Antara Bintang dan Mimpi

543 17 2
                                    

  Masih banyak kesempatan yang akan kita dapatkan untuk memperbaikinya, karena Allah tak pernah tidur, Allah akan selalu mendengar doa-doa dan harapan-harapan hamba-Nya  

- Hanna -

***

Di Lantai dua masjid ia banjiri wajahnya dengan air mata, seketika wajah putihnya berubah sembab, hidung dan kelopak matanya merah seperti tomat yang baru matang. Ketika rasa sedih tak dapat disembunyikan lagi, maka tak salah jika butiran-butiran tangis yang mewakilinya. Sungguh rasanya ia ingin malam ini Allah menurunkan air hujan, agar tak ada lagi perbedaan antara air mata dan air hujan yang membasahi wajahnya. Namun sayangnya malam ini hujan tak turun, akhirnya gadis bermata coklat ini beranjak menuju tempat wudhu, ia mandikan wajahnya dengan air berkali-kali hingga ujung kerudungnya basah. Mata coklatnya kini menerawang ke langit nan hitam pekat dihiasi sinar bintang-bintang yang menjadi keindahan tersendiri di atas pekatnya malam. Lalu ia tersenyum. Seseorang menghampirinya, duduk disebelahnya ikut berkelana dengan imajinasinya yang entah kemana. Mata sipitnya menatap penuh iba.

"Kita semua sedih dengan kejadian malam ini. Tapi jangan sampai kesedihan ini berlarut-larut. Semua pasti ada hikmahnya," si mata coklat tersenyum getir mendengarnya ucapan gadis disampingnya.

Peristiwa beberapa jam yang lalu masih membuatnya sedikit shock. Seakan percikan api, asap-asap, serpihan-serpihan, bahkan amarah dan omelan-omelan itu masih ada dihadapannya dan seakan mimpi-mimpinya terbawa pergi bersama asap-asap itu. Ia Tarik nafas dalam-dalam, mencoba menghilangkan bayang-bayang itu.

"Lihat deh bintang-bintang di langit sana," dengan kilat gadis disampingnya itu mengadah ke langit.

"Bintang-bintang yang bertebaran itu, rasanya begitu jauh dan sangat sulit untuk menggapainya walau satu bintang saja. Seperti halnya impian-impian kita." Lirihnya menahan air yang ingin menerobos dari kantung matanya untuk yang kesekian kali.

Gadis bermata lentik ini menyungging senyum, membentuk lesung di kedua pipinya.

"Ya, bintang yang kita lihat itu memang jauh, tapi impian kita tak sejauh bintang-bintang itu karena ia tidak berada di angkasa tapi dia berada begitu dekat Shof, disini, di langit-langit hati kita, yang selalu kita bawa kemanapun. Tapi sesulit apapun impian itu, kita harus selalu siap dan berusaha untuk menggapainya!" seketika mata coklatnya beralih memandangi gadis dihadapannya yang tengah tersenyum.

"Masih banyak kesempatan yang akan kita dapatkan untuk memperbaikinya, karena Allah tak pernah tidur, Allah akan selalu mendengar doa-doa dan harapan-harapan hamba-Nya. Dan ana harap kamu nggak akan berhenti bermimpi, melukis lagi impianmu, impian kita!" mata coklatnya kini berkaca-kaca demi mendengar kata-kata sahabatnya itu, dengan kilat ia peluk erat sahabatnya.

Malam semakin larut dan bintang masih bersinar diatas sana. Bintang-bintang itu seakan tersenyum padanya dan senyum bintang itu tertoreh kedalam hatinya, ketika tangannya mencoba menggapai sinar bintang, bintang seraya berbisik "Kuat yaa kakak Shofia, jangan sedih dan takut, karna Allah bersamamu!" sedetik kemudian Shofia tertawa atas khayalannya tentang si bintang. Ia rasa ia harus berbesar hati lagi, karena rintangan tentu akan kembali menguji hatinya.

"Shof," Seorang membuyarkan lamunannya yang sedari tadi menatap langit di masjid lantai dua itu.

Tak ia sadari lima menit waktunya tersita untuk mengingat kejadian 6 bulan yang lalu di tempat ini. Semoga Hal yang sama tidak terulang kembali. Harapnya.

"Kamu kenapa?" yang ditanya menjawab dengan gelengan.

"Mulai yuk, ni udah semua kumpul,"

Shofia mengikuti langkah perempuan yang mengagetkannya tadi menuju gerombrolan teman-temannya yang sudah berkumpul di pojok kiri masjid lantai dua ini. Berhubung malam minggu ini kelas akhir memang tak ada kegiatan, kecuali para adik kelas mereka yang sedang mengikuti kegiatan malam minggu yakni muhadhoroh (1), tentunya tak mengganggu kesibukan para pemain.

Mimpi di Balik Layar (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang