Dua Puluh Satu

70 8 1
                                    

Happy Reading❤
Kalo ada typo komen ya')

Satu komitmen berisi dua perbedaan. Satu rasa diisi dengan dua kepercayaan~

___•♥•___

"K-ka bisa berhenti gak g-gue takut" Ucap Kinan sedikit keras, Raka dapat mendengar itu. Tak lama Raka merasakan cengkeraman kuat dikedua sisi jaketnya.

Raka merasa tak asing dekan ketakutan Kinan, sama sama takut akan suasana berkendara dibawah hujan namun siapa?

Karena asik dengan pikirannya Raka sampai tak menyadari bahwa didepannya terdapat lubang pada aspal hingga motornya oleng dengan dibarengi cengkraman kuat pada pingganya.

"AAAAA!!"

BRAKK

~~

Hujan masih belum menunjukan tanda akan berhenti. Dua remaja yang kini sedang berteduh di halte itu sedang mengobati luka akibat kecelakaan kecil beberapa menit yang lalu. Dengan pakaian yang basah juga sedikit kotor, dengan luka yang mulai mengeluarkan cairan kental berwana merah belum lagi dinginnya hujan yang membuat kondisi mereka semakin memprihatinkan.

"Awsshh pelan pelan kak" Ringis Kinan saat Raka menempelkan kapas yang sudah dituangkan alkohol pada luka dilutut nya.

"Maaf ya, kamu jadi kaya gini" Ujar Raka lesuh.

Kinan tersenyum lembut kearah lelaki didepannya itu. "Nggak papa kak, namanya juga musibah"

Setelah membersihkan luka dilutut Kinan, ia beralih ke lengan gadis itu. Raka saat ini benar benar merasa khawatir juga bersalah. Dirinya saat ini dalam keadaan baik baik saja karena menggunakan helm dan jaket Denim, tanpa luka sedikit pun, ya meskipun benerapa bagian tubuhnya nyeri. Sedangkan Kinan lutut juga sikunya terluka dan mengeluarkan darah, khawatir juga menyalahkan dirinya sendiri lah yang kini Raka lakukan.

"Sshhh.." Ringisan Kinan membuat Raka mengerjap beberapa kali.

"Ehh sorry, sakit ya?" Tanya Raka.

"Lumayan perih" Jawab Kinan.

"Tahan bentar, aku kasih obat merah dulu habis itu diperban" Ujar Raka lalu mengambil gulungan perban,hansaplast juga obat merah. Beruntungnya ia yang selalu membawa kotak p3k didalam ranselnya.

Dengan telaten Raka membalurkan obat merah dengan pelan ke luka Kinan. Terkadang ringisan kecil keluar dari gadis itu saat dirasanya perih. Setelah mengobati sikunya, kini lelaki itu beralih membungus luka pada lututnya dengan perban.

Diam diam Kinan memperhatikan wajah Lelaki didepannya yang sedang berjongkok. Dari tempatnya yang posisinya duduk di bangku halte, ia bisa melihat jelas muka Raka meski remang dibawah lampu halte.

Merasa diperhatikan, Raka mendongak dan saat itu juga kedua manik kebiruan milik Kinan bertubrukan dengan manik biru terang milik Raka.

Tunggu,Kinan pernah melihat mata itu, Kinan pernah melihat garis wajah itu, hidung itu, bibir itu... Tapi dimana...

Semakin ia menatap manik lelaki didepannya ia seakan ditarik lebih dalam menyelami manik biru terang tersebut hingga tiba tiba rasa pusing menyerangnya...

"Argggg..."

Raka POV

Saat ini aku benar benar merasa khawatir juga bersalah secara bersamaan. Untuk yang kesekian kalinya aku membahayakan gadis didepanku ini. Saat ini yang aku lakukan adalah mengobati lukanya. Setelah mengobati luka pada sikunya, aku beralih mengobati lututnya yang mulai mengeluarkan cairan berwarna merah kental.

K I N A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang