37. Seperti Mimpi

6.5K 556 12
                                    

Satu tahun kemudian.......

"Mbak Bina mriki, simbok di kancani maem."  Bina yang berjalan melewati tanjakan menengok saat ada nenek memanggilnya. (Mbak kesini, temenin nenek makan)

Bina tersenyum dan turun ke rumah nenek itu. "Makan apa simbah?" Nenek itu menunjukkan piring yang berisi nasi dan parutan kelapa.

"Maem Karo pelas Nduk. Mreneo tak wehi. Keno di pangan kambek kancamu kabeh Mengko." (Makan sama pelas(sejenis sambal dari parutan kelapa yang di kukus dan di beri bumbu). Kesini tak kasih. Bisa di makan bareng-bareng sama temanmu)

Di sinilah Bina sekarang, setelah drama panjang kuliah dan bisnis. Bina bisa survive di semester tua ini. Cukup menguras otak untuk menjadi Bina saat ini. Dimana teman yang lain masih  sibuk leha-leha. Ia sudah menjalani KKN. Kuliah kerja nyata, ini benar-benar nyata.

Di tempatkan di perkampungan kecil, di dataran tinggi. Jalanannya terjal dan licin. Apalagi saat musim hujan, haru ekstra hati-hati sekarang.

Namanya Dusun Gotakan, akses ke kota lumayan dekat. Tapi memang jalanannya cukup menanjak dan gelap saat malam hari.

Bina menuruni jalan licin bekas hujan, membawa kantung plastik hitam pemberian Mbah Sarti. Kembali ke posko KKN yang ada di rumah Pak Dukuh Gotakan. Rumahnya masih bergaya Jawa asli.

Bina membuka handphonenya yang sedari tadi bergetar. Ada nama pujaan hatinya di sana. "Halo Asslamualaikum Pa?" Siapa lagi kalau bukan Arya, papa Bina.

"Mbak dimana? Ini papa sama mama ke posko. Nganter barang pesanan mu" Bina memang meminta Mamanya mengirim buku-buku cerita di kamar Bina. Daripada tidak terpakai lebih baik di manfaatkan untuk anak-anak di sini.

Minat baca anak-anak di Desa Gotakan memang sangat kurang saat ini. Bina mempercepat jalannya. "Sebentar, ini Mbak baru di jalan. Ada teman mbak kan?"

Tuttt tutttt

Lagi-lagi masalah sinyal juga sangat sulit di sini. Bina sangat kesulitan untuk memberi kabar kedua orang tuanya. Bahkan Bina hanya bisa berkabar saat piket di Balai desa. Beginilah kondisi di sini, mendapat sinyal adalah sebuah Anugrah.

Bina melihat mobil sang Papa yang sudah terparkir di depan rumah Pak Heri. Saat sore hari seperti ini rumah Pak Heri selalu ramai oleh anak-anak kecil yang bermain dengan tim KKN Bina.

"Assalamu'alaikum" ucap Bina saat masuk ke dalam rumah Jawa Pak Heri.

"Waalaikumsalam" jawab semua orang yang ada di dalam.

Di sana ada Novia dan Hilmi yang menemani Papa, Mama Bina. Bu Heri juga nampak sedang berbicara dengan Kanya, mama Bina.

Bina langsung menyalami sang Mama,memeluk erat. Menyalurkan rindu yang ia pendam tiga minggu terakhir.

Bina pamit ke belakang untuk mandi sore. Di depan pintu Bina mematung, di depannya ada seorang laki-laki. Kulitnya hitam, rahangnya begitu terlihat.

Bina hanya diam, tangannya bergerak mengelus pipi laki-laki di depannya. Air matanya lolos begitu saja saat laki-laki itu tersenyum. Laki-laki yang menghilang selama beberapa bulan terakhir ini.

Bina mengusap lembut pipi itu, gerakannya terhenti saat tangan Bina di genggam oleh laki-laki itu. "Saya kembali Bin"

Bina masih menangis tanpa suara. Kaget dengan kehadiran laki-laki yang sangat ia rindukan. Enam bulan tanpa kabar dari laki-laki ini membuatnya cukup kacau.

"Saya kembali" laki-laki itu kembali mengulang ucapannya. Membawa tangan Bina ke dadanya.

"Debarnya masih sama Bin." Bina sudah tak kuasa lagi.

Ia memeluk tubuh kurus laki-lakinya. Menikmati aroma tubuh laki-laki yang selalu menjadi topik dalam fikirannya. "Jangan pergi tanpa kabar lagi" laki-laki itu hanya tersenyum.

"Saya tidak mau berjanji untuk hal itu Bin." Bina melonggarkan pelukannya. Mengusap air mata yang jatuh, tanpa sadar banyak mata yang menyaksikan ke romantis an mereka.

"Kamu mandi dulu, saya tunggu kamu di luar. Kamu bau" Laki-laki itu mendapat tonjokan dari Bina. Ia hanya terkekeh dan mengacak rambut Bina.

✨✨✨

Flashback on

Calla Florist makin hari makin ramai. Bina juga sudah mulai kewalahan untuk menghandle semuanya sendiri. Jadilah ia meminta bantuan beberapa orang. Ada lima karyawan sekarang, Bina dan Aksa juga sudah sepakat akan hal itu.

Apalagi Aksa sudah masuk tingkat empat, kesibukan pasti selalu menghampiri Aksa. Bahkan, waktu pesiar Aksa gunakan untuk menyusun tugas akhir untuk kelulusannya.

Persis di depan portal asmara militer rumah Rifqi,dua manusia lawan jenis ini berdiri. "Saya harus  pergi,entah sampai kapan. Tolong selalu doakan saya." Bina mengangguk, menahan air mata yang ia tahan sejak tadi.

"Saya janji akan kembali, apapun keadaannya." Aksa mengambil tangan Bina dan menggenggamnya erat.

"Jangan lupa datang ke praspa saya, saya mau kamu ada di samping saya. Saya mau fokus dulu pendidikan,bukan karena kamu saya tidak fokus. Saya hanya ingin kamu tidak terbebani dengan keadaan ini. Saya titip Mama sama kamu. Saya titip Calla sama kamu,jaga dia segenap hati dan jiwa kamu. Seperti kamu menjaga cinta ini untuk saya. Saya janji akan segera kembali. Saya sayang sama kamu Bin."

Bina sudah tak kuasa lagi menahan air matanya. Tumpah begitu saja membasahi pipi mulusnya.

"Cukup kamu janji sama aku, kamu pulang dengan selamat. Kamu harus janji itu sama aku. Pergilah, aku bakalan selalu do'ain kamu. Aku akan jaga mereka, kamu jangan khawatir. Cukup kamu bertugas dengan baik. Saya akan selalu tunggu kabar dari kamu. Janji sama aku untuk tetap baik-baik saja ya." Bina masih menangis.

"Iya saya janji,saya nggak akan pergi jauh. Saya juga nggak pergi berperang, jika kamu masih ingin. Tetap jaga hati kamu ya Bin. Dan sebentar lagi kamu dan aku akan jadi kita."

"Iya, you one and only Kak. Aku juga sayang kamu. Bertugas dan mengabdikan pada masyarakat dengan baik. Jangan fikirkan aku dan lainnya. Jangan lupa untuk selalu dekat dengan Allah. Aku sayang kamu, dan aku akan berjuang menunggu kamu."

Kedua manusia itu masih sama-sama diam dan saling pandang. Menghafal lekuk dan bagian tubuh dan wajahnya. Angkasa harus kembali pendidikan, masih ada Laksitadarnus yang harus ia jalani. Tugas akhir dan banyak hal yang akan menyita waktunya.

Ia bukan pergi untuk berperang, tetapi ia pergi untuk berjuang. Agar dapat segera membela negaranya. Menjaga negara, dan seluruh orang yang di cintainya.

"Saya pamit, jaga diri baik-baik. Ingat, lihat ke atas saat kamu rindu saya. Saya akan kirim banyak keindahan di sana. Terimakasih Bina untuk semuanya. Terumakasih sudah mau berjuang. Saya mencintai kamu."

✨✨✨

Hihi karena lumayan yang komen...

Dan raport sudah selesai.....

Tinggal duduk manis nunggu orang beli BAMANMAN sambil nulis cerita...

Jadi double up hari ini....

Terimakasih yang udah mau baca dan komen.....

With love
Manman❤️

Silent Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang