7

374 9 0
                                    

Bel pulang berbunyi 10 menit yang lalu. Rissa bersama dengan Elin dan Alodie berjalan menuju parkiran sekolah. Disana sudah ada Eva yang berdiri di depan mobil menunggu mereka tiba. Pulang sekolah ini mereka akan pergi ke rumah Rakan untuk mengerjakan tugas yang diberikan Bu Hany 2 hari lalu.

"Lama banget sih kalian, cape nih gue nunggu." tutur Eva.

"Hehe sorry Va, ini tadi Alodie kebelet pipis minta ditemenin." jawab Elin.

"Yaudah, berangkat sekarang aja yuk ntar kelamaan."

Di tengah perjalanan menuju rumah Rakan. Smartphone milik Rissa berbunyi menandakan ada notif yang masuk, segera Rissa mengambil smartphone milik nya yang berada di dalam tas Roxy berwarna peach itu.
Rissa sedikit terkejut melihat name tag yang mengirimkan pesan padanya.

Rakan A

Ris dimana?
yang lain udh pada ngumpul nih.
lo jadi kan kesini?

Mengapa Rissa selalu merasa nervous jika mendapat pesan dari Rakan. Padahal sebenarnya itu hanyalah pesan biasa kan.

ini udah dijalan kok.
bentar lagi nyampe.

Tak sampai satu menit Rissa mengirim balasan pesan dari Rakan.

Smartphone Rissa berbunyi lagi.

oh oke.

Rissa hanya membaca pesan dari Rakan. Dan meletakkan kembali Smartphone nya ke dalam tas.

"Ris, rumah Rakan dimananya nih?" tanya Eva fokus melihat sekeliling, siapa tahu di salah satu rumah ada Rakan yang sedang menunggu mereka.

"Blok C, No.31" jawab Rissa sambil melihat Lokasi yang kemarin dikirimkan Rakan.

"Itu bukannya Edgar ya?" tanya Alodie menunjuk rumah bergaya minimalis yang didepannya terdapat pepohonan hijau yang sangat sejuk di lihat.

"Eh iya itu Edgar, samperin gih."

Rissa dan Alodie bergegas turun dari mobil Eva. Elin masih berada dalam mobil bersama Eva yang sedang memarkirkan mobilnya di depan rumah Rakan. Alasannya, karena Elin sedang touch up. Elin tidak ingin wajah nya pucat seperti orang penyakitan. Elin memang sangat mementingkan penampilannya dari atas sampai bawah. Dia rela pergi ke salon hanya untuk mempercantik kuku kaki nya.

"Lama banget dah lu pada, karatan nih gue nungguin kelen." protes Edgar. Memang, dia dari tadi berada di depan teras rumah Rakan menunggu Rissa and friend datang agar tidak sulit mencari rumah Rakan.

"Gue ga peduli." ucap Rissa

Tanpa memperdulikan Edgar. Rissa mengajak teman nya agar cepat masuk ke dalam rumah Rakan.

"Sialan, udah di tungguin juga." umpat Edgar menyusul mereka masuk.

Di dalam rumah Rakan ternyata terlihat lebih bagus dengan wallpaper berwarna coklat yang dicampur dengan gold itu. Furniture yang warnanya nampak serasi dengan wallpaper rumahnya, memperindah ruangan tengah itu. Rasanya ruangan tengah ini sangat familiar bagi Rissa. Tapi bagaimana mungkin?

Rissa saja baru pertama kali menginjakkan kakinya di rumah Rakan, mengapa ruang tengah itu sangat familiar?

"Hey Ris. Sini, ngapain diem disono?"teriak Alvin melihat Rissa yang melamun di depan pintu.

Lamunan Rissa buyar karena teriakan Alvin. Segera ia menyusul Alodie,Elin, dan Eva yang ternyata sudah duluan berada di sana.

"Kenapa lo bengong?" tanya Eva berbisik pada Rissa takut yang lain mendengar.

"Ga ada apaan." singkat Rissa.

"Eh by the way anyway busway, Rakan mana?" tanya Alodie yang sadar sejak tadi Rakan tidak berada di sini.

"Rakan lagi ganti baju diatas, paling juga bentar lagi turun." jawab Reno.

Selang beberapa menit...

Rakan berjalan menuruni anak tangga menuju Ruang tengah sambil membawa kertas dan alat tulis untuk mengerjakan tugas dari bu Hany.

"Kalo gitu, langsung aja mulai ngerjainnya." ucap Rakan mengajak mereka semua memulai tugasnya.

"Ah, nanti dulu bro, masih main nih." Edgar masih fokus pada game online yang sedang dimainkannya.

"Iya nih, nanggung nge-kill 1 lawan lagi, chicken dinner nih gue." ucap Jevan setuju pada Edgar.

"AH SHIT, SIAPA YANG NGE-KILL GUE BANGSAT?!" umpat Edgar kesal sendiri.

"ANJING GUE JUGA DI KILL." protes Jevan karena tidak berhasil memenangkan game online yang bernama 'free fire' tersebut.

"Halah sok lu gar, biasanya juga main cooking mama." cerocos Reno pada Edgar.

"Sialan, gitu-gitu papa nya cooking mama selalu ngasih bintang tiga ke gue." jawab Edgar nyengir.

Disaat Edgar dan Reno sedang berdebat tentang permainan. Rakan menarik lengan Rissa menuju Taman belakang. Sontak Rissa terkejut lengan nya di tarik oleh Rakan.

"Udah disini aja, didalem ribut ga konsen ntar." Rakan menunjuk meja dan kursi yang berada di tengah dekat tanaman bunga mawar indah yang membuat Taman belakang tersebut menjadi indah di pandang. Rakan juga termasuk anak yang rajin loh, meskipun gaya berandalan, kalo tugas kayak gini pasti dia niat ngerjain.

"Eh i-iya." Rissa gugup melihat Rakan masih memegang lengan Rissa.

Rakan memperhatikan Rissa dan menyadari bahwa ia belum melepas genggaman tangan nya.

"Eh maap." Rakan salting.

"Eh iya, gapapa." Jawab Rissa grogi.

Suasana mereka menjadi canggung sekarang.
Merasa tidak nyaman dengan kondisi canggung seperti ini Rakan pun memulai pembicaraan.

"Menurut lo, apa judul buat makalah kita?" tanya Rakan sembari mengambil kertas kosong dan alat tulis yang di bawa nya tadi.

"Gimana kalo, Perbedaan Praktikum masing-masing jurusan?" Rissa menanyakan pendapatnya.

"Jadi isi makalah nya tentang praktikum jurusan Ipa dan Ips." jelas Rissa.

"Boleh juga, gue tulis ya." ucap Rakan sambil tersenyum.

'manis banget. eh?' gumam Rissa dalam hati.

AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang