23. Debar yang Berbeda

7.5K 474 18
                                    

Gadis dengan rambut sebahu itu terlihat berlari kecil menghampiri rombongan berseragam. Sebentar lagi waktu maghrib akan tiba.

"Maaf Kak, saya terlambat. Mari silakan kita lanjutkan perjalanan." Iya gadis itu adalah Sabina.

Saat akan masuk ke dalam mobil, Reyhan menahannya. "Biar saya saja yang bawa Bina. Putri ada urusan di Bis jadi saya yang gantikan." Sabina mengangguk dan masuk ke pintu penumpang. Yang di belakang ada Ratih. Yang lain harus menyiapkan sesuatu untuk melaju ke final besok.

"Kenapa diam Bin?" Reyhan memulai pembicaraannya.

Bina menoleh dan tersenyum "Bingung mau ngomong apa aku tuh Kak. Jadi diem lebih baik"

Ratih hanya tersenyum melihat sahabat karibnya sedang berikhtiar. Ratih memilih pura-pura tidur, itu akan lebih baik menurutnya.

"Nanti malam, bisa temani saya cari sesuatu." Reyhan mengajak Bina.

"Jam berapa? Kalau terlalu malam ngga bisa aku" Bina masih canggung.

"Jam tujuh saja. Nanti saya pinjam motor Ridwan." Bina hanya menangguk.

✨✨✨

Reyhan POV

Di dalam mobil bersama Sabina membuatku keringat dingin. AC mobil seperti tidak berfungsi. Aku melihat ke arah Ratih di belakang. Dia tertidur tanpa dosa di sana.

Dia adalah sabahat karibku, seorang perempuan tangguh yang cerewet setiap saat dan waktu.

Aku kembali melirik Sabina yang sedang asyik dengan ponselnya. Akhirnya nanti malam aku bisa mengajaknya keluar. Aku harap ini awal yang baik.

Aku melihat Bina pertama kali saat vidio call dengan Tante Vine tetangga di Jakarta. Sebelumnya memang tante Vine pernah bercerita. Kakak laki-lakinya memiliki anak perempuan yang cantik.

Dan tante Vine juga pernah menunjukkan foto Sabina yang masih aku simpan sampai sekarang. Bina seorang yang pendiam tetapi smart dari caranya berbicara sudah terlihat.

Aku menoleh ke arahnya, senyumku terbit. Bina tertidur pulas bersandar pada kaca mobil. Pemandangan yang indah. Hatiku rasanya berdesir aneh, apa ini yang namanya cinta.

Sebelumnya aku memang pernah merasakan jatuh cinta. Tetapi semua rasa itu seakan sia-sia saat dia berkhianat.

"Sabina bangun" aku sedikit menyentuh lengannya. Dia seperti terlonjak kaget. Ratih sudah turun duluan.

"Aduh, aku ketiduran ya. Maaf-maaf, mbak Ratih mana?" Dia menoleh ke belakang dan tidak menemukan Ratih di sana.

"Sudah masuk. Kamu masuk gih, nanti saya jemput jam tujuh ya Bin." Dia hanya mengangguk.

Aku menyerahkan kunci mobilnya. Berjalan mendekati seorang laki-laki yang juga baru turun dari sebuah mobil.

Masih dengan seragam dinas sama seperti milikku kelak. Pangkat di pundaknya sudah tinggi. Aku yakin ini Papanya Bina yang tadi Ratih ceritakan. Dari wajahnya saja mirip dengan Tante Vine versi laki-laki.

Aku memberikan hormat padanya, beliau malah tertawa. "Santai saja. Namamu siapa?"

"Mohon izin memperkenalkan. Saya Reyhan Kusuma. Asal dari Jakarta." Dia mengangguk.

Silent Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang