Hati yang Resah

275 12 0
                                    

  karena setiap mimpi yang ingin diwujudkan butuh diperjuangkan dengan sepenuh hati  

- Author - 

***

Siang dan malam berganti begitu cepat, kini sedikitnya dengan penuh susah payah beberapa adegan dalam skenario telah sukses digarap. Walau baru beberapa namun sedikitnya usaha al-aflaam crew membuahkan hasil. Hari ini, untuk yang kesekian kalinya shooting, bertempat di sebuah ruang kelas.

"Shof, si Lissy kayaknya nggak bersemangat gitu ektingnya," dengus sang kameramen setengah berbisik saat break.

"Mungkin, hari ini dia memang lagi badmood, Fid."

"Ah masa, Tapi gue perhatiin dari kemaren dia tuh kayak begitu, kayak nggak ikhlas! Coba aja adegannya salah melulu, apalagi pas adegan nari kemaren. Padahalkan udah dilatih! Terus dia jarang fokus," paparnya panjang lebar, Shofiapun menghela nafas.

"Yaudahlah nggak apa-apa, yang penting udah lumayan bagus kok!" Fida hanya manggut-manggut mendengarnya.

"Senyuummmm..." tiba-tiba seseorang mengagetkan mereka dengan kamera yang ia genggam. Sekilat cahaya menyala.

"Ya Allah Lala, ngagetin aja. Coba lihat, kalau jelek apus!" cetus Shofia merampas kameranya.

"Tau nih, lagi serius juga!" yang diserapahi hanya nyengir.

"Buat kenang-kenangan. Shof, awas yaa jangan diapus. Kalo diapus ngambek gue. nggak mau ikutan lagi nih."

"Iya...iya duuhh ngambek, pundung dah." Yang digoda hanya ketawa.

"Rajin amat sih La. Moto-moto nggak jelas gini," protes si chubby, ikut melihat-lihat.

"Yaa, kan tadi udah dibilangin Fid. Buat iseng-iseng aje."

"Hei,hayuk dilanjut. Bentar lagi bel magrib nih!"

"Eh tunggu, kita selfi duluu yukk," dengan kilat Lala merampas camdignya lalu mereka berselfi ria.

"Dasar anak narsis!"

Para crew bergegas mempersiapkan untuk pengambilan gambar lagi. Kini telah ada beberapa pemain yang akan di shoot. Kelas terlihat ramai. Pengambilan gambar sore itu memang mengambil latar di kelas. Detik-detik waktu berputar bersamaan dengan perjalanan shooting hingga malam hari. Waktu semakin mepet. Walau masih 15 hari lagi. Namun para sinematografer ini harus segera menyelesaikan pengambilan gambar agar cepat dubbing (1) dan editing. Rencana H-7 pentas seni "Crystal Night" mereka telah selesai penshootingan. Adegan masih banyak yang belum diselesaikan, sedang mereka hanya bisa meluangkan waktu untuk shooting pada siang, sore dan malam hari usai pengajian kitab kuning, kadang-kadang sore tiap hari kamis, selasa dan sabtu mereka tidak bisa shooting karena harus bimbel untuk persiapan UN dan pagi harus sekolah. Berbeda dengan hari minggu, mereka akan full time mengerjakannya. Meski durasi yang diberikan hanya 30 menit untuk menampilkan film, namun proses pembuatanya tentu cukup panjang.

Dibantu dengan menggunakan dua buah senter besar, agar penerang lampu terlihat lebih terang dan tidak buram, shooting di depan rumah ustadzah malam itu pun dimulai. Untungnya rumah ustadzah Arina berada di area pesantren.

Lissy bergerak berjalan keluar rumah, kemudian Ia pun menengadah ke langit. Fida terlihat masih fokus menyorot Lissy dari arah samping, kemudian dengan perlahan Ia berjalan kearah depan. Kini Ia telah berada dihadapan Lissy. Setetes air mata mengalir seketika dari balik mata si pemeran utama, Fida pun menyorot adegan itu secara close up (2) dengan hanya mengatur tombol dengan tangan kirinya. Namun tiba-tiba Fida minta ulang karena ia salah tekan tombol, Hanna memperhatikan gerak-gerik perempuan chubby itu ada keresahan dari balik mata bulatnya. Sedang Shofia mengisyaratkan untuk cut and hold (3). Fida segera berdiri disisi Lissy Menyorot langit yang ditatap Lissy. Lalu Fida kembali keposisi semula untuk meneruskan adegan yang di cut tadi. Namun ada satu kesalahan pada acting Lissy kembali Shofia meng-abai Fida untuk cut.

Mimpi di Balik Layar (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang