Tiga belas

118 14 3
                                    

Happy reading❤
Warning!typo!
~~

Setiap pertemuan ada perpisahan,setiap kepergian mengundang sejuta alasan,dan setiap ada Cinta tak mesti harus terbalaskan~

EMD~

___•♥•___

Siang berganti malam,semenjak pulang dari sekolah dan diantar Raka,Kinan memilih untuk terus berada dikamarnya.

Namun saat mendengar gelak tawa dibawah Kinan merubah posisinya yang tadinya berbaring menjadi duduk bersilah diatas kasurnya.

"Mama sama papa udah pulang apa ya?" Karena penasaran Kinan pun keluar dari kamar dan bergegas menuju sumber suara.

Langkahnya terhenti saat melihat Farel yang tengah tertawa lepas dengan Ciko di ruang keluarga.Jarang, bahkan sangat jarang bagi Kinan melihat Farel yang tertawa lepas seperti ini.

Ingin rasanya ikut bergabung bersama mereka,namun Kinan tak mau merusak momen keduanya. Saat ia berniat kembali menaiki tangga suara Ciko menghentikan langkahnya.

"Kak" Kinan pun berbalik dan menghadap kearah keduanya,tak lupa senyum yang menghiasi wajahnya sebagai penutup sedihnya.

"Kenapa?" tanya Kinan berusaha biasa saja.

"Sini gabung,bang Farel tadi cerita lucu sama gue,asli gue aja ketawa dengernya"

Dengan setengah hati Kinan mendekat ke arah mereka ikut duduk bersama saudara laki lakinya itu lesehan diatas karpet.

"Cih,penggangu" gumam Farel yang masih di dengar oleh Kinan,bahkan juga didengar oleh Ciko.

"Eh bang cerita lagi dong yang pas abang MOS waktu SMP disuruh cari sarung warna pink" seru Ciko antusias mengalihkan ketidak sukaan Farel. Sedangkan Kinan masih canggung dan menundukan kepalanya.

"Gue cape,gue mau kekamar dulu,Ciko jangan lupa belajar ya" ucapnya sambil mengacak rambut Ciko. Disisi lain hati Kinan mencelos melihat perhatian Farel kepada Ciko yang bahkan tak pernah Kinan dapatkan. Iri? Jelas Kinan iri,namun ia juga tidak bisa berbuata apa apa.

Saat Farel sudah berdiri dan melangkah menuju kamarnya Kinan mengejar Farel dan mencekal pergelangan tangan Farel.

"Bang tunggu" cegah Kinan yang masih mencekal pergelangan tangan Farel.

"Lepasin tangan lo" Mau tak mau Kinan melepaskan tangannya dari lengan Farel saat mendengar suara dingin Farel.

Namun saat Kinan melepaskan tangannya justru  Farel melanjutkan jalannya manaiki satu persatu anak tangga.

"Kenapa abang gak pernah nganggep aku ada?!" Teriak Kinan yang berhasil menghentikn langkah Farel. Tangis yang sedari tadi ia tahan kini tak terbendung lagi.

"Kenapa sikap abang beda waktu sama aku dan Ciko hiks" tidak ada jawaban dari laki laki yang masih tak bergeming dari tempatnya.

"Aku juga adik abang hiks,,apa aku pernah buat kesalahan? sampe abang sebegitu bencinya sama aku? Aku juga iri saat Ciko dapet perhatian dari abang hiks, Aku cuma pengen ngerasain perhatian dari seorang abang hiks apa itu susah buat abang?!"
tangis Kinan semakin meluap seiring ucapan yang keluar dari mulutnya barusan.

"Jawab Kinan bang! hiks"

"CUKUP!" Kinan terkejut saat Farel menbentaknya.

"Adik gue cuma Ciko"

Deg

Hati Kinan terasa begitu sakit mendengar ucapan Farel,seperti ada belati yang tak kasat mata menusuk tubuhnya dari atas sampai bawah.

K I N A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang