83. Ingkung Ayam

6.5K 538 14
                                    

Bina POV

Bahagia saat semua berkumpul, aku menengok arah sampingku. Kak Aksa begitu terlihat tenang. Nafasnya teratur, bahkan baru saja kami bercanda. Bercerita tentang Pak Arsya, sepertinya memang Pak Arsya benar menyukaiku.

Aku bersyukur kami bertemu tadi. Dan pas sekali. Saat ada Kak Aksa di tengah-tengah kami. Jadi aku tidak perlu repot dan tidak enak hati menolak Pak Arsya.

Tidak tahu apa jadinya jika sampai terjadi. Kak Aksa dan Pak Arsya mungkin akan perang saudara. Itu tidak mungkin terjadi. Bisa gawat dong.

"Mbak itu di benerin kepalanya Aksa. Kasihan loh pegel." Aku membetulkan letak kepalanya. Menjadi bersandar nyaman di bahuku. Aku mengamati wajahnya setenang ini.

Rasanya ingin ku peluk dan ku cium juga saat ini. Begitu menggemaskan, wajahnya makin terlihat tirus kali ini. Aku mengusap pipinya gosongnya. Begitu bahagia bisa kembali di pertemukan dengan Kak Aksa.

Dia bilang, dia sudah memiliki hadiah wisuda terbaik untukku. Dia memintaku bersiap, dia akan membawaku pergi ke suatu tempat.

Entah dimana, aku belum tahu. Tapi tempat yang indah katanya. Harus dua kali perjalanan untuk sampai di sana. Papa mengajak kami makan bersama di sisi selatan Jogja.

Kuliner ingkung ayam menjadi pilihan Papa dan Om Andre. Uti dan tante Ningrum sibuk mengobrol. Sedangkan mama kembali tidur. Nanti malam beliau ada operasi di rumah sakit sebelah.

Setelah menempuh perjalanan cukup panjang. Dari kota menuju Bantul, kami memesan ingkung ayam dan nasi gurih.

Nasi gurih adalah nasi uduk, nasi yang di masak menggunakan santan dan rasanya gurih. Kak Aksa masih tertinggal di dalam mobil. Dia enggan beranjak dari tidurnya.

Aku duduk di samping Tante Ningrum. Ia tengah memainkan ponselnya, mengunggah foto kami. Aku dan Kak Aksa, di tengah ada tante Ningrum.

Ibu-ibu jaman sekarang memang sama-sama aktif bersosial media. Tak lama handphoneku berbunyi. Tante Ningrum menandai aku di dalam fotonya.

Alhamdulillah masih di limpahi kesehatan abang dan Mbak

Aku tersenyum membaca Captionnya.

"Sana Mbak, Aksa di suruh turun." Aku mengangguk.

Sekarang sudah berganti sandal jepit merk agar-agar. Membuka pintu belakang.

"Kak bangun, makan dulu yuk." Suaraku tidak mengusik tidurnya sama sekali.

"Kak, bangun ih." Aku menggoyang tubuhnya. Kak Aksa hanya bergumam. Mataku malah terfokus pada wajahnya.

"Kak, bangun. Aku gigit nih."

"Awwww. Ya Allah, sakit banget." Dia mengaduh saat tangannya aku gigit.

"Kok di gigit sih." Kak Aksa turun dan menutup pintu kasar. Ganti mencubit hidungku. Berjalan dengan gontai menuju meja yang sudah di pesan.

"Nyenyak banget Sa boboknya." Uti mengusap rambut cepak Kak Aksa.

"Siap, iya Ti. Semalam nggak bisa tidur. Kepikiran yang mau wisuda terus." Pasti wajahku sudah memerah. Uti tersenyum dan kembali menyesap teh pahitnya.

"Jadi liburannya Bang?" Aksa mengangguk.

"Lusa berangkat. Besok mau jalan sama Mama dulu." Aku hanya mendengar percakapan mereka.

Silent Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang