Binar Senja

194 9 0
                                    

Seperti ada binar disana. Binar yang mencerahkan langit senja yang masih basah
-Author-
***

"Masya Allah Shofia kemana? ini teh bisa menjadi masalah yang besar jika benar-benar kabur." Seru si manis Firka memecahkan kehenigan rintikan hujan dan angin yang menerpa sore yang sebentar lagi akan terbenam.

"Dia tuh nekat bener yee, suasana udah genting begini. Malah tambah bikin runyaam,"

"Tenang-tenang kita jangan panik," sosok Hanna mencoba menenangkan dalam lingkaran pertemuan empat santri putri ini diberanda masjid yang sunyi.

"Jangan panik gimaneee, Shofia ilang! Kamu bilang tenang, ini jadi satu ancaman buat kita semua tauk! Tentang sinematograpi, pentas kita, dan hukuman dia. Kalau ampe unstadzah tau kitaa bakk..." belum sempat si ceriwis Lala meneruskan Hanna memotongnya.

"Makanya jangan sampai ini terdengar ke telinga para asatidz dan juga teman-teman yang lain," ia sedikit berbisik mengungkapkannya.

"Aku yakin cepat atau lambat berita ini akan menyebar!"

Hanna hanya menghela nafas demi mendengar kata-kata dari Shaima, satu-satunya yang berkaca mata.

"Kira-kira dia kemana ya? Emm apa dia baik-baik aja?" Gumamnya

"Oya, aku denger si Lissy juga pergi yaa?"

"Pergi La? Kabur juga maksudnya?"

"Nggak, Katanya sih dia izin pulang. Tadi pas istirahat dia buru-buru gitu kan? nah itu dia pergi."

"Aku juga sempet denger," timpal Shaima.

"Kenapa dia tiba-tiba pulang?"

Lala hanya mengangkat bahu demi menjawab pertanyaan Hanna.

"Han, gimana kalo sekarang teh kita mikirin tentang kelanjutan misi kita, kumaha kitu? Semakin sempit nih waktu kita?"

"Iyya bener banget, kasian kan temen-temen para pemain lainnya. Mereka, termasuk aku jadi luntang-lantung begini. Aku siap kok bantu." Ujar Shaima lagi melepas kacamatanya yang berembun.

"Ana juga belum tau, tadi pagi konsul dengan ustadz Fahmi dapet ide tapi kayaknya susah karena Fida juga nggak ada. Jika diteruskan juga tidak memungkinkan."

Ya, pagi tadi saat jam istirahat berlangsung, ketiganya menemui ustadz Fahmi untuk meminta solusi mengenai permasalahan yang terjadi, namun jawaban sang ustadz jauh diluar dugaan, malah membuat ketiganya harus berpikir keras.

"Menurut saya, sebaiknya kalian lupakan tetang pembuatan film. Anggap kalian tidak sedang mengerjakan missi itu. dan sekarang yang kalian lakukan adalah berfikir untuk memulai lagi suatu yang baru yang bisa terjangkau dengan waktu yang hanya tiga hari ini," paparnya menunjukkan tiga jarinya.

Lantas tak ada satupun ide yang terlintas, apalagi dengan waku yang amat singkat seperti ini. Memang benar apa yang Ustadz Fahmi katakan, ketiganya faham sekali tidak mungkin memulai lagi, dilanjutkanpun juga tidak mungkin karena Lissy , si tokoh utama telah mengundurkan diri dan pergi, sang sutradara lari entah kemana dan pemain lain ada yang bubar, terluntang-lantung dan bingung apa yang mau dilakukan.

"Kalau begini emang sepertinye kaga ada jalan keluarnya dah. Huft apa harus berakhir?" Gumam Lala sambil memainkan camera digital miliknya. Melihat foto-foto dan rekaman. Yang lain hanya terdiam karena masih belum mendapatkan ide apa-apa.

Hujanpun semakin reda. Tinggal beberapa tetes air yang masih turun. Hanna masih memandang tetesan air yang ada dihadapannya. Pikirannya menerawang jauh. Ia mencoba mencari ketentraman. Ia tau tak boleh meratapinya, ia pun tak boleh tinggal diam dalam keadaan seperti ini. untuk kebaikan semua ia mencoba fokus untuk acara yang sebentar lagi akan tiba. Bukan karena ia tak peduli dengan keadaan sahabatnya yang entah dimana kini. Namun tak mungkin ia bersikap konyol seperti Shofia. Lari dari tanggung jawabnya. Ia hanya menunggu kabar Shofia dan berusaha mencari ide. Ia punya Allah, iya yakin Allah sudah mempersiapkan jalan keluar dan kado terindah untuk mereka, tinggal ia mencarinya.  

"Sebenarnya apa yang ada difikiranmu Shof? hingga kamu memiliki pemikiran yang buntu seperti itu. Ya Allah aku mohon lindungilah sahabatku. Biarlah ia menjernihkan fikirannya dan kembalikan ia secepatnya kesini ya robb." Gumamnya dalam hati.

Ia melirik beberapa teman-temannya yang masih merenung, hanya Shaima yang sibuk dengan buku tafsir digenggamannya dan Lala yang sibuk dengan kameranya. Terlihat ia tiba-tiba merekam kucing yang kebasahan karena terkena air hujan. Ia tertawa sendiri melihat tingkah kucing sambil merekam adegan si kucing kedinginan itu. Firka hanya menggeleng-geleng melihat tingkahnya. Entah mengapa tiba-tiba mata Hanna melebar. Seperti ada binar disana. Binar yang mencerahkan langit senja yang masih basah demi melihat Lala, kucing dan kameranya.

--------- 

Kira-kira Ustadzahnya bakal tau gak yaa shofia kabur dan ide apa yaa yang tercuat di pikiran Hanna? semoga mereka segera mendapatkan jalan keluarnya yaa aamiin hihi 

biar author tambah semangat buat ngelanjutin nulisnya yuk comment dan vote nya yaaa 
Jangan lupa follow.... 

Mimpi di Balik Layar (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang