pack yang dibangga-banggakan Edgar.
"EDGAR MAU BILANG APA KAMU ? KALIAN INI YA, MASIH AJA BUAT ULAH!!"
"Saya sudah capek ya marahin kalian, buat ulah saja kerjaannya. Sekarang begini saja hukuman kalian saya tambah." Sambung Bu Hany dengan nada emosi.
"Yah ibu jangan ditambah lagi dong, Edgar gak akan kuat biar Abang Reno aja." Edgar memasang muka melas. Reno yang mendengar itu segera memelototi Edgar.
Bu Hany menjawab dengan tatapan sinis. "Ooh kalau begitu setelah kalian membersihkan perpustakaan, saya akan memberikan tugas berupa makalah tentang Perbedaan antara kedua jurusan di SMA, yaitu IPA dan IPS." Sontak posisi wajah mereka yang tadinya menunduk langsung menengok ke arah Edgar. Edgar yang sedang ditatap oleh teman-temannya hanya memasang wajah tidak bersalahnya.
'Duh Edgar nambah kerjaan gue aja nih.'
'EDGARRR ! tunggu aja lo habis ini, langsung gue bejek-bejek.'
'Anjir ni anak malah nambah masalah.'
Di dalam pikiran mereka hanyalah sumpah serapah yang dilontarkan pada Edgar. Anak itu memang bisanya menambah kerjaan mereka.
"Jangan lupa tugasnya satu kelompok dua orang. Terdiri dari satu jurusan IPS dan satu lagi IPA. Tapi, khusus Edgar mengerjakan tugasnya individu. Bulan depan wajib dikumpul kalau tidak dikumpul lagi, saya akan menyerahkan semuanya ke kepala sekolah !" Bu Hany meninggalkan perpustakaan dengan perasaan kesal. Ia sendiri hampir saja tersandung kaki Rakan yang ada di belakang, karena amarahnya yang tak tertahankan.
Mereka hanya bisa menelan ludah kesal pada tindakan Bu Hany yang memberi hukuman tambahan yang tak kira-kira. Tapi kali ini rasa kekesalan mereka tertuju pada si biang kerok 'Edgar Reoland'. Edgar yang nampaknya sudah tahu bahwa ia akan mendapat cacian dari teman-temannya, segera menutup telinganya.
"EDGAR !!! BENER-BENER YAA LO NAMBAH KERJAAN GUE AJA TAU GAK !!" teriak Alodie sangat nyaring sampai-sampai Edgar yang menutup telinga saja mendengar.
"Anjing Gar, gue mah kagak ngerti sama tugas yang kayak begituan." protes Alvin.
"Wee santai-santai. Jangan marah guys. Dibawa santai aja tugasnya." Ucap Edgar pucat dan berusaha menenangkan.
"SANTAI-SANTAI PALAK LO, males banget gue buat makalah begituan." Rissa mengerucutkan bibirnya.
"Yaudah deh, gak usah pada ribut sekarang tentuin aja kelompoknya gimana ?" tanya Jevan menyudahi perdebatan mereka.
"Gue sama Rissa ya guys," Edgar tersenyum lebar melirik Rissa. Rissa hanya menggeleng geli.
"Enak aja lo sama Rissa, lo gak denger Bu Hany bilang lo KERJAIN TUGAS SENDIRI." Ketus Eva sambil menekankan kata sendiri.
"Yah kalau gitu gue sama Aa' Rakan aja deh," goda Edgar mengedipkan sebelah matanya pada Rakan.
"Jijik, anjir." balas Rakan bergidik.
Pasangan kelompok makalah telah disepakati setelah sekian lama berdebat menentukan. of course, yang membuat lama perdebatannya itu pastinya Edgar. Ingin bersama Rissa lah, bersama Rakan, padahal jelas-jelas Edgar mendapat perintah mengerjakan individu.
Kelompok 1 : Rissa dan Rakan
Kelompok 2 : Elin dan Jevan
Kelompok 3 : Alodie dan Alvin
Kelompok 4 : Eva dan Reno
Dan ya, si biang kerok hanya sendirian.
"Udah gini aja kelompoknya, gak ada yang protes. Awas aja lo semua!" tegas Elin yang muak mendengar bacotan dari mereka.
•
'aman nih gue' Gumam Rissa dalam hati. Rissa merasa lega tak ada yang mengingat tantangan yang akan diberikan kepadanya pada saat kalah bermain uno tadi. Sebenarnya Rissa tak takut pada apa tantangan yang akan diberikan, hanya saja Rissa merasa cemas. Bisa saja kan si edgar berikan tantangan yang ga masuk akal?
Langkah Rissa terhenti mendengar panggilan dari Edgar. Baru saja ia ingin meninggalkan tempat mematikan ini. Gimana gak mematikan, semua isi ruangan tersebut benda yang sangat membosankan bagi Rissa. Apalagi buku yang halamannya sangat tebal, Boro-boro ngeliatnya aja udah mau pingsan.
"WOI RIS tantangan lo belum nih, jangan main tinggalin abang, neng." Rissa memutar bola matanya malas. Siapa sangka, ternyata si curut Edgar ini memiliki daya ingat yang tajam. Apa boleh buat, Rissa hanya bisa pasrah.
"Apa tantangan buat gue ?"
Edgar menatap Rissa dengan senyuman teramit-amitnya.
"Tantangan buat lo adalah...." Edgar menarik napasnya panjang sembari berbicara melanjutkan omongannya.
Tak sempat melanjutkan omongannya. Rissa segera menarik tangan Alodie yang ada disampingnya, dan berlari menuju kelasnya. Yap, run away from Edgar.
Don't forget ya, like and commentnya..
salam author, xoxo