Hari mulai gelap,aku memutuskan untuk pulang di sepanjang jalan Arga tidak henti hentinya tersenyum dan memandangiku.
Kulihat di samping tempat duduk nya ada sebuah amplop dan aku yakin itu pasti surat dari rumah sakit.
Arga memberhentikan mobilnya di salah satu supermarket di dekat pom bensin.
"Liv,aku mau beli minuman dulu ya kamu tunggu disini"
Iya,ucapku sambil mengangguk cepat.
Setelah ku lihat dirinya masuk kedalam supermarket itu aku langsung membuka kertas itu dan membaca isinya.
Mataku membulat,aku kaget.Apa ini mimpi?
Lalu,surat yang ku baca waktu di rumah sakit itu surat apa?disini ada cap rumah sakit nya tapi memvonis bahwa aku yang menderita penyakit leukimia.
Berarti,surat yang aku baca sewaktu di rumah sakit itu palsu dan sudah di ganti nama oleh Keluarga Andreas.
Kenapa tidak ada seorang pun yang memberitahukan ku,dan kenapa mereka bertingkah seolah olah Arga yang menderita disini?
Tidak! Ini tidak boleh terjadi,aku masih ingin bersama Fahri dan juga Arga.Kalau saja aku tahu tentang penyakit ini aku tidak akan berjanji bersamanya untuk selamanya.
Aku segera menutup kembali surat itu dan memasukan nya kedalam amplop itu dan segera menaruhnya disamping tempat duduk.
Tidak lupa juga untuk tetap memasang wajah biasa saja,di hadapan nya.
Belakangan ini,aku sering mimisan,mual,demam,mengigil dan sakit kepala yang berkepanjangan.
Aku mengira ini hanya sekedar masuk angin biasa namun tidak ini penyakit mematikan,aku tidak mengerti aku harus apa sekarang.
Nyawaku akan segera habis,bulan depan akan ada ujian nasional dan dengan sangat terpaksa aku harus ikut ujian di London.
Walau ini memang sangat berat namun aku harus yakin,ini adalah takdir.
"Kenapa ngelamun mulu?" Arga membuyarkan lamunan ku dan dia juga langsung memegang tanganku.
"Eh ya ampun maaf" ucapku sambil membalas genggaman tangan nya.
Dia tersenyum dan kembali menatap ke arah depan,ku rasa dia curiga.
Dengan terburu buru aku langsung turun setelah sampai di depan apartement dimana aku tinggal.
Di luar tampak gerimis,Arga juga sudah kembali kini aku sendirian mama belum pulang dari kantor.
Aku butuh Fahri sekarang,namun dia sudah kembali ke Indonesia ingin rasanya tertidur di dalam dekapan nya.
Hangat dan nyaman.
Bulan terlihat tepat berada di atas kepalaku,bintang bintang mengelilingi nya.
Hatiku gelisah,ingin menangis tapi aku tidak mampu.
"Sayang" Suara serak mama terdengar dari ruang tamu.
Aku segera menarik nafas dan berusaha tersenyum agar mama tidak curiga.
"Iya maa" balasku
Mama langsung tersenyum,kulihat matanya bengkak dan sebam ku rasa dia habis menangis.
"Mama kenapa nangis"
"Tidak apa apa sayang,kamu udah makan?" Tanya nya.
Aku segera menganguk dan mama langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
Pikiranku masih tertuju pada surat itu,jika itu memang benar aku harus siap kehilangan kedua nya.
Aku sudah berani memegang dua orang dan sekarang aku juga harus berani melepas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjaku Yang Hilang [COMPLETE]
Short StorySenja telah berlalu,selamat datang malam,selamat jalan rinduku hanya itu yang selalu aku ucapkan,saat senja berlalu dari langitku.