Kini keduanya sampai di salah satu toko sepatu ternama, Puma. Rissa terlebih dahulu bergerak masuk ke dalam toko tersebut. Diikuti Rakan yang berada di belakangnya. Tidak ingin membuat Rakan menunggu terlalu lama, Rissa menghampiri salah satu karyawan di toko tersebut lalu menanyakan letak sepatu futsal. Merasa bosan Rakan memilih duduk sembari memainkan handphonenya. Jemarinya memang sibuk mengotak-atik layar handphone, tapi tidak dengan pikirannya. Ia kira maksud Rissa membelikan sepatu futsal untuk Arven adalah kado ulang tahunnya ternyata bukan, apalagi ini sudah memasuki bulan Februari, yang artinya beberapa hari lagi Arven akan bertambah usianya.
Tepat tanggal lima Februari di tahun 2005 seorang lelaki tangguh lahir, Arven. Saat umurnya menginjak lima tahun sandaran hidupnya, penopang hidupnya, sekaligus sosok yang selama hidupnya menjadi contoh bagi Arven meninggalkannya untuk selama-lamanya. Ayahnya meninggal karena kecelekaan pada saat itu. Tidak ada lagi yang menemaninya bermain bola, menunggunya di depan pintu kelas taman kanak-kanak, membelikannya berbagai mainan baru ketika mendapatkan bintang lima alias nilai sempurna di bangku TK. Sejak kejadian itu Arven tumbuh menjadi sosok yang tangguh, mengingat ia harus menjaga dua orang tersayangnya Mama dan kakak perempuannya. Arven akan menjadi orang yang berada pada barisan terdepan ketika ada yang mengusik kehidupan keluarganya.
Pernah sekali ada seseorang yang mencoba mendekati mamanya, Nadia. Parasnya sempurna, penampilannya rapi, usianya jauh lebih muda dengan Nadia, usut punya usut ketika Arven mengunjungi sebuah restoran bintang lima untuk merayakan ulang tahun seorang temannya ia melihat lelaki tersebut sedang berjalan masuk dengan tangan yang saling bertaut dengan seorang perempuan, dari gaya nya seorang perempuan tersebut merupakan orang berada. Saat itu juga ia meraih segelas lemon juice lalu menyemburkan tepat di wajah lelaki. Tanpa rasa malu Arven mengumpatinya dan mengatakan tidak usah mendekati mamanya lagi. Ternyata lelaki itu mendekati Nadia hanya untuk kehidupan yang bergelimang harta. Begitu pun dengan laki-laki yang mencoba mendekati Rissa ia akan sangat waspada.
Arven juga tidak akan membuat kakaknya merasa kesepian. Terlihat ketika mereka sekeluarga pindah rumah, Arven meminta mamanya untuk mencari rumah yang terdapat dua kamar yang memiliki connection door di antara dua kamar tersebut. Ternyata benar Arven dan Rissa memiliki kamar yang bersebelahan. Sudah tidak terhitung lagi kapan Arven mengunjugi kamar Rissa. Entah untuk sekedar mengerjakan pr, makan bersama Rissa ketika Nadia lagi ada pekerjaan di butik, bahkan meminta saran ketika ia berusaha mendekati perempuan. Sedangkan Rissa menanggapinya hanya tertawa, bagaimana tidak di luar Arven akan menjadi sosok seperti pahlawan, sampai di rumah apalagi ketika di samping Rissa ia akan menjadi sosok yang manja. Inti dari segala inti adalah keduanya memiliki kadar kasih sayang yang sangat besar terhadap satu sama lain.
Back to the topic
Pada rak kedua dari atas Rissa tertarik dengan sepatu tersebut. Ia pikir warna sepatu ini cocok dengan adiknya. Sedangkan di rak yang sama ia menemukan sepatu dengan warna yang serupa tetapi model yang sedikit berbeda. Mengambil kedua sepatu lalu memanggil Rakan untuk meminta saran. Merasa terpanggil Rakan segera memenuhi panggilan tersebut dan memasukkan handphone nya ke kantong celana jeansnya.
"Kenapa Ris?" tanya Rakan.
"Bagusan yang ini? Atau ini?" Rissa mengangkat kedua model sepatunya.
Rakan berpikir sejenak.
"Bagusan yang banyak abunya ini deh Ris. Adek lo suka abu kan?" Rakan menunjuk model sepatu di tangan kana Rissa.
"Loh kok lo tau?" tanya Rissa dengan tatapan menyelidik.
"Ya..... kan adek lo cowo. Ya gue tau lah seleranya gimana." Jawab Rakan santai.
"Oh iya hehe," ucap Rissa sambil tersenyum.