Inilah cerminan kasih Allah pada kami, untuk menjadi pelajaran kami hari ini dan sebuah sejarah kelak
****
Angin malam menerpa wajah bersamaan dengan deru motor yang meluncur dengan kecepatan tinggi, melewati sebuah jembatan, lalu berbelok ke kiri di sebuah pertigaan, menulusuri jalan yang sedikit rusak. Tinggal beberapa menit lagi dua orang ini akan sampai di tempat tujuan.
Terlihat kini sang pemuda memelankan motor matic birunya. Lalu berbelok ke sebuah gang yang terpampang plang yang bertuliskan pondok Pesantren Modern Shiraathal Mustaqiim. Perempuan yang dibelakangnya sedikit tersenyum. Dua jam perjalanan akhirnya sebentar lagi sampai.
Motor pun memasuki sebuah gerbang, lalu melewati rumah pak Kyai, kemudian melalui masjid, Sangat terlihat keramaian di sebuah lapangan yang mayoritas penonton dan pertunjukkannya adalah laki-laki. Terlihat penampilan band diatas panggung megah dengan konsep istana disambut keriuahan para penontonnya dan sepersekian detik motor berbelok.
Pemuda berwajah bersih itu pun menghentingkan motornya tepat didepan asrama putri. Perempuan muda yang diboncenginyapun segera turun. Lalu memandangi sekitarnya yang terlihat sangat sunyi. Kini waktu menunjukkan angka 21 kurang 30 menit, semoga kedatangannya tidak telat dan tidak mengecewakan.
Suara keriuhan mulai terdengar ketika memasuki gedung seba guna. Dua resepsionis menyambut kedatangan keduanya. Terlihat seluruh penonton menikmati acara yang sedang dipertunjukkan, sebuah adegan pantomim yang dihidangkan membuat gelak tawa para penonton. Mata seorang perempuan yang baru datang itu seketika berbinar demi melihat kemegahan panggung dengan keindahan lampu-lampu yang berkelap-kelip di sekelilingnya. Menakjubkan, gumamnya. Pemuda yang ada disebelahnya pun terlihat berdecak kagum pula. Apalagi melihat penampilan yang kini sedang berlangsung.
"Ternyata acaranya meriah yah." Komentar Faris membuat perempuan di sebelahnya mengangguk tanda setuju, namun ia masih tampak sibuk mencari seseorang di tengah keramain itu.
Terlihat adegan pantomim yang sedang tampil telah usai, Lalu disusul dengan tarian india diiringi musik lagu India berjudul "Kal Ho Na Ho". Dengan kostum yang berwarna-warni mereka terlihat indah. Kerlap-kerlip cahayapun membuat kemeriahan tersendiri. Begitu terdengar keriuhan dari para penonton. Tarian india pun berlalu.
Tiba-tiba lampu mati sekejap. Hanya lampu-lampu latar yang menyala. Sebuah suara mulai terdengar beriringan dengan cahaya yang timbul dari balik sebuah layar yang terpampang pada bagian tengan backgroud istana. Kemudian cahaya itu berubah menjdi gambar seperti tivi rusak dengan alunan musik yang menggetarkan. Terlihat semua mata memperhatikan dengan saksama.
Perlahan gambar muncul dengan big close up sebuh tangan yang membuka lembaran pada sebuah buku. Lalu Zoom in satu tulisan pada lembaran itu "Al-Aflȃm, Proudly presents", tangan itu membuka lagi sebuah lembaran dengan tulisan singkat berwarna hitam, kisah ini berawal dari..., kembali lembaran itu dibuka. Tampak sebuah foto disana, lambat-laun foto itu membesar hingga full frame. Foto sebuah kegiatan shoting pada hari pertama tampak dari arah atas. Black out. Frame menjadi gelap. Dan sebuah film berputar.
Perempuan yang sedari tadi berdiri di belakang santri putri yang tengah duduk segera beralih lebih dekat ke sisi depan para penonton untuk dapat melihat lebih dekat, diikuti pemuda yang menemaninya. Inikah karya itu?? Gumamnya
Kisah ini hanya setapak perjalanan kami, yang entah akan berakhir ataukah berlanjut...
