"Aahh akhirnya sampe juga"
"Mau minum apa Vin?"
Kevin yang semula langsung membaringkan tubuhnya di kasur Rian pun, bangun lalu menyandarkan punggungnya menatap Rian.
"Sing adem-adem ae Jom"
"Ya opo sih adem-adem. Batu es?"
"Es batu Jom"
"Podo wae"
"Yo bedo"
"Ya karep mu lah. Dadi gelem mu opo?"
"Air putih ae lah, tapi sing adem yo"
"Y"
Malas berdebat Rian pun langsung mengambilkan Kevin air putih di lemari pendinginnya.
"Fajar tinggal di apart juga Jom?"
Rian mengangguk sambil memberikan Kevin minumnya.
"Tuh depan kamar ku, itu kamarnya"
"Weshh ra gelem adoh-adoh mesti de'e yo?"
Rian hanya mengangguk.
"Geser Vin, pengen tiduran juga aku"
Rian ikut menaiki kasurnya membuat Kevin bergeser dari duduknya yang semula di tengah kasur.
"Ra balik Rumah Sakit o Jom?"
"Nanti sejam lagi, aku izin sampe jam 3 soalnya. Mau tidur dulu bentar"
Kevin melihat guratan lelah di wajah sahabatnya itu.
"Ngapo ra berenti kerjo ae sih Jom. Kan Fajar ugo iso biyai kebutuhan mu"
Rian menggeleng namun matanya tetap tertutup.
"Ga mau. Jadi seorang dokter itu impian ku Vin. Lagipun mas Fajar itu belum jadi pendamping sah ku. Aku ga bisa limpahin semua kebutuhan ku ke mas Fajar" kata Rian lalu membuka matanya menatap langit-langit kamarnya.
"Yo tapi kan sebentar lagi dia bakal jadi suami kamu Jom"
"Aku memilih menjadi dokter bukan hanya karna gaji yang memadai Vin. Tapi karna keinginan ku membantu orang lain. Syukur-syukur dapat menjadi ladang pahala buat ku di akhirat. Menurutku pekerjaan ini adalah pekerjaan yang sangat mulia. Bisa menyelamatkan nyawa seseorang meski hanya sebagai perantara yang Kuasa, itu sudah sangat membuat ku bahagia, meski aku harus merasakan lelah sekalipun. Semua akan terbayar saat aku dapat melihat pasien ku tersenyum bahagia karna mereka bisa sembuh. Itulah yang ngebuat aku terus bertahan sama pekerjaan ku Vin. Lagian sayang dong uang orang tua ku yang udah biayain kuliah ku, kalau aku harus berhenti dari pekerjaan ku sekarang"
"Dari dulu kamu emang selalu punya pemikiran luar biasa Jom. Aku bangga punya sahabat kaya kamu"
Kevin lantas melingkarkan tangannya menubruk Rian yang masih berbaring.
"Aaahh Kevin geli iiih jangan gini"
"Gapapa sih Jom. Jarang-jarang kan aku meluk kamu haha"
Bukannya melepas Kevin malah semakin mengeratkan pelukannya sambil tertawa.
"Huhh! Dasar Vindut"
"Yeuuu dasar Jombul"
Dan berakhir kedua sahabat yang lama tak berjumpa itu pun saling bercanda, bahagia.
***
"Ka Rian mana, ka? Bukannya hari ini harusnya udah masuk ya?" Tanya Jonathan pada Anthony yang sedang menikmati makan siangnya.
"Iya udah masuk ko, cuma lagi izin keluar. Jemput temennya yang dari Banyuwangi kalo ga salah. Nanti juga balik lagi jam 3"
"Owh gitu. Ohya ka, emang yang kemarin ka Rian balik ke Bantul itu mau ngapain sih?"
"A Fajar mau ngelamar Rian katanya sih"
"Hah? Beneran, aihh makin Gantle aja a Fajar. Duh kapan ya aku bisa cepet-cepet lamar ka Ony haha" Jonathan meringis menggaruk tengkuknya yang tak gatal sebenarnya.
"Mikir jauh-jauh. Mapan aja dulu, baru mikirin kesitu"
"Hehe iya iya ka. Asal kakak mau sabar nunggu aku aja"
"Sabar Jo, sabar banget aku tuh. Ohya aku tuh lupa, kamu berapa lama sih magangnya?"
"6 bulan ka. Emang kakak waktu itu ga magang dulu?"
"Engga lah. Aku mah langsung dipanggil Rumah sakit bareng Rian buat jadi dokter umum disini. Sampe sekarang aku udah jadi dokter spesialis"
"Enak banget gitu orang pinter mah. Eh tapi kenapa ka Rian masih tetep jadi dokter umum sampe sekarang deh ka?"
"Dia mau sendiri"
"Bukannya gaji nya lebih besar kalo jadi dokter spesialis ya ka?"
"Dia mah kerja mana mikirin gaji sih Jo. Dia tuh pernah bilang sama aku, kalo dia kerja atas dasar keikhlasan. Dia milih jadi dokter itu karna keinginan mulianya mau membantu orang. Dia bilang biar bisa jadi pahala buat dia juga. Lagian dia tuh dokter berbakat Jo. Apa juga bisa dia mah. Dia sering ko dilibatin ke dalam operasi-operasi besar. Pokoknya luar biasa deh si Rian tuh"
Jonathan hanya bisa membua mulutnya sambil mendengarkan penjelasan kekasihnya yang sangat membuatnya bangga pada sahabat kekasihnya itu.
Dia ga tau kalo Rian ternyatta emang seluar biasa itu, apalagi pemikirannya. Udah baik, cantik coret ganteng, dermawan dan sekarang juga dapet pendamping yang sama perfectnya alias Fajar. Ya walopun Fajar orangnya agak rada-rada tapi tetep aja dia termasuk golongan cowok sukses.
"Yaudah kali ga usah dibayangin orangnya. Ada pacar lo nih di depan muka_-" tegur Anthony menyadarkan Jonathan yang masih kelihatan kagum dengan Rian.
"Ehehe iya maaf ka haha bikin ngakak aja deh kamu" 😅
"Permisi dokter Anthony, maaf ini sudah waktunya pemeriksaan pasien"
Dua sejoli itu pun akhirnya tersadar setelah asisten suster Anthony menginterupsi mereka.
Anthony melihat jam tangannya.
"Ya Tuhan aku lupa. Terima kasih suster sudah mengingatkan. Kalau begitu ayoo. Jo aku pergi dulu ya, ini card ku. Duluan Jo"
"Iya ka"
Anthony pun langsung pergi setelah meletakan kredit cardnya.
Jonathan menatap card itu.
"Padahal aku bisa bayar sendiri ka" :')
-tbc-
Uuuhh jojo jd sedih kan dianggap terlalu missqueen:')
Ydh klo gengsi cardnya kasih aku aja Jo gapapa ko😅💬🌟
Jowerss
KAMU SEDANG MEMBACA
✔O R A N G E ✴ R E D 〰 Faj•Ri🍁 《Revisi》
RomanceBook 3 Begitu kontrasnya hubungan seorang Dokter dan Bisnis Man yang menjalin hubungan terlarang namun selalu menjadi idaman. "Favorite ku itu oren" "Wah kebetulah sekali aku juga suka merah><" "-_-" 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹 Sequel Book 2; Happy...