karena segala kemudahan datangnya hanya dari-Mu
- Shofia -
***
Sinar mentari tampak begitu terang hari ini, membuat suasana begitu terasa amat panas. Suasana seperti ini memungkin untuk melepas penat bagi anak kelas akhir setelah melaksanakan ujian 'Amaliyah Tadris yang telah berjalan sejak empat hari yang lalu. Salah satu program kelas Niha'I (1)sebelum kelulusan. Namun tidak bagi si hitam manis yang puitis dan si cantik berbulu mata lentik yang menelusuri lorong-lorong gedung sekolah. Tepatnya mereka akan survey lokasi-lokasi yang akan menjadi setting film, tepat selepas melaksanakan sholat dzuhur berjama'ah tadi.
Saat awal pelaksanaan 'Amaliyah Tadris, para santri akhir terutama mereka telah disibukkan untuk membuat I'dad (2) sebelum melaksanakan ujian praktek mengajar dan sibuk latihan. Tapi untuk hari ini keduanya mendapat waktu luang untuk kembali mengurus persiapan pembuatan film. Berhubung karena kemarin mereka telah menyelesaikan ujian 'Amaliyah Tadris yang dilaksanakan secara bergantian setiap harinya sesuai dengan kelompok-kelompok yang telah dibagi.
Sedari tadi kedua perempuan ini telah mengelilingi area pesantren mulai dari gedung asrama, masjid, kantin hingga kini mereka berada di lantai utama gedung sekolah. Terlihat beberapa dari santri putri hilir mudik di hadapan mereka. Entah hanya duduk santai maupun belajar atau hanya bersenda gurau.
"Kalo di gedung sekolah yang kita butuhin tuh kayaknya kelas, lobi, dan di tangga aja, Fir!" jelas si mata lentik, perempuan disebelahnya hanya manggut-manggut.
"Buat adegan di rumah teh kira-kira dimana ya?" tanya gadis asal sunda ini dengan suara lembut khasnya.
"Gimana kalau di Rumah Ustadzah Arina?"
"Oh iya benar juga, berarti kita teh harus izin dulu ke ustadzah?"
"Iya gampanglah, nanti kalo nggak boleh kita cari inisiatif lain. Terus mengenai rumah sakit, gimana nih?"
"Emm, sepertinya teh nggak bakal diizinin, kalau kita buat surat rekomondasi ke rumah sakit."
"Hmm kalo gitu kita harus cari inisiatif buat setting rumah sakit," lirih si mata lentik setengah berfikir, "Emm gini aja, gimana kalo lorong rumah sakit kita bisa pakai lorong-lorong asrama, nah kamar pasiennya di klinik deh, gimana?" lanjutnya menerangkan idenya.
Firka hanya manggut-manggut. Lalu menuliskannya di buku yang sedari tadi dipegangnya.
"Ruang tamu?"
"Kalo ruang tamu sih, emmm, kita bisa pake kantor guru deh kayaknya, kan ada meja dan kursi tamu tuh, tapi kayaknya si kita harus izin dulu ama asatidz penanggung jawab kantor."
" Iya, atau di rumah Ustadzah Arina aja sekalian, La."
"Waaahh iya iyaa bener banget tuh, Fir."
Setelah merasa cukup dalam penentuan lokasi-lokasi yang akan dijadikan lokasi shooting nanti, seperti kamar, kelas, sekolah, rumah, taman, GSG (gedung serba guna), kantor, lobi dan rumah sakit. Mereka beranjak menelusuri lorong-lorong kelas-kelas yang dipakai beberapa santri kelas akhir untuk latihan ujian 'amaliyah tadris dan latihan untuk pentas seni nanti. Disalah satu kelas di gedung lantai dua tampak sosok Shofia sedang berlatih, pasalnya besok adalah hari yang paling medebarkan baginya, dimana gilirannya untuk maju sebagai peserta ujian 'amaliyah tadris yang dibimbing oleh ustadzah Laila. Meski sudah berkali-kali latihan dan tampak lancar tetap saja ia degdegan karena tentu suasananya akan berbeda ketika latihan dan saat ujian nanti, dimana ketika ujian nanti ia akan bertatapan langsung dengan para murid yang notebene adalah adik kelasnya sedangkan saat latihan seperti sekarang ini ia hanya bicara sendiri di depan kursi-kursi kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi di Balik Layar (Complete)
General FictionKarena Bersama Allah, kamu punya banyak cara untuk menjadikannya nyata Oleh: Hulya Ashfie #1 mimpi (10 maret 2019) Namanya, Athaya Shofiatuz Zahwa, ia biasa dipanggil Shofia, Santri putri kelas akhir di sebuah pesantren di pojok kota hujan. Ia memil...