16

7.4K 1K 57
                                    

Jungkook menjatuhkan dirinya di kursi kebesaran Ayahnya yang sekarang sudah menjadi kursinya. Menghabiskan tiga jam di ruang memuakkan itu membuat rasa kesal Jungkook sudah mengubun-ubun. Persetan dengan Pak Tua yang mengancamnya, Jungkook akan membunuh pria tua itu, jika saja ia bisa melakukannya.

Jungkook mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jas. Mencoba menghubungi Eunha, mungkin saja wanita mungil itu bisa mengurangi kekesalan Jungkook sekarang.

Tidak butuh lama panggilannya diangkat Eunha.

"Halo, Sayang. Kau sedang apa?"

"Sedang mengurusi tugas-tugas para mahasiswamu, Profesor."

Jungkook terkekeh mendengar nada bicara Eunha yang sedikit merajuk. Nada bicara yang hanya Eunha tunjukkan pada Jungkook seorang.

"Maaf merepotkanmu, Sayang. Besok aku akan kembali mengajar."

"Kau berutang penjelasan padaku, atas menghilangnya dirimu pagi tadi dan hanya meninggalkan sebuah pesan singkat!"

Cengiran Jungkook langsung melebar. Ia benar-benar senang hanya karena mendengar penuