Chapter 19

294 43 11
                                    

Semua bertepuk tangan setelah Liam menyelesaikan presentasi di kantor milik kolega bisnisnya. Hal itu menjadi presentasi penutup sebelum semua yang hadir kembali ke tempatnya masing-masing.

Liam yang kini melihat Theo yang turut hadir berjalan ke luar ruangan ia langsung memanggil pria itu.

"Theo, aku ingin berbicara kepadamu."

"Xander, aku ingin berbicara denganmu." ujar Liam dengan serius. "Ini tentang Sophia."

"Sophia? Kau masih peduli Sophia?" tanya Theo dengan senyuman sinisnya.

Liam tidak menanggapi pertanyaan Theo, ia tahu pria di hadapannya ini ingin memancing emosinya. "Siapa ayah dari Jessie?"

Theo sedikit terkejut namun ia segera menyembunyikan keterkejutannya. "Mengapa kau bisa tahu?"

"Aku bertemu dengan Sophia dan ia membawa anak gadis seusia dengan putraku, Jamie. Sophia berkata Jessie adalah anaknya. Aku ingin tahu siapa ayah Jessie." jelas Liam.

"Mengapa kau sangat ingin tahu? Kau bukan siapa-siapa, dan jangan ikut campur urusan Sophia." jawab Theo. "Sophia sudah hidup bahagia bersama Jessie, jangan menganggu kehidupan Sophia lagi."

"Apakah ayah Jessie adalah Xander?" tanya Liam. "Apakah pria itu?"

Theo hanya tersenyum. "Aku tidak berhak untuk memberitahumu. Tapi satu hal yang kau harus tahu, aku mendukung keputusan Sophia."

Theo meninggalkan Liam yang masih terdiam di tempatnya. Disisi lain, Liam masih berharap agar dugaan yang muncul di pikirannya yakni benar adanya.

"Aku akan memastikan bahwa Jessie adalah putri kandungku."

Kemudian, Liam mengambil ponsel miliknya dari sakunya dan mencari kontak seseorang kemudian menelponnya.

"Aku butuh bantuanmu."

*****

Kolam renang menjadi tempat buat Gigi untuk menghabiskan waktunya di rumahnya. Sejak pagi tadi ia sudah menonton televisi sampai ia bosan, kemudian memainkan ponselnya hanya sekedar membuka sosial medianya. Gigi merendamkan kakinya di kolam renang lalu menutup matanya dan pikirannya tertuju pada kejadian semalam.

"Seandainya saja aku pulang lebih cepat, aku tidak akan dikurung dalam rumah ini." ujar Gigi kepada dirinya sendiri. Ia ingat bagaimana Zayn yang marah kepadanya. Ia tahu pria itu akan marah kepadanya, ia siap menerimanya. Namun ketika ia sadar dari pingsannya, ia melihat Zayn menatapnya dengan tatapan khawatir dan bersalah. Padahal, ia sendirilah yang membuat semuanya ini terjadi.

Sejak pagi tadi, Zayn tidak mengeluarkan sepatah kata apapun. Begitu Zayn menyelesaikan sarapannya, pria itu langsung saja pergi mengendarai mobilnya. Ia yang melihatnya semua itu tidak bisa berbuat apa-apa.

"Mrs, apakah kotak ini milik anda?"

Gigi terkejut ketika mendengar suara yang berasal dari belakangnya. Ia kemudian sadar bahwa suara itu berasal dari asisten rumah tangga yang baru saja bekerja di rumah mereka. Asisten itu sebelumnya bekerja di rumah keluarga Zayn selama belasan tahun, dan pria itu sudah mengenal wanita berusia 40 tahun itu dengan baik.

"Kotak?"

"Ya, aku menemukannya di ruang tamu."

Gigi mengambil kotak itu lalu mengucapkan terima kasih. Kemudian ia membuka kotak itu dengan perlahan, Gigi mengangkat alisnya ketika melihat isi kotak itu.

 Kemudian ia membuka kotak itu dengan perlahan, Gigi mengangkat alisnya ketika melihat isi kotak itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Everything Has Changed [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang