Surat Penyataan

181 13 0
                                    

Ketika aku menyadari telah berbuat salah maka aku harus berani untuk mengakui, meminta maaf dan memperbaikinya

- Shofia -
***

Sebagaimanapun ia menyembunyikannya, rasa tegang itu pasti akan hadir. Hari yang menegangkan bagi Shofia telah didepan mata. Selepas dzuhur nanti ia akan ditonton seluruh santri putri dan santri putra untuk menyelesaikan puncak dari hukumannya. Hatinya mulai tak tenang. Terhitung dua menit lagi guru di depan kelas akan beranjak dan perasaannya kini telah bercampur aduk. Pikirannya telah melayang entah kemana.

Pada istirahat tadi ia telah meminta maaf pada seluruh teman-teman seperjuangannya atas perilakunya yang mencerminkan kelakuan buruk bagi santri kelas akhir dan telah mecoreng nama generasinya. Shofia sadar beberapa dari teman-temannya ada yang tidak suka dan mencemooh di belakangnya. Maka dari itu, sebelum momen itu dimulai ia telah meminta maaf kepada seluruh teman-temannya. Seluruhnya menerima maaf darinya. Walau ada beberapa orang ada yang masih membicarakannya. Baginya ia telah melakukan apa yang mesti ia lakukan. Iapun terlihat bahagia beberapa temannya begitu mensupportnya. Terutama Lala, Firka, Hanna dan Fida.

"Shofff, kamu pasti bisyaa."

"Semangat."

"jangan lupa berdoa ya."

Bel berdencang keras. Seluruh santripun membaur meninggalkan kelas masing-masing. Begitu pula Shofia dan beberapa temannya. Hatinya semakin digeluti rasa gugup. 

Usai sholat dzuhur dan pembacaan ratib para santri tak diperbolehkan untuk pergi meninggalkan masjid. Beberapa pengumuman disampaikan oleh beberapa pengurus. Shofia terlihat berkali-kali menarik nafas, bertasbih, dan jantungnya kerap berdetak kencang. Hanna yang terlihat telah sembuh dari sakitnya menemani Shofia dari balik pintu masuk masjid putri yang ada di lantai dua.

Suara-suara riuh dari para santri terdengar sunyi. Shofia pun diaba-abai untuk masuk oleh adik kelas mereka yang menjadi pengurus tahun ini. satu jalan telah dibuat ditengah-tengah para santri. kini ia berjalan diantara ribuan orang seperti model yang sedang catwalk bersama beberapa santri yang akan diikror pula. Shofia satu-satunya yang mengenakan kerudung semaphore.

Detak jantungnya semakin kencang. Wajahnya ia tundukkan. Jalan yang telah dibuat menuju mimbar masjid seperti begitu panjang. Tepat didepan ribuan orang ia memejamkan mata, semua menatapnya, terdengan bisik-bisik yang seperti membicarakannya maupun dua santri putri yang pula akan membaca surat pernyataan didepan semua yang memandang mereka.

Shofia yang terlebih dahulu dipersilahkan untuk membacakan isi surat pernyataan dalam map yang ia pegang. Dengan tangan yang terasa bergemetar dan wajahnya terasa panas dan terlihat pucat pasi, kembali ia tarik nafasnya dalam-dalam. Satu buah mic telah berada di hadapannya dipegangi oleh salah seorang pengurus bagian keamanan. Dengn bibir yang sedikit bergetar, ia mulai membaca.

"Bismillahirohmani rohim. Surat pernyataan..." kembali ia menarik nafas. Lalu meneruskan membacanya, hingga pada suatu kalimat ia sedikit terhenti kemudian melanjutkan dengan bibir yang bergetar.

"Dengan pelanggaran sebagai berikut. Satu,bertemu santri putra bernama Akhdan Farid Salam tanpa izin. Dua, berhubungan dengan santri putra yang bernama Akhdan Farid Salam. Tiga, keluar pondok tanpa izin selama dua hari. Demikian surat pernyataan ini, semoga menjadi kaca perbandingan untuk seluruh santri pada umumnya dan untuk saya pada khususnya. Yang bertanda tangan dibawah ini.... bla bla... sekian wassalamualaikum," usai sudah ia membacakan surat pernyataan itu ada embun hangat yang menghiasi wajah. Di tempat yang berbeda adegan yang sama pun tengah dilakoni oleh Farid di hadapan para santri putra.

Setelah Shofia dan 2 santri pelanggar bagian keamanan selesai membacakan surat pernyataan, ketinganya didampingi dua pengurus melangkah menuju masjid santri putra. Gugupnya semakin meningkat berkali-kali lipat. kepalanya tertunduk semakin dalam hingga tak menyadari bahwa mereka berpaspasan dengan 5 santri putra yang akan menuju masjid santri putri, salah satu diantaranya ada mata bersalah yang menatap Shofia. Dalam angannya Ia ingin memeluk Shofia memberikan ketenangan pada gadis itu namun mustahil. 

"Sho.." belum sempat Ia memanggil, tangan kekar bagian keamanan putra menariknya menjauh. Kamu gak sendirian Shof... Tuturnya dalam hati hingga mereka saling menjauh. 

Di depan seluruh santri putra yang menatap Ia dan kedua pelanggar, Shofia memejamkan mata, setitik embun menggantung Ia berusaha menahannya agar tidak jatuh dan hatinya berusaha menahan sesak yang melonglong dahsyat. Ketika Shofia membacakan surat pernyataan itu banyak yang menyorakinya, hatinya meringis, Ia melanjutkan membaca dengan terbata-bata sorak sorai itu di hentikan oleh beberapa santri putra yang berdiri, mereka adalah pengurus putra. Selesai melaksanakan puncak hukuman ia torehkan senyum rasa kepuasan dalam hatinya telah melewati ujian ini. Ketika aku menyadari telah berbuat salah maka aku harus berani untuk mengakui, meminta maaf dan memperbaikinya.

---------
siapa yang dah nunggu update an Shofia??? hihi maaf yaa kelamaan 

Jangan lupa melaksanakan kewajiba yaa sobat 
dan jangan lupa vomentnyaa biar semangat lanjut nulis 


Mimpi di Balik Layar (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang