70. Saya Terima Nikah dan Kawinnya

8K 583 22
                                    

Aksa POV

Tersenyum di depan cermin, hari ini tidak ada lagi baju ketat. Di hari kesekian menjadi letnan dua begitu nikmat.

Mendapat cuti beberapa hari adalah anugrah. Rencananya aku ingin mengajak Sabina untuk ngedate. Ya seperti pasangan pada umumnya. Menaiki si putih baru hadiah dari Papa. Platnya masih merah, aku yakin dia akan mengomentarinya.

Melaju perlahan, membelah keramaian Jogja di pagi hari. Sabtu seperti ini biasanya kuliah libur.

Melewati pasar, di pinggirnya aku melihat mobil membawa bunga mawar. Aku seketika teringat tante Kanya. Mencari parkir yang lapang.

"Pak, mawar e satu berapa?" Tanyaku pada bapak.

"Lima belas ribu mas"

"Halah, mahal banget. Sepuluh ribu lah. Saya beli tiga nih." Bapak itu nampak berpikir cukup lama.

"Yawes buat penglaris."

"Nah gitu dong." Aku melanjutkan lagi perjalanan ke rumah calon mertua. Komplek rumahnya sepi kalau weekend seperti ini. Biasanya mereka akan pergi berlibur ke luar kota. Kata Bina yang tinggal di sini rata-rata pegawai,dan pengusaha.

Aku berbelok, rumah dengan halaman yang cukup luas untuk sebuah perumahan. Aku yakin, harganya tidak murah.

Bina terlihat sedang mencuci mobil sendiri. Memakai celana pendek bermotif kartun Doraemon. Semakin imut saja. Mukanya masih bantal, seperti bangun tidur. Rambutnya di gelung asal. Ia belum menyadari kehadiranku.

Aku berjalan menghampirinya. "Permisi, mau tanya kalau rumahnya Pak Arya sebelah mana?"

"Bener di si.... Mamaaaa" ia langsung berlari masuk ke dalam rumah. Tetapi, sampai di depan pintu utama ia terpeleset. Tubuhnya jatuh ke lantai, aku yakin itu sangat sakit. Aku menahan tawa ku, tapi tidak bisa. Tetap saja pecah, bahkan sampai terbahak-bahak.

"Apa sih Mbak teriak" Om Arya yang keluar juga langsung tertawa melihat kondisi putrinya.

"Pa,bantu lah" Bina kembali masuk tanpa mengatakan apapun." Aku yakin dia malu.

"Eh Sa, naik apa?" Om Arya melanjutkan mencuci mobil yang sempat tertunda karena Bina.

"Bawa sendiri om, tadi gerbangnya cuman ke buka dikit"

"Di bawa masuk aja, ngalangin jalan." Aku mengangguk.

Lama berbincang, tante Kanya keluar dengan dua cangkir dan satu toples.
"Ada tamu lo Pa,nggak di suruh masuk"

"Udah nggak papa tante, santai kok." Ucapku tak enak hati.

"Di minum Sa, Bina baru mandi." Aku mengangguk.

"Makin ganteng aja kamu pakai baju kaya gitu." Aku tersenyum

"Hehe, cuman perasaan tante, soalnya kan nggak pernah lihat saya." Tante Kanya malah tertawa.

"Oh iya, ini tadi di jalan ada yang jual kesukaan om sama tante."

"Apa nih, wah mawar makasih ya. Di tanem yuk Pa."

"Hayuk"  mereka berdua berjalan ke samping teras rumah. Sudah berjajar mawar dengan berbagai warna. Mulai dari merah kuning putih semua ada.

"Tante, numpang ke belakang ya."

"Masuk aja" teriaknya.

Masuk ke dalam rumah yang sudah aku hafal betul tempatnya. Tepat saat keluar dari kamar mandi Bina juga turun dari kamarnya.

"Cantik banget sih" ia masih cemberut.

"Ga lucu deh Kak." Aku terkekeh melihat wajahnya.

"Kok rapih banget mau kemana Bin?" Bina melotot.

Silent Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang