Lima

106 21 2
                                    

Dimana mana ada typo.

~

Seorang laki laki tengah memandang sebuah foto berbingkai di balkon kamarnya,menikmati semilir angin malam dan keheningan yang meliputi.

Rindu.

Satu kata yang menggambarkan perasaanya  ini.Tatapannya sendu saat melihat sebuah foto digenggamannya,dimana dididalam foto tersebut terdapat dua anak kecil,laki laki dan perempuan yang saling merangkul.

Anak perempuan berambut sebahu dan berponi itu tersenyum lebar menatap kamera,sedangkan anak laki laki itu memandang si anak perempuan dengan senyum tipis.Ah rasanya ingin sekali melihat senyum gadis kecil itu lagi.

"Gimana kabar kamu?" ucap laki laki itu sambil memandang lekat gadis yang ada di foto tersebut.

"Mungkin sekarang kamu makin cantik" lanjutnya lagi.

Tatapannya kembali sendu,ada rasa sesak marah,dan kecewa menjadi satu. Matanya mulai memanas saat mengingat kejadian 'itu'.Tidak,ia tidak boleh lemah seperti ini,ia yakin gadis kecilnya akan marah jika melihatnya lemah.

Suara langkah kaki yang mendekat membuatnya tersadar dari lamunannya. Dilihatnya wanita paruh baya yang kini tengah duduk disampingnya sambil menatapnya lekat,sedangkan yang di tatap kembali fokus pada bingkai foto digenggamannya.

"Raka" ucap wanita paruh baya tersebut.

Ya,laki laki itu adalah Raka. Masih ingat dengan Raka?dia yang menunjukan ruang kelas kepada Kinan.Raka yang dipanggil hanya berdehem kecil untuk menyautinya.

Wanita paruh baya yang tak lain adalah Riana-mama Raka itu memandang putranya sendu,diusapnya punggung anak laki lakinya itu untuk memberi kekuatan.Riana tau penyebab anaknya seperti ini.

"Mau sampai kapan kamu kaya gini hm? Tanya Riana halus.

Tidak ada sahutan.

"Mama tau sayang,kamu kecewa,kamu marah,sedih,juga rindu sama dia kan?"

Masih tidak ada sahutan.

Riana menghembuskan nafasnya pelan."Mama yakin dia masih ada, mungkin dia sekarang menjadi gadis yang cantik dan manis" ucap Riana sambil tersenyum kecut.

Kini tatapan Raka beralih kepada sosok wanita yang sangat ia sayangi."Raka yakin dia masih ada ma,Raka yakin sekarang dia jadi gadis yang cantik,Tapi.."Raka menjeda ucapannya sebelum kembali melanjutkan."Raka gak yakin Raka bisa ketemu sama dia"

"Kamu harus bersabar Raka,mungkin sampai saat ini waktu belum berpihak kepada kita,tapi mama yakin ada saatnya,saat saat dimana dia akan kembali"

Raka memeluk mama nya dengan sangat erat."Sudah malam,kamu tidur ya,besok sekola,mama ke kamar dulu." ucap wanita paruh baya itu sambil melepas pelukan putranya dan berjalan keluar dari kamar Raka.

Raka pun masuk kedalam kamarnya dan membaringkan tubuhnya di kasur king size nya.memejamkan matanya,tak lupa dengan sebuah foto berbingkai di pelukannya.

"Mimpi indah"ucapanya sebelum benar benar menuju alam mimpi.

****

Jam baru menunjukan pukul 05.50 pagi,tapi seorang gadis sudah rapi dengan seragam sekolahnya,ia bergegas turun kebawah.

Sesampainya di meja makan hanya ada mama nya dan juga abangnya,ia pun mengambil tempat duduk disamping mamanya dan berhadapan dengan Farel-abangnya.

" Pagi" sapa gadis itu yang barusaja duduk.

"Eh Pagi Kinan,loh kamu kok tumben jam segini udah rapi sayang?" Bukannya membalas ucapan Kinan Vinan justru bertanya kepada Kinan.

"Iya ma pengen berngkat pagi aja" ucap Kinan seraya memakan nasi goreng buatan Vina.

Sebenernya gadis itu sengaja berangkat pagi untuk menghindari seseorang yang sangat sangat menyebalkan.

"Papa sama Ciko mana ma?" tanya Kinan disela sela makannya.

"Kamu kaya nggak tau mereka aja,anak sama ayah sama saja,tukang tidur" jawab Vina sambil menggeleng gelengkan kepalanya mengingat sifat anak dan ayah itu.

Kinan pun hanya mengangguk anggukan kepalanya.Ia melirik Farel yang sedari tadi hanya diam dan fokus kepada makannya.

"Bang" ucap Kinan.

Tidak ada jawaban,Farel masih asik dengan makanannya.

"Bang" panggil Kinan lagi,Kinan agak terkejut saat dentingan sendok dan garpu dari Farel semakin keras.

"Kinan bareng abang ya." ucap Kinan lirih.

Prangg

Betapa terkejutnya Kinan dan Vina saat Farel berdiri dari duduknya dan melempar sendok itu sangat kencang diatas piringnya,sehingga membuat sendok tersebut terpental.

Dapat Kinan lihat rahang Farel mengeras,matanya memerah menyiratkan amarah dan kebecian,tapi kenapa? Kenapa abangnya ini sangat tidak suka kepadanya? Pikir Kinan.

"UDAH BERAPA KALI GUE BILANG SAMA LO HAH?! JANGAN PANGGIL GUE ABANG! GUE GAK SUDI DIPANGGIL ABANG SAMA LO!"
ucap Farel berapi api .Kinan menundukan kepalanya dadanya terasa sesak dan buliran bening keluar dari sudut matanya tanpa permisi.

"CUKUP FAREL!!" ucap Vina dengan nada yang meniggi.

"Apa ma? Mama mau bela dia lagi iya.bela aja dia.Selalu seperti itu kan?Udahlah udah basi" ucap Farel sambil melenggang pergi keluar rumah.

Kinan masih menunduk,nafsu makannya pun sudah hilang.Vina yang melihat tuhuh putrinya bergetar menandakan ia menangis pun segera membawa kepelukannya.

Kinan membalas pelukan Vina dengan isakan yang semakin kencang.

"Ssttt...anak mama jangan nangis dong,maafin abang kamu itu ya nak," ucap Vina berusaha menenangkan Kinan.

Jujur Vina bingung harus bagaimana,saat melihat putra sulungnya seperti itu,Vina takut jika Farel kelepasan dan mengatakan semua kejadian 10 tahun yang lalu.

"Kinan berangkat mah" ucap Kinan yang melepaskan pelukannya dan membuat Vina tersadar dari lamunannya.

"Eh iya sayang,kamu naik apa?" tanya Vina.

"Taxi aja ma"

"Yausah hati hati ya sayang" ucap Vina lembut.dan dibalas anggukan oleh Kinan.

"Asallamualai'ikum ma" ucap Kinan sambil mencium punggung tangan wanita paruh baya didepannya.

"Wa'alaikumsallam"

Setelah bersalaman dengan mamanya Kinan bergegas keluar rumah ia menunggu taxi yang sudah dipesannya,betapa terkejutnya ia saat melihat sosok laki laki dengan jaket bomber tengah bersender di depan mobil berwarna merah mengkilat.

"Gue tau lo mau kabur dari gue" ucap laki laki itu.

Mimpi apa gue yaallah,nih orang nambah mood gue makin buruk aja. Batin Kinan sambil menghela nafasnya kasar.

"Masuk"ucapnya lagi.Kinan menaikan sebelah alisnya.

"Ke mobil" tambahnya lagi dengan memutar bola matanya malas.

"Emang gue iyain permintaan lo?" tanya Kinan dengan menyilangkan tangannya didepan dada."lagian gue udah pesan taxi ya,sorry" ucap Kinan menekankan kata terakhirnya.

"Gak ada penolakan." tekan laki laki itu.

"Kalo gue gak mau?"

"Masuk atau.." ucapannya sengaja ia jeda,ia mendekat kearah Kinan yang justru berjalan mundur,Nanta terus maju hingga punggung Kinan sudah menabrak pagar rumahnya,Nanta mendakatkan mulutnya ke telinga Kinan dan berbisik. "Atau gue cium."

Mata Kinan terbelak kaget,tubuhnya mematung diiringi detak jantungnya yang seperti habis berlari maraton.Kinan segera tersadar dan langsung berlari masuk ke dalam mobil Nanta,sedangkan Nanta tersenyum menang.

***

Gak jelas ya?maaf telat updat kemaren:(
Autor lagi banyak tugas lagi gak mood juga:)

Sedikit cerita ya,aku up part ini pas di acara ulang tahun temenku,buru buru update,jadi maaf ya kalo feelnya gak dapet.:')

Jangan lupa vote!!:')

K I N A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang