Pertikaian Sengit

190 11 2
                                    

Kebencian itu telah merasuki kepalanya, menghitamkan hatinya memusnahkan jiwanya hingga Ia bukan lagi menjadi manusia.

***

Menjelang magrib dengan suasana yang masih basah karena hujan baru saja mengguyur sore tadi. Para santri putra maupun putri bergegas beranjak ke masjid setelah bel digetarkan. Suasana pelataran masjid sesak dengan para santri yang memasuki masjid. Hingga tak ada santri yang berkeliaran di arena Lapangan maupun serambi asrama, terlihat lenggang seketika.

Sedang di sebuah kamar, Farid masih terbaring lemas. Tangannya masih memegangi bibirnya yang berdarah. Nafasnya tersenggal-senggal, wajahnya memerah. Ada beberapa lebam disana. Seketika ia mendesah panjang. Amarah dan dendamnya sedikit mereda setelah Ia melampiaskannya pada perkelahian sengit tadi sore. Antara dirinya dan seseorang yang selama ini mengadu domba dirinya.

Kobaran kekesalan menyeringai dari balik wajahnya tatkala orang itu berada dihadapannya. Tanpa pikir panjang ia langsung memberikan pukulan dahsyat di wajahnya, diiringi sumpah serapah. Amarahnya memuncak.

Tapi nyatanya lawannya tidak tinggal diam. Dia melawan lemparan pukulan dari Farid yang mengenai wajahnya. seperti tidak terima atas perlakuan laki-laki bermata elang kepadanya. Ia segera menerjangnya. Tatapannya menantang. Jadilah pertikaian saling tinju-meninju satu sama lain.

Salah satu siswa mencoba memisahkan perkelahian. Namun ia tak kuasa menghadapi keduannya yang sekilat menjadi dua singa yang berkelahi. keributan itu memancing perhatian para santri putra lainnya. Bukannya melerai pertikaian itu, mereka malah asik menonton dan mendukung, seperti ajang adu kekuatan.

Sementara salah seorang teman berteriak panik, dibarengi dengan gerimis yang turun tiba-tiba.

"Woi, berenti! Berenti!"

Anak muda itu berusaha menengahi perkelahian itu. Satu temannya lagi mencoba menarik badan Farid yang masih menyeringai untuk menyerang. Anak muda tadi menahan tangan Ditto yang berusaha menghajar Farid lagi. Namun pegangan itu terlepas keduanya saling menghajar kembali dengan sumpah serapah.

Kedua orang tadi yang menengahi kembali berusaha memisahkan keduanya. Namun sia-sia. Malah salah satu dari mereka, laki-laki bersarung hijau tua mendapat sebuah pukulan dan laki-laki berambut ikalpun terjerembab karena dorongan dari Ditto. Hingga gerimis berkumpul dan berkumpul menjadi hujan yang deras pertikaian tetap berlangsung. Azka dan Hadi yang sedari tadi mencoba memisahkan mereka kewalahan. Hujan pun deras, pertikaian semakin memanas. Dengan sekuat tenaga keduanya kembali melerai mereka. Azka menarik kembali badan Farid, begitu pula dengan Hadi yang kini menahan tangan Ditto.

"Kalian jangan kayak anak kecil, berenti!"

"Udah nggak usah ikut campur! Lepasi gue, lepasin kagak." bentak laki-laki yang dirumbungi amarah, sedang Hadi justru semakin kuat mengunci kedua tangan Ditto.

"Ada apa ini ribut-ribut?!"

Bentakan yang tiba-tiba itu membuat semua menoleh ke asal suara. Seorang ustadz dengan tampang geram memelototi mereka. semua tercengang. Otot-otot yang tadi mengeras seketika melemas, Farid melengos bersama rintikan hujan yang semakin menjadi-jadi. Semua yang sedari menonton segera membubarkan diri. Ustadz Hamzah yang menghentikan pertikaian itu sepertinya garang. Dengan sebuah payung yang dipegang ia segera berlalu. Perkelahian pun usai.

Entah mengapa pertikaian tadi membuatnya sedikit menyesal, tak seharusnya ia berkelahi seperti itu yang akhirnya menimbulkanya masalah baru. Ia seperti kalap dan tak bisa menahan dirinya untuk permasalahan besar seperti ini yang juga melibatkan orang tak bersalah, Shofia. Yang lebih ia sesali lagi adalah ia telah mengingkari janjinya pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan pernah ingin berkelahi sedemikian rupa dengan siapapun, namun ia tak bisa memungkiri bahwa ia masih menyimpan rasa kesalnya pada Ditto, sang biang keladi masalah yang menimpanya dan Shofia. Semoga Allah mengampuninya yang telah kalap berkelahi bak anak kecil saja.

Sampai saat ini Ia masih tidak menyangka laki-laki pemilik mata tajam itu dapat berbuat demikian padanya. Baiklah ia mengerti laki-laki itu memang membencinya maka mungkin wajar ia melakukan ini padanya namun yang masih ia tak habis pikir adalah mengapa melibatkan Shofia? 

Kebencian itu telah merasuki kepalanya, menghitamkan hatinya memusnahkan jiwanya hingga Ia bukan lagi menjadi manusia.
----------
maaf ya teman2 baru update lagi... mereka berantem kenapaa? yg udah baca sebelum2 pasti tau deh hehe 

yaudah cus jangan lupa vote dan commentnya yaa 

Jazakumullah

Mimpi di Balik Layar (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang