Tepat pukul 4 pagi, Tante Tiara telpon gue. Katanya suruh nemenin belanja ke pasar. Dengan kantuk yang teramat sangat, gue cuci muka dan ngambil hoodie. Walaupun di Jakarta, jam 4 pagi udaranya juga dingin. Bisa masuk angin biarpun cuma naik motor.
"Yuk!" ajak Tante saat udah sampai di depan kosan.
Pasar udah rame banget sama pembeli. Tante pegang tangan gue sambil jalan, takut ilang katanya. Selama di pasar, gue cuma bantu buat bawain belanjaan aja. Soal nyari penjual langganan dan tawar menawar itu udah urusan tante gue.
"Mau masak apa sih, Te?" tanya gue waktu udah keberatan bawa belanjaan.
"Masak banyak nanti buat di kos. Itung-itung Tante mau kenalin kamu secara resmi ke anak kosan." Gue mendengus pasrah. Kenapa gak dari awal aja coba?
Setelah gue mengerahkan tenaga gue untuk angkatin tas plastik yang bejibun, akhirnya kita sekarang udah balik ke kos. Masyarakatnya masih tidur. Jadi gue sama Tante Tiara langsung sibuk di dapur.
"Loh, kulkasnya kok penuh?" tanya Tante Tiara waktu buka kulkas.
"Iya, yang doyan masak di sini Bang Yudhis. Dia yang belanja." Tante cuma ber-oh ria, habis itu ngambil beberapa tomat dan bawang.
"Bisa bersihin udang, nggak?"
Gue ngangguk dan ambil sekantung udang. Dengan telaten gue terik kepala udangnya dan ngelepas kulit, kaki, sama ekornya. Sedangkan Tante lagi sibuk motongin paprika hijau, merah, sama kuning.
"Digoreng krispi ya. Tante mau bikin koloke udang."
Setelah udang selesai diberesin, akhirnya gue ambil tepung serba guna. Gak lupa juga panasin penggorengan.
Tumisan bawang bombay udah wangi banget masuk ke hidung. Belum lagi ketambahan bawang yang digeprek. Saos tomat yang tadi Tante beli udah ludes dibikin saos. Gak lupa paprikanya dimasukin juga.
"Udah panas tuh, masukin aja," perintah Tante.
Gue masukin udang ke penggorengan. Nunggu tepungnya berganti warna jadi agak kuning kecokelatan, baru diangkat. Sambil nunggu udangnya kelar di goreng,gue potongin dua buah brokoli.
"Nanti setengah udangnya digoreng biasa ya, gak pakai tepung. Mau di bikin tumis soalnya."
Nurut sama komandannya aja gue. Habis motong brokoli, gue angkat semua udang krispi dan langsung masukin ke saos koloke. Kata Tante, biar nyatu sama bumbunya.
"Kentangnya dipake apa, Tan?" tanya gue sambil nunjuk sekantung kentang.
"Oh iya, sini biar Tante kupas."
Gue ngasih kentangnya dan ngurusin udang lagi. Sambil nunggu mateng, gue bantuin Tante ngupas kentang. "Kamu doyan bantuin masak juga ya di rumah? Mama kamu kan suka masak, Fi."
Gue senyum-senyum malu. Bisa dibilang Mama sama Tante ini udah kaya barang banded. Dari dulu mereka bareng mulu, bahkan kesukaan mereka sama. Juga mereka dijuluki chef di keluarga gue karena sama-sama jago masak.
"Tante tiap hari masak gini buat keluarga?" tanya gue sambil matiin kompor saosnya.
"Angkat dulu tuh udangnya, habis itu ganti wajannya sama teflon, minyaknya dikit aja," perintah Tante. "Jarang sih. Tante kalau hari minggu aja masaknya. Kualahan banget masak tiap hari buat orang 8," lanjut Tante Tiara.
Ini yang beda antara Mama sama Tante. Kalau Tante anaknya 6, Mama anaknya cuma 1, gue doang. "Apa dulu dih, Te, yang dimasukin?"
"Bawang bombay yang udah diiris masukin, kasih garam dikit aja. Tumis bentar, baru masukin brokoli sama bawang putih."
"Digeprek gak nih bawangnya?"
"Iya, habis itu kasih saus tiram. Terakhir masukin udangnya."
Sesuai perintah, gue melakukan apa yang Tante bilang. Setelah Tante kupas semua kentangnya, Tante pakai lagi wajan bekas goreng udang tadi buat goreng kentang yang udah dipotong dadu.
"Waaah, ibu kos udah di sini aja," sapa Yudhis yang baru aja turun. Mukanya masih bantal banget.
"Haloo, kamu baru bangun ya? Cuci muka dulu sana."
Yudhis nurut aja. Gue lanjut tumis masakan gue sampai bumbunya lebih meresap ke udang sama ngelunakin brokoli.
"Nanti kalau itu udah, bantu Tante buat hancurin kentangnya, ya?" pinta Tante ke gue.
Gue ngangguk doang. Sekitar lima menit nunggu, akhirnya mateng juga. Gue matiin kompor dan ngambil mangkuk yang udah ada kentang gorengnya Tante.
"Lo kok masih di sini sih?" tanya cowok pemilik gelar tertinggi di kosan, Harja.
"Harja udah bangun? Duduk sini sambil nunggu sarapan!" ucap Tante gue.
"Waaaaah pantesan wangi banget dari atas!" seru Dito yang lagi jalan turun bareng Jilian.
"Halooo, kalian bangunin Bagas, Candra, sama Jovian dulu ya." Sesuai perintah Tante, Dito jalan ke kamar Candra, Harja jalan ke kamae Bagas, dan Jilian kalan ke kamar Jovian.
"Eh, Fio bisa masak juga?" tanya Yudhis yang lihat gue hancurin kentang pakai garpu. "Sini gue bantuin."
"Eh, jangan. Itu yang udah selesai aja di taruh meja makan. Ini biar Fio aja yang beresin."
Dari meja makan, udah ada Harja sama Bagas yang duduk dengan wajah bantal. Hampir semua cowok-cowok ini wajahnya bantal sih, pada baru bangun semua. Bisa gue rasakan, Harja lihat gue dengan pandangan aneh. Mungkin dia mikir kok gue gak diusir sama ibu kos.
Setelah Yudhis naruh masakan, dia jalan ke lemari ambil piring sama sendok. Dito bagian ambil gelas sama air minum.
"Ini terakhir, hancurin dulu kentangnya. Habis itu masukin telur, keju parut, sama garam dikit aja."
Di saat yang bersamaan, Tante lagi potong daun bawang dan langsung masukin ke mangkuk. Gak lupa juga sama saus pedes yang udah dicampur air dikit. Gue ambil sendok buat ngaduk kentangnya. Tante juga nambahin tepung biar makin padet. Setelah itu tinggal di goreng deh.
"Ayo sarapaaann!" seru Tante Tiara sambil bawa sepiring kentang yang udah di goreng kecil-kecil mirip perkedel.
"Hari senin nih, siapa yang mimpin doa?" tanya Jovian.
Kita makan bareng setelah Yudhis mimpin doa. Banyak komentar yang keluar dari bibir mereka. Seperti, "Masakannya enak!", "Kelas restoran ini mah!", dan "Bagi resep dong, Tan!"
Tante cuma nanggepin dengan ramah. Tapi kemudian Harja bilang, "Tante, dia gak diusir dari kosan?" sambil nunjuk gue pakai dagu.
Mata gue auto melotot. Gak gue aja sih, yang laen juga. Gila, berani banget!
"Keponakan Tante kenapa diusir?"
Satu kalimat telak yang ditelan Harja pagi ini. 7 dari 9 orang nahan ketawa liat reaksi Harja. Untung aja dia gak kesedak waktu Tante bilang 'keponakan'.
Harja ngelihat gue dengan tatapan yang gak terima banget. Entahlah gue gak tau itu tatapan marah karena gue gak bilang lebih awal, atau malu karena dia merutuki diri sendiri udah nanya hal yang segitu pantesnya buat diketawain.
"Udah udah, habisin sarapannya. Tante nitip ponakan Tante ya, awas aja sampai kenapa-kenapa. Luka sesenti aja, Tante akan minta tanggung jawab penuh!" ucap Tante Tiara kemudian ketawa kecil.
"Siap Tanteee!" Semua jawab serentak, kecuali Harja.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER HOLIDAY
FanfictionMungkin kalau bukan karena Mama yang harus pergi ke luar kota sama Papa, gue gak akan dateng ke Jakarta. Mungkin juga kalau bukan karena Tante Tiara yang punya anak banyak, gue gak akan berdiri di depan kosan terbesar di komplek ini. Sayangnya, kata...