Kata-kata itu mengawali video yang berisi rangkaian adegan behind the scene film "Cerminan Kasih-mu" dimulai dengan diputarnya adegan dua orang perempuan duduk di beranda kamar yang satu sedang menulis yang satu mendikte, kemudian Zoom in ke sebuah tulis "scenario", layar berubah ke video sebuah perkumpulan di pojok masjid lantai 2, tampak diantaranya kru Al-Aflam dan para pemain sedang mendengarkan penjelasan seseorang di hadapan mereka. Ya itu adalah pertemuan pertama Misi film Cerminan kasih-Mu. Video diselipi dengan foto-foto yang diiringi off sound lagu Semangat baru. Perempuan berkerudung hijau muda dengan tas merah marun di pundak kirinya kenal dengan wajah itu.
Adegan nyata itu berlanjut pada suasana awal shooting hingga shooting di sebuah rumput hijau, ada tawa dan kebahagian disana, kemudian layar menampakan seorang gadis bernyanyi lagu soundtrack berjudul "Cerminan Kasih-Mu" diiringi alunan dari piano yang dimainkan seorang bemuda berbaju koko, video beralih pada lima perempuan sedang membersihkan kamar mandi demi menjalankan sebuah hukuman. Walau hujan menerjang kami tetap bertahan. Sebait kalimat itu mengawali video adegan shooting saat hujan di samping rumah Ustadzah Arina, kemudian berganti pada shooting pada malam hari saat pemeran utama membaca surat, tampak wajah sang sutradara di Zoom sehingga air matanya begitu terlihat saat membaca teks suara hati.
Film berputar pada adegan shooting dimana sang sutradara mulai berubah, lalu pertengkaran kecil sang sutradara dengan kameramennya, layar kembali menayangkan pelabrakan di sebuah kelas dengan sang pemeran utama, Lissy, karena secarik kertas, dilanjut dengan adegan dua orang perempuan bermain hujan, video berputar sampai pada pertengkaran di beranda kamar saat sang kameramen melampiaskan uneg-unegnya hingga sang sutradara lari menuju kamar mandi dan membanjiri dirinya dengan air kolam diiringi tangis yang membasahi pipinya. tampak para penonton begitu tak berkutik melihat adegan demi adegan yang terlewati. Hingga frame kembali gelap. Dengan sebuh tulisan. Dan rangkaian kisah itu hanya menjadi sebuah karya...
Film muncul lagi. Film setengah jadi itu ditampilkan menjadi sebuah Trailer utuh film "Cerminan Kasih-Mu" yang dibuat apik dan mengesankan. Perempuan berkerudung hijau muda itu tertegun, tampak pipinya sembab menahan isak tangis. Film diakhir dengan kemunculan sebait kata, inilah cerminan kasih Allah pada kami, untuk menjadi cerminan untuk kami hari ini dan sebuah sejarah kelak. Kemudian muncul main title yang bertuliskan Kisah Yang Belum Usai dan credit title sederet nama ada disana, termasuk nama Shofia. Layarpun kosong. Lampu-lampu kembali menyala. Terlihat beberapa penonton sembab dengan tangis, termasuk perempuan berkerudung hijau air matanya terurai. Salah satu diatara mereka bertepuk tangan diikuti dengan yang lainnya. Sekejap Susana riuh kembali oleh sorak penonton.
Alun music kembali terdengar begitu mellow. beberapa perempuan keluar dari balik sisi panggung. Salah satu dari mereka menyanyikan sebuah lagu berjudul "Cerminan Kasih-Mu". Perempuan berkerudung hijau muda kini mengembangkan senyumnya, melihat salah seorang yang mengundangnya untuk hadir di tempat ini telah sukses menjalankan misinya dan memperbaikinya. Lalu ia melirik pemuda di sebelahnya. Ia pun tampak mengembangkan senyum. Para pemain yang juga ada pada rekaman film tadi berada diatas panggung. Hanya ada 9 orang disana. Pertujukkan selesai.
"Mungkin hanya ini yang dapat kami persembahkan. Mohon maaf apabila ada kesalahan, Waassalamualikum warrohmatullahi wabarokatuh." Seru perempuan berlesung pipit lewat microphone mengakhiri pertunjukan.
--------
Jangan lupa melaksanakan kewajiban yaa
Jangan lupa Vomentnya Maaciww
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi di Balik Layar (Complete)
General FictionKarena Bersama Allah, kamu punya banyak cara untuk menjadikannya nyata Oleh: Hulya Ashfie #1 mimpi (10 maret 2019) Namanya, Athaya Shofiatuz Zahwa, ia biasa dipanggil Shofia, Santri putri kelas akhir di sebuah pesantren di pojok kota hujan. Ia memil...