Kini Fajar dan Rian sudah siap akan berangkat menggunakan pesawat, penerbangan pukul 21.00
Fajar menepati janjinya, ia pulang pukul 7 malam. Rian sudah merapihkan semuanya.
Satu koper berisi keperluannya dan tas tidak terlalu besar untuk keperluan Rian yang tidak terlalu banyak, karna barang-barang Rian masih banyak di kampung halamannya.
Sedangkan yang Rian pakai saat ini hanya kaos lengan pendek serta jeans hitam sebagai bawahannya dan tas slempang terkini yang melilit dadanya.
Dan Fajar ia menggunakan style khasnya. Kemeja biru polos dengan dua kancing atas dibiarkan terbuka serta celana Chino Slim Fit berwarna abu-abu.
"Pake jaket sih Ian. Malem-malem gini pake baju pendek gitu. Dingin"
"Tapi aku ga kedinginan ko mas"
"Iyaa sekarang belum kerasa dinginnya. Udah sana pake jaket ah"
"Ishh iyaa iyaa. Tapi jaket mas ya aku males balik ke apartemen ku"
"Iyaa terserah kamu aja yang penting pake jaket"
"Okey siap"
Rian pun pergi menuju lemari Fajar mencari jaket mana yang ingin dia pakai.
Setelah melihat-lihat, pilihannya pun jatuh pada jaket hitam tidak terlalu tebal. Ia langsung memakainya.
"Ini gapapa kan mas?"
Fajar melihat kearah Rian lalu mengangguk.
"Yaudah ayoo udah mau jam 9" Fajar pun mendorong kopernya dan menaruh tas Rian diatasnya.
Rian mengangguk mengikuti dibelakangnya.
.
"Maass...maaas Fajar...maass Faajaaar...mas..mas"
"Apa sih Rian kenapa?"
Fajar menghentikan jalannya. Mereka baru sampai loby apartemen dan Rian memanggilnya terus-terusan membuatnya sedikit jengkel. Bukan apa-apa Fajar mau menengok pun rasanya malas karna panggilan Rian yang terdengar bermain-main dengan namanya.
"Ya lagian aku panggilin ga mau nengok-nengok" ketus Rian.
"Yaudah sekarang kenapa?"
"Iki lho berat. Ojo banter-banter mlakune"
Fajar memperhatikan Rian dari bawah hingga atas. Apa yang berat? Rian hanya membawa tas slempang kecil.
"Apa nya yang berat sih Ian? Kan yang bawa tas mu aku"
"Jaket mu lho berat, aku sesek pakenya"
"Ya opo sih kamu nih. Itu mah badan mu yang berat bukan jaketnya. Udah hayuu ah nanti kita telat naik pesawat"
Rian langsung melotot mendengar ucapan menyebalkan kekasihnya itu.
"Jadi maksud kamu aku gendut gitu hah!" Amuk Rian namun dengan suara yang tidak terlalu keras karna masih banyak orang yang berlalu lalang.
"Ya abisnya kamu ada-ada aja. Mana ada jaket itu berat, kan aku juga sering pake jaket itu"
"Hishhh bodo amat" karna terlanjur kesal Rian pun langsung pergi meninggalkan Fajar yang pusing dengan sikap Rian kalau lagi aneh begitu.
***
"Ian udah dong jangan ngambek terus, kan mas udah minta maaf. Lagian mas ga bermaksud bilang kamu gendut ko" bujuk Fajar pada Rian yang masih mendiaminya bahkan hingga mereka menaiki pesawat.
Rian terus memalingkan wajahnya menatap keluar kaca pesawat yang sebenarnya tidak ada yang menarik diluar sana karna semua sudah tertutupi gelapnya malam.
"Ian maafin mas atuh, jangan pundungan gitu ah"
"Lagian bisa-bisanya mas bilang aku gendut"
"Mas ga bermaksud bilang kamu gendut sayang"
"Tapi tetep aja mas bilang badan aku berat"
Fajar menghela nafasnya pasrah. Percuma Rian kalau sedang mode tidak bisa diajak baikan sampai kapan pun akan sulit dibujuk.
"Yasudah terserah kamu aja deh. Mas cape nanggepin kamu kekanakan gitu" kata Fajar yang akhirnya berusaha tak peduli. Ia memilih memejamkan matanya, ia sudah cukup lelah dengan pekerjaannya hari ini.
Mendengar Fajar yang malah bersikap tak peduli membuat mata Rian langsung memanas. Jahat sekali Fajar malah mendiamkannya begitu.
"Hiks"
Fajar kembali membuka matanya sambil menghela kasar lalu membawa Rian kepelukannya.
"Ushh ushh udah ah jangan nangis. Maafin mas. Habisnya mas tuh bingung kamu kenapa tiba-tiba sensitif gini. Kamu kan juga tau banyak kerjaan yang buat mas kelelahan akhir-akhir ini. Kamu juga harus ngertiin mas dong"
Kata Fajar sambil terus mengelus punggung Rian menenangkan. Dia ngerasa bersalah juga kalo udah bikin Rian nangis gini ya walopun sebenernya Fajar ga salah apa-apa.
"Maaf hiks" ucap Rian dengan suara serak.
"Iyaa udah gapapa. Udah cup cup jangan nangis terus dong, mending tidur aja, kamu juga kecapean kayanya nih"
"Tapi mau tidurnya kaya gini"
Dipelukan Fajar.
"Iyaa iyaa kaya gini. Udah sekarang tidur ya. Chup. Selamat malam Rian sayang"
Kecupan terakhir sebagai penghantar tidur si manja mbul Rian. 🌚
-tbc-
Chapter ngambek ini aku tuh😬 abisnya sebel udah nulis panjang malah ilang draftnya jd harus nulis ulang yg pasti hasilnya beda sma yg sebelumnya😩
Jdilah makannya pendek krn aku nulisnya maksain sambil kesel maapin ya:')
Wis ta tunggu vote dan komennya terima kasih😊
Jowerss
KAMU SEDANG MEMBACA
✔O R A N G E ✴ R E D 〰 Faj•Ri🍁 《Revisi》
RomanceBook 3 Begitu kontrasnya hubungan seorang Dokter dan Bisnis Man yang menjalin hubungan terlarang namun selalu menjadi idaman. "Favorite ku itu oren" "Wah kebetulah sekali aku juga suka merah><" "-_-" 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹 Sequel Book 2; Happy...