73. Bertemu Mita

5.8K 539 18
                                    

Aksa POV

Masih di dalam kereta Logawa m, duduk di sebelah laki-laki. Aku memandang air putih dari Bina.

"Tentara mas?" Aku menoleh, mengangguk sopan.

"Tugas di Bandung?"

"Siap, betul mas. Mas sendiri liburan?"

"Enggak, saya ada tugas di sana."

"Semangat untuk mengabdi pada negeri ini. Apapun keadaanmu."

"Siap, Terimakasih mas.

"Wah, penerbang mas?" Aku bertanya saat melihat tas ranselnya. Dia menggeleng. Ada sendu di wajahnya.

"Saya di kantor Dik. Sudah tidak seperti dulu lagi."

"Loh?" Dia menyingkap celana longgarnya. Aku kaget.

"Kecelakaan beberapa tahun lalu. Semenjak itu, saya hancur. Tapi ada hal lain yang menguatkan saya."

"Apa itu mas?"

"Ada negara yang harus selalu saya perjuangkan. Cacat tidak menjadikan saya patah semangat."

"Setidaknya dulu kaki saya sudah membawa merah putih berkibar di langit Jogja." Aku mengusap bahunya.

"Agus"

"Aksa" kami saling menjabat.

"Angkasa Yudha, peraih Adhi Makayasa akademi militer. Suatu kehormatan untuk saya. Bisa duduk di samping orang hebat seperti kamu."

"Mas Agus lebih hebat, sehebat itu. Saya yakin, Allah punya rencana indah untuk Mas Agus. Terimakasih mas, sudah mengajarkan saya untuk lebih bersyukur hari ini. Tetap semangat mas, Indonesia butuh orang seperti mas Agus. Pengabdian Mas Agus di nanti oleh bangsa ini. Apapun bentuknya. Seorang tentara tidak harus berperang demi menjaga negaranya mas."

"Beberapa tahun lalu, kebahagiaan awal menjadi seorang tentara. Membawa saya pulang, melepas rindu pada orang tua. Melepas penat setelah berbagai macam latihan. Di suatu hari, saya rasanya ingin keluar. Mencari sesuatu, tapi Allah berkehendak lain. Kecelakaan motor menimpa saya. Dan jalan satu-satunya adalah amputasi. Rasanya separuh hidup saya ikut mati. Terkubur bersama potongan kaki saya. Tapi bagaimanapun saya harus kuat. Demi orang-orang di sekitar saya. " air mataku menetes begitu saja.

"Di situ saya berfikir, bagaimana saya mengabdi pada negara. Tentara harus kuat fisik dan mentalnya. Saya hancur sehancurnya waktu itu."

"Tapi saya tersadar. Kuasa Allah melebihi segalanya."

Dari Mas Agus aku belajar banyak
Ikhlas. Mungkin dulu ia berfikir kenapa tidak mati sekalian. Tapi ia menyesal berfikir seperti itu. Dan buktinya sekarang. Ia kembali bangkit, perjalanan malam yang indah.

Sabina❤️
Aku udah sampai rumah. Rasanya pengen tidur. Biar bangun terus ada kamu.

Hah Bin, kapan kamu nggak buat rindu sih.

Anda
Tidur, nanti di makan ular kalau tidur kemalaman. Malam ini perjalanan saya begitu indah.

Sabina❤️
Kenapa?  Mana bisa di gigit, kan ularnya mau ke Bandung.

Anda
Saya duduk di samping orang hebat hari ini. Lekas tidur, jangan buat saya semakin rindu Bin.

Satu menit tidak ada balasan, aku memilih memejamkan mata. Mas Agus sudah lebih dulu pergi ke alam mimpi. Mencoba bergelut dengan dingin yang menerpa. Esok sebelum subuh aku akan sampai di stasiun Kiaracondong.

Anda
Selamat tidur Bin, saya tidak  meminta untuk memimpikanmu. Karena saya takut, kamu akan semakin merindukanku.

Silent Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang