Kini Rissa sudah berada di kamar. Menikmati hari liburnya, setelah berlatih hampir tiga jam di Sport Center tadi pagi. Otaknya memutar kembali memori dimana ia dan Rakan bertemu pertama kalinya. Di kantin dengan kalimat bercandanya Edgar, kata Rakan I Love You, ujar Edgar waktu itu. Jika diingat-ingat lucu ya, awalnya semua ini hanyalah sebuah dare sialan dari Edgar, tapi entah kenapa hatinya berkata untuk tidak mengakhiri dare ini. Persetan dengan dare yang diberikan Edgar, Rissa berpikir untuk tetap seperti ini, bersama Rakan maksudnya. Ia ingin waktu yang menjawab semuanya. Akan kah pada akhirnya ia bersama Rakan atau kemungkinan buruknya ia dan Rakan tidak bersama-sama lagi. Intinya Rissa akan terus seperti air yang mengalir, berharap akan terus bersama Rakan, dan bersikap seolah-olah tidak tahu apa-apa.
Senin, hari yang sangat dibenci segelintir orang. Rasanya tidak sanggup mengutarakan berbagai alasan mengapa hari senin dibenci dengan banyak orang. Hal itu pun tidak luput dari seorang Rissa. Dulu sebelum Rakan hadir di kehidupannya, ia memang benci dengan hari senin. Katanya sih hari senin ketemu minggu itu lama, tapi ketika hari minggu yang ditunggu-tunggu tiba, hari senin segera menanti di depannya. Tapi hadirnya Rakan sedikit menumbuhkan semangat Rissa untuk pergi kesekolah.
Jam di kamarnya baru menunjukan pukul setengah tujuh, tapi ia sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. Untuk tugas sekolah yang ia tumpuk dari kemaren-kemaren sih keliatannya belum dikerjakan. Rissa itu sekolah hanya membawa satu binder, pulpen, dan dua buku tulis, simple kan.
Ia berlari kecil sambil menaiki tangga rumahnya menuju dapur.
"Rissa jangan lari-lari, kamu mau lomba loh nanti kalau ada apa-apa gimana?" Ujar Nadia mengingatkan. Di tangan kanannya terdapat satu piring berisi udang goreng, dan di tangan kirinya terdapat sepiring sayur tumis.
"Hehe iya Ma. Arven mana Ma?" Pagi ini di meja makan tidak ada keberadaan Arven.
"Dia berangkat duluan pagi banget. Katanya lagi pengen berangkat pagi."
"Ah bohong itu ma. Paling dia berangkat pagi mau kerjain pr di sekolah tuh," Rissa menanggapinya dengan santai. Sedangkan Nadia hanya terkekeh pelan mendengar perkataan Rissa. Mungkin di sekolah Arven sedang panas telinganya.
---
Hari seninnya terasa menyenangkan. Bagaimana tidak? Kelasnya dengan kelas Rakan digabungkan oleh Bu Cia. Rakan memang kelas MIPA, tetapi lintas minat yang diambil Rakan adalah mata pelajaran Ekonomi. Jadi untuk menghemat waktu, Bu Cia memilih menggabungkan kedua kelas tersebut untuk melaksanakan remidi mata pelajaran Ekonomi. Dimulai dengan ide konyol Rissa.
"BUK, DUDUKNYA CEWEK-COWOK AJA BIAR GA PADA CONTEKAN," usul Rissa ketika melihat Bu Cia kebingungan dengan posisi tempat duduk.
"Ah iya juga nak, kalau begitu perempuan kelas IPS duduk dengan laki-laki kelas MIPA," ujar Bu Cia diiringi dengan sorakan para perempuan kelas MIPA, yang tidak setuju dengan usul tersebut.
"Stt, sudah sudah, silahkan duduk sebentar Ibu bagikan soal remidinya,"
Sesuai dengan tebakan kalian, Rissa memilih Rakan sebagai partner duduknya. Sedangkan Rakan hanya menerimanya dengan senang hati. senangnya minta ampun, bisa duduk bareng doi.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi Rissa langsung bergegas untuk pulang kerumah. Esok hari perlombaan renang yang paling bergengsi akan diselenggarakan, dan Rissa termasuk dalam salah satu peserta disana. Ia pergi menuju lobby SMA Bakti Jaya, untuk menunggu Pak Ucup menjemputnya. Ketika Rissa mengeluarkan Handphone dari saku roknya berniat menelpon Pak Ucup.
TIN!
Suara klakson mobil Rakan mengagetkannya. Pemilik mobil pun menurukan kaca mobilnya, menampakkan wajah dengan pahatan sempurnya milik Rakan.
"Ikut gue aja Ris, Lo buru-buru kan?" ujar Rakan dari dalam mobilnya. Rissa hanya mengangguk kikuk, dan memilih menuruti perkataan Rakan.
~~~
Prit....Prit....Prit...
Prit....
Peluit terakhir bersuara dengan nyaring. Menandakan aba-aba start untuk para peserta perlombaan renang. Sedangkan untuk tiga suara peluit menandakan para peserta harus bersiap-siap dengan posisi start. Sebelum perlombaan tidak lupa Rissa meminta pertolongan kepada Tuhan, berharap perlombaan hari ini dilancarkan oleh-Nya.
Antara Rissa dengan perenang lainnya berlangsung biasa saja. Tapi tidak dengan perenang asal Kota Samarinda berlangsung sengit, keduanya terus saling mendahului. Ketika Rissa berada di depannya tak lama kemudian perenang tersebut terlihat mendahuluinya.
Beberapa menit kemudian keluar lah hasil dari perlombaan hari ini. Rissa menduduki posisi kedua pada akhirnya. Tentu saja posisi pertama diraih oleh rivalnya asal Samarinda, Keyra. Tetapi Rissa tetap bersyukur atas prestasinya tersebut. Merasa segala keperluannya hari ini telah selesai, Rissa pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaian renangnya dengan pakaian casual. Lalu membuka aplikasi Whatsapp nya memberi tahu Rakan kalau ia sudah selesai. Ya Rakan memang ikut mendukung Rissa di tribun penonton. Ketika Rakan menjemputnya ia memberi tahu perihal perlombaannya hari ini.
"RISSAAA!!," panggil seorang perempuan dengan gerakan memeluk tubuh Rissa. Di dalam pelukannya Rissa mengingat-ingat siapa orang yang dengan lancangnya memeluk dirinya.
"Reca kangen banget sama kamu, Ris," Rissa terkejut, orang didepannya memang benar mengenalnya.
"Rissa ga kangen sama Reca?" Tanya orang itu lagi.
Merasa tak enak hati Rissa memilih menjawab pertanyaan tersebut, seolah-olah telah mengenalnya.
"Eh iya gue kangen banget nih sama lo," ujar Rissa mengikuti gaya bicaranya perempuan yang bernama Reca tersebut.
"Emm Reca gue duluan ya, buru-buru soalnya," pamit Rissa melambaikan tangannya, tidak ingin berlama-lama.
"Yaudah deh. Dah Ris, nanti kita ketemu lgi ya." balas Reca yang juga melambaikan tangannya.
Di perjalanan menuju rumahnya Rissa berusaha mengingat-ingat siapa perempuan seumuran yang memeluknya tadi. Tapi ia tidak menemukan jawabannya sampai-sampai tidak sadar Rakan membawanya ke suatu restoran.
"Lo daritadi mikirin apa sih Ris, gue liat lo aneh aja pas di mobil?" Tanya Rakan yang sudah penasaran sejak di mobil.
"Engga sih, tadi gue ketemu sama cewek, dia kayanya kenal deh sama gue. Tapi gue ga ngerasa pernah kenal sama dia,"
"Em, lo tau namanya ga?" Tanya Rakan yang rupanya juga penasaran.
"Reca,"
Uhuk..uhuk...
Seketika Rakan tersedak.
"Eh kenapa Kan,"
"Ga ga. Gapapa kok." Ucap Rakan menutup perbincangannya di mobil, dan segera membuka pintu mobilnya bergegas memasuki restoran tersebut.
~~~
as always, jangan lupa vommentsnya!!
salam author, xoxo