66. Bintang Adhi Makayasa

6.5K 596 51
                                    

Aksa POV

Siapa bilang lulusan akademi militer tidak menjadi sarjana. Nyatanya kami lulus juga menjadi seorang sarjana.

Hari ini aku bukan lagi Sermatutar Angkasa Yudha. Bukan lagi komandan resimen korps taruna. Bukan lagi seorang penatarama Genderang Suling Canka Lokananta. Bukan lagi taruna bucin yang selalu rindu pulang ke rumah. Bukan lagi penghuni Magelang yang mempunyai sejuta cerita perjuangan di baliknya.

Hari ini aku adalah Letnan Dua Inf Angakasa Yudha S.T. Han.  Aku tersenyum saat melihat pantulan diriku di depan cermin. Memakai PDU warna hijau kebangganku, jerih payah yang selama ini aku perjuangkan.

Jauh dari mama dan papa, jauh dari keluarga. Di tempa mental dan fisik, dari yang dulunya Angkasa cemen, berubah menjadi seorang Angkasa yang gagah dan siap mengabdi untuk negara.

Teringat saat di gembleng fisik, mental. Di rubah dari orang sipil menjadi militer yang mampu mengabdi pada negaranya.

Di pundakku belum tersemat pangkat. Masih polos seperti hatiku, eaaa. Nantinya, Presiden sendiri yang akan menyematkan pangkat baruku, garis Strip satu berwarna emas.

Bisa menjadi peraih Bintang Adhi Makayasa merupakan Anugrah terindah yang Allah limpahkan untukku.

Aku sudah tidak sabar lagi memeluk Mama dan Papa. Mempersembahkan pencapaian ku selama ini. Berjuang keras tanpa kenal lelah.

Tapi senyumku sedikit pudar, ketika menyadari satu sinar tidak bisa terpancar hari ini. Sabina, hari ini kami harus sama-sama berjuang di jalan masing-masing. Semangat Bin, saya yakin kamu mampu.

Berdiri di hadapan orang nomor satu di  Indonesia cukup membuatku deg-degan setengah mati. Badan sudah setengah gemetar, keringat mengucur deras. Untungnya tersamarkan karena cuaca yang memang panas. Dengan begitu bangga, Presiden Joko Widodo menyematkan pangkat di pundakku.

Mewakili ratusan teman-teman seperjuangan ku. Sekarang di pundakku sudah ada amanah yang sangat besar.

Menjadi peraih Bintang Adhi Makayasa adalah suatu kebanggaan. Semua ini kupersembahakan untuk kedua orang tua tercinta dan semua keluarga. Satu lagi, untuk seseorang yang menemaniku berjuang. Savanya Sabina.

Bersama ke empat temanku dari matra lain, akademi angkatan laut, akademi angkatan udara dan akademi kepolisian.

Satu dari yang terbaik berdiri di sini, di sebutkan namanya, pangkat, gelar dan NRPnya. Di depan ribuan orang. Dan di depan jutaan pasang mata yang melihat melalui stasiun TV yang menyiarkan acara ini.

Harapanku hanya satu, Bina menjadi orang di deretan nomor satu. Melihatku menerima penghargaan ini. Menjadi orang pertama juga yang tahu tentang ini.

Bin, percayalah. Semua ini saya persembahkan untuk kamu. Tetap tinggal dan berjuang bersama saya.

Acara demi acara sudah terlewati, sekarang tiba saatnya kami di sumpah. Berjanji pada negara untuk selalu menjaga keutuhannya. Mengemban tugas dan amanah dengan lebih baik.

Dari tadi aku sudah menahan air mata. Apalagi saat pertama masuk di gerbang istana merdeka. Bersama ratusan saudara asuhku. Melihat mama dan papa berdiri menyambut kedatanganku. Mengabadikan Langkahku dalam kameranya.

Sayang, tidak ada Sabina di sana. Tidak ada cahaya indah gadis berambut sebahu. Memakai kebaya yang sudah mama belikan untuknya.

Silent Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang