seorang pejuang nggak pernah kenal rasa takut. Buanglah rasa takut itu.
-Hanna-
Ruang sempit penuh kardus-kardus ini seketika berubah, buku-buku dan kertas-kertas berserakan dimana-mana. Tampak perempuan berkulit putih pemilik manik mata coklat tampak sibuk menggali isi kardus demi kardus yang ada di ruangan itu. Sesekali debu mencuat dari dalam kardus tatkala ia membukanya, membuatnya sedikit terbatuk. Saat tak mendapat apa yang dicari dari dalam kardus itu, Ia menggesernya lalu mengambil kardus lain yang masih tertata rapi. Setengah jam Ia berada disana, setengah jam pula tempat sempit ini mejadi porak poranda, layaknya kapal pecah.
Karena belum jua menemukannya, Ia berhenti sejenak, hidungnya yang berbentuk celestial menghirup dalam-dalam angin yang berhembus, dan mengikis peluh dari balik kerudung hitam dengan bros kupu-kupu tercapit di pundaknya yang menghiasi wajah lembutnya. Ada raut kecewa namun ada setitik senyum semangat yang merekah dari bibir imutnya. Segera ia bangkit kembali. Membereskan barang-barang yang telah di bongkarnya. "Mungkin memang tidak ada disini." Gumamnya.
Setelah support yang diberikan sahabat-sahabatnya, terutama Hanna, yang membisikkannya kata-kata ajaib sehingga seorang Shofia bisa luluh...
Shof, inget, ini adalah salah satu jawaban dari doa dan harapan kita, kesempatan yang Allah berikan untuk mewujudkan impian kita sebelum lulus. Jangan kita sia-siakan dan jangan jadikan kegagalan dulu menjadi penghambat, inget Allah selalu bersama kita.
Kini yang berkelebat dalam fikiran perempuan yang gemar menulis ini adalah sebuah cerita yang akan ia tulis.
Satu persatu barang-barang yang digali dari beberapa kardus dimasukkan kembali dengan rapih. Diangkutnya satu persatu kardus itu dan menatanya seperti sedia kala. Kardus terakhirpun diangkut dengan hati-hati, karena kardus itu begitu besar hingga Ia harus sedikit menahan beratnya. Tak sadar tiba-tiba ada satu buku yang terjatuh. Ia tak sempat melihatnya karena terhalang oleh kardus yang ada ditangannya. Setelah ditaruhnya kardus besar itu, tangannya segera mencari buku yang terjatuh tadi. Sebuah buku bersampul coklat muda. Sepertinya buku temannya. Namun tiba-tiba matanya seperti terhenti saat akan mengambil buku itu. senyumanya pun tiba-tiba mengembang. Matanya terbuka lebar. Dengan kilat segera mengambilnya. Buku yang sedari tadi ia cari kini telah ditemukan dibalik himpitan dua kardus. Buku yang sedikit lusuh karena terkena rembesan air membuatnya terpaku, banyak sejarah mengenai buku warisan dari kak Nila, senior sinematografi yang sudah lulus tahun lalu.
"Shof, sudah ketemu?" tanya seseorang yang melongo dari balik pintu.
"Aywah, nih!" ujarnya menyodorkan buku di tangannya.
"Alhamdulillah, walau sudah agak rusak tapi ini teh masih berharga," gadis berwajah manis itu membolak-balikkan lembaran-lembaran buku tersebut.
"Yaps, dan penulisan dimulaiiii!" teriak Shofia mengepal tangannya ke langit.
"Sssstt..." Perempuan sunda ini menutup sebagian bibir Shofia. "Jangan keras-keras atuh Shof, banyak Jasusah (1) loh! Jangan mentang-mentang muallimah (2) kamu bicara seenaknya. Kalau didenger santri lain Kumaha?" Bisiknya
"Maaf deh bu mantan qismul lughoh (3)." Cetusnya mengangkat dua jarinya diatas kepala menyerupai huruf V. " Pisss!" cengirnya.
"Yaudah sekarang yuk!" ajaknya dibarengi anggukan Shofia. dua gadis ini pun segera beranjak.
Di beranda kamar keduanya telah duduk berdampingan. Si hitam manis tengah menulis dan si baby face mengoceh sambil memegangi buku yang tadi ia temukan, bertuliskan "Contoh Scenario".
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi di Balik Layar (Complete)
Tiểu Thuyết ChungKarena Bersama Allah, kamu punya banyak cara untuk menjadikannya nyata Oleh: Hulya Ashfie #1 mimpi (10 maret 2019) Namanya, Athaya Shofiatuz Zahwa, ia biasa dipanggil Shofia, Santri putri kelas akhir di sebuah pesantren di pojok kota hujan. Ia memil...