The Oprec

210 9 0
                                    

  Tanpa campur tangan Allah satu persatu mimpi-mimpi itu tidak mungkin terwujud  

- Ustadz Fahmi -
***

Satu yang membuat Shofia bahagia lagi adalah usai acara pentas tiga hari yang lalu. Tiga orang santri putri datang padanya. Mereka adalah tiga orang anggota kelas sinematografi yang sempat mundur. Kini usai melihat perjuangan Shofia dan kawan-kawannya lewat film behind the scene yang diputar, ketiganya ingin kembali. Mereka ingin mengembangkan peminatan yang hampir runtuh itu. Rasa bahagia atas ungkapan mereka membuat haru seorang Shofia. Mimpinya lagi seakan mulai terwujud. Apalagi mendengar pernyataan mereka.

"Sis, we're so amazed with your effort, Your film make us aware. can we back again to cinematography's class? We wanna continuing your struggle," ungkap Ratih berbahasa inggris, karena minggu ini memang minggu berbahasa inggris.

"that's right Sist, forgive us cause we have leave the cinematoghraphy's class without reason," tambah Fina

"We hope u can appologive us and receive us be your member," timpal Sarah

Mendengar kata-kata ketiga adik kelasnya itu, gadis bermata coklat itu berkaca-kaca, ada kebahagiaan yang terpantul dari balik wajahnya. Ia memandangi ketiga gadis itu seraya berkata

"Ratih, Fina, Sarah u're still member of cinematography!"

Ketiganya mengembangkan senyum.

"U're our continues, that why before we make this film, one of our hopless is u're sould back," lanjut Hanna tepad berada di samping Shofia.

Ratih, si gadis berkulit sawo matang segera memeluk kakak kelas yang ada di hadapannya itu, diikuti Fina dan Sarah.

Akhirnya Ratih, Fina dan Sarah Membuka open recruitment bagi santri putri yang ingin menjadi anggota maupun belajar mengenai kesinematografian. Tak diduga yang berminat cukup banyak. Karena posisi Shofia dan kawan-kawan sudah menjadi kelas senior dan disibukkan untuk persiapan UN (ujian Nasional) dengan segala bimbel-bimbel yang diikuti. Maka tugas ini mereka berikan kepada tiga orang anggota yaitu Ratih, Fina dan Sarah.

Senyumnya kian merekah tak ubahnya sinar mentari yang kian benderang. Rasanya seperti mimpi saat melihat beberapa anggota baru yang hadir dalam pertemuan pertama setelah ketiga adik kelas mereka mengadakan open recruitment peminatan cinematography selama satu minggu kemudian penyeleksian lewat wawancara hingga terpilihlah anggota baru. Sekitar 15 santri putri dari berbagai jenjang. Kebahagian itu begitu mengambang dari balik wajah shofia dan teman-temannya. Air mata haru pun hadir saat memberikan kata-kata sambutan siang itu. 

"Bismillahirrahmanirrohim, Assalamualaikum sahabat sineas semua, gimana kabarnya?" 

"Waalaykumussalam Alhamdulillah baik kak." Jawab serempak adik-adik kelasnya. 

"Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat tiada tara sehingga kita bisa berkumpul dengan niat suci untuk belajar bersama di peminatan sederhana ini. alhamdulillah mewakili crew kaka berterima kasih untuk teman-teman semua yang telah tergerak dan bersedia untuk bergabung menjadi bagian dari kelas sinematografi. Kakak yakin teman-teman memiliki tujuan yang sama, niat yang sama untuk mengembangkan sinematografi di pesantren tercinta kita ini. Menjadi sineas muslim ya berbakat. Semoga teman-teman mendapatkan banyak pelajaran, pengalaman dan dapat berkarya lebih baik lagi dan lebih banyak lagi di kelas sinematografi ini. Semangat berkarya!"

"Semangat!!" seru kompak para anggota baru. 

"Alhamdulillah Kakak pribadi benar-benar bersyukur melihat semangat teman-teman semua. Alhamdulillah Allah mewujudkan mimpi kami melihat kalian semua berada disini." Ucapnya dengan embun hangat yng mengalir, ini bukan kesedihan tapi haru.

Hari itu juga di depan para anggota baru Shofia menyerahkan jabatan yang hampir 2 tahun lebih diembannya sejak menjadi pengurus lalu menjadi mualimah 8 bulan yang lalu kepada Sarah. Untuk meneruskan perjuangannya menjadi ketua peminatan sinematografi. Serah terima jabatan disimbolkan dengan pemberian sebuah map berisi surat dan penyerahan berkas-berkas dan perlengkapan milik peminatan sinematografi. Momentum sederhana itupun didokumentasikan oleh kameramen sejati, Fida. Riuh tepuk tangan menggema di ruang kelas sudut lantai 2 gedung sekolah putri. 

Kebahagian semakin meroket saat para anggota mengungkapkan betapa mereka kagum dan terharu atas kerja keras Shofia dan crew hingga menciptakan karya yang begitu bagus. Bukan hanya mereka, salah satu ustadz yang tengah berdiri diantara mereka memberikan appreciation kepada mereka berlima. Ustadz yang juga amat berperan dan membantu dalam kesuksesaan acara kemarin, Ustadz Fahmi.

"Kalian harus banyak belajar dari 5 orang kakak senior kalian ini, untuk jangan pernah menyerah dalam mengukir mimpi, jangan pernah mundur untuk mewujudkannya, mulailah dan dan selesaikanlah, apapun itu hasilnya." 

"dan satu lagi niatkan karya yang akan kalian buat adalah karena Allah dan untuk berdakwah. Jangan hanya ingin sukses, tenar, populer dan lainnya." 

"Jangan sampai apa yang kali kerjakan itu tidak bernilai ibadah, alias hanya sia-sia saja, mungkin untuk dunia kalian sukses tapi untuk akhirat? jadikan hobi kalian ini menjadi satu pahala yaitu dengan diniatkan untuk berdakwah karena Allah SWT."

"Siapp ustadz." Seru kompak anggota-anggota baru termasuk para senior. 

Kata-kata Ustadz Fahmi seperti cubitan untuk Shofia, apa yang selama ini Ia niatkan dalam proses pembuatan film? apakah semata untuk kesuksesan mewujudkan mimpinya atau karena untuk berdakwah menyisipi nilai-nilai islam di dalamnya. Kembali Shofia disadarkan. Ia harus memperbaiki niatnya. Ujian yang Allah perkenankan beberapa hari ini juga untuk menyadarkan untuk apa mimpi-mimpi yang selalu ia sebut dalam doanya? sekedar untuk kesuksesan dan kebanggan

"Terima kasih ya Ustadz atas nasehat-nasehatnya." Ucap Hanna. 

"Iya ustadz terima kasih yaa jadi serasa ditampar nih." sambut Lala

"sini aku tampar La." Fida siap-siap melayangkan tangan kanannya ke pipi Lala membuat Lala teriak. nyatanya bukan sebuah tamparan tapi cubitan dipipi si mata lentik. 

"hampir aja," ucapnya membuat yang lain tertawa. 

"Ustadz, Shofia benar-benar berterima kasih sudah banyak membantu mewujudkan mimpi-mimpi kami."

"Kalian tidak perlu berterima kasih pada saya, saya hanya perantara, berterima kasihlah pada Allah SWT,  Tanpa campur tangan Allah satu persatu mimpi-mimpi itu tidak mungkin terwujud."

Kembali kelimanya tersihir oleh kata-kata Ustadz Fahmi.

Pertemuan pertama itu begitu mengesankan dan membuat Shofia dan keempat rekannya terharu . Inilah buah kemanisan itu. Dari sini mereka yakin bahwa peminatan ini akan maju kembali dan akan bersinar kembali. Mata Shofia pun mengalir hangat. Ia rasa tak akan takut lagi untuk memiliki mimpi besar. Ia bertekad akan menuliskan lagi skenario mimpinya. Ia akan meraih kembali bintangnya. Karena bintang-bintang kecil itu masih bertebaran diangkasa sana yang diniatkan untuk berdakwah mencapai ridha Allah SWT. Shofia yakin ia mampu karena Allah Ta'ala.

___________

(1) kak, kami sangat kagum dengan jerih payahmu. Bisakah kami kembali? Filmmu membuat kami sadar. Kami ingin meneruskan perjuanganmu
(2) kak, maafkan kami karna kami telah meninggalkan kelas sinematgrafi tanpa alasan
(3) Kami harap kamu bisa memaafkan kami dan menerima kami kembali
(4) Kalian masih anggota sinematografi
(5) Kalian adalah penerus kami, maka dari itu sebelum kami membuat film ini, satu harapan kami adalah kalian akan kembali.
---------------------

Ma sha Allah semoga impian2 readers semua juga dapat berbuah manis seperti yang dialami Shofia yaa...

Jangan lupa melaksanakan kewajiban kita ya genks dan jangan lupa vomentnya biar akuh semangat updatenya haha 

Mimpi di Balik Layar (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang