Malamnya keluarga Rian sudah berkumpul. Sudah datang kedua kakaknya dan beberapa saudara terdekat lainnya yang ia hubungi untuk datang ke rumah.
Masakan hasil karya Fajar dan Ibu serta Rian yang hanya membantu-bantu itu pun sudah siap disajikan di meja makan.
Mereka juga sudah duduk mengelilingi meja makan.
"Kalian tuh ya bikin aku kaget aja tiba-tiba udah di sini ga kabar-kabarin dulu. Mas mu kan jadi ga bisa dateng karna masih ada kerjaan Ian" kata kakak perempuan Rian.
"Iyoo Ian, untung lho aku juga lagi sempet. Tadian kan kalo kamu bilang dari lama aku bisa ngosongin waktu biar kita bisa lebih lama ketemunya" kali ini kakak laki-lakinya yang berucap.
"Iyaa mas,mbak. Maaf, ini juga mas Fajar ngajak aku tiba-tiba. Aku juga ga lama ko cuma tiga hari lusa aku sudah harus kembali ke Jakarta. Lain kali kalo aku mau pulang pasti ngehubungin dulu ko"
"Oalah gitu toh"
"Yasudah mending kita maem sek. Nanti baru kita ngobrol-ngobrol lagi" kini Ibu Rian yang mengintrupsi.
"Yaudah ayoo selamat makan"
.
.Usai menyelesaikan acara makan malam keluarga Rian dan Fajar, mereka pun berkumpul mengobrol dan mungkin Fajar akan memberitahukan tujuan kedatangannya ke kampung halaman Rian kekasihnya itu.
"Umm jadi sebelumnya Fajar mau bilang terima kasih karna keluarga disini mau nerima Fajar dengan sangat baik. Fajar juga minta maaf karna terlalu mendadak ngasih tau kalo mau datang kesini. Dan maksud kedatangan Fajar yaitu untuk meminta restu Ibu juga mas dan mbak atas niat Fajar yang mau melamar Rian Ardianto sebagai suami saya, Fajar Alfian"
Fajar menarik nafas lalu melanjutkan ucapannya.
"Sebelumnya saya juga minta maaf karna mamah dan papah saya yang belum bisa ikut datang kemari karna masih ada urusan di Jakarta" Fajar menyudahi ucapannya menunggu respon dari ibu dan kakak Rian.
"Fajar begini, semua ibu serahkan sama Rian. Ibu selalu memberi restu siapa pun yang udah jadi pilihan Rian, dan kalau memang kamu lah orangnya. Ibu cuma mau titip pesen, jaga Rian sebaik mungkin, jangan pernah sakitin Rian, bimbing Rian dan kamu harus bisa bertanggung jawab atas keluarga kamu. Karna setelah Rian sudah menjadi milik kamu, ibu disini hanya berperan mengawasi dan kalianlah yang menjalankan. Kamu pasti ngerti kan maksud ibu. Disini kakak-kakak Rian juga pasti selalu merestui kalian selagi kamu bisa menjaga kepercayaan kami atas Rian" jelas Ibu Rian membuat ukiran senyum terpampang diwajah tampan Fajar.
Fajar mengangguk antusias.
"Pasti bu! Pasti Fajar akan ngejalanin semua yang ibu bilang karna ini sudah menjadi pilihan komitmen Fajar. Terima kasih atas kepercayaan ibu, mba sama mas. Aku akan jaga kepercayaan kalian dan pasti akan menjaga Rian dengan baik. Fajar janji" balas Fajar penuh ketulusan.
Rasanya Rian ingin menangis karna terlalu bahagia namun ia menahannya karna tak mau hari bahagianya bercampur air mata meski itu air mata kebahagiaan. Rian hanya tak hentinya tersenyum sambil terus menatap calon suaminya itu bangga, karna dengan berani menyatakan lamarannya.
"Rian kayanya ga usah ditanya ya, dari mukanya udah iya banget mau nikah haha"
"Iiiih mbak apa sih" Rian menyembunyikan wajah merah malunya dibalik Fajar yang duduk disampingnya.
"Ya Allah ini beneran dek kamu mau nikah? Ko sikapnya masih sama kaya anak sd yang malu-malu tapi mau di kasih coklat sama om om"
"Mas iiih jangan ikut-ikutan. Mas Fajar bilangin atuh iiih" kali ini Rian menarik-narik baju calon suaminya itu membuatnya semakin terlihat menggemaskan.
Sedangkan yang ada disana hanya bisa terkikik geli sukses meledek Rian yang terlihat seperti adik kecilnya dulu.
"Sekarang mah minta bantuannya udah bukan sama ibu ya hmm" kini ibu Rian yang ikut meledek bayi besarnya itu sambil memasang wajah tahan tawa.
"Aaah ibuuuu~" rengek Rian semakin membuat keluarganya tergelak.
"Gimana nasib Fajar kalo sudah menikah dengan bayi besar begini nanti haha"
"Enak aja Ian bukan bayi" dengus Rian.
"Nah terus?"
"Y-ya Ian ya Iaan, aaah tau ah. Mas Fajar iiih diem aja" rengut Rian.
"Haha terus mas harus apa sayang. Emang bener ko kamu kaya bayi, liat aja kelakuan mu kkk"
"Ishhh mas mah sama aja deh"
Akhirnya karna tak tahan Fajar pun menarik punggung Rian menempel padanya sambil tertawa.
"Makanya kamu teh jangan ngegemesin banget atuh Ian" kata Fajar dengan nada sundanya.
"Lucu iiih liat kalian. Satu Sunda satunya lagi Jawa. Dua insan berbeda tapi jodoh mempersatukan hahha"
"Ya opo sih mbak"
"Emang bener kan. Mbak jadi penasaran, kalian tuh ga bentrok kan pas awal-awal ketemu karna bahasa kalian yang beda?"
"Kan ada bahasa Indonesia yang mempersatukan aihhh" Fajar sudah terlihat terbiasa, ia berani mengeluarkan recehan-recehan Jakartanya di keluarga calonnya itu.
Dan akhirnya acara lamaran itu pun berubah jadi ajang meledek Rian si bayi besar. ☺
***
"Mau jalan-jalan" ucap Rian sedikit dengan nada rayuan andalannya, sambil memainkan kancing Fajar yang tengah menjadi teman berbaringnya itu.
"Iyaa besok kita jalan-jalan. Mau kemana emangnya?"
"Kemana aja asal jangan di rumah mulu. Lusa kan kita udah pulang"
"Iya iyaa okey gimana mau nya kamu aja. Besok kita ke peminjaman mobil oke"
"Okey"
"Yaudah sekarang kita tidur aja dulu yang nyenyak, biar besok bisa fresh dan jalan-jalan sepuasmu"
"Oke siap. Selamat tidur mas Fajar" kata Rian sambil mengelus wajah Fajar, tersenyum.
"Selamat tidur juga dek Ian sayang. Chup"
Fajar pun mengecup calon suaminya itu lalu ikut memejamkan matanya sambil tersenyum bahagia.
-tbc-
Ndak tau lah aku apa ini😅 lama ga apdet itu krn bingung apa yg harus mrk omongin krn lamaran kan serius gtu ya tp ternyata mrk ga serius2 amat jd beginilah hasilnya😅
Oke bay mampir2 di dua work baru Fajri ku ya ku tunggu jejak kalian disana😁😘❤
Jowerss
KAMU SEDANG MEMBACA
✔O R A N G E ✴ R E D 〰 Faj•Ri🍁 《Revisi》
RomanceBook 3 Begitu kontrasnya hubungan seorang Dokter dan Bisnis Man yang menjalin hubungan terlarang namun selalu menjadi idaman. "Favorite ku itu oren" "Wah kebetulah sekali aku juga suka merah><" "-_-" 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹 Sequel Book 2; Happy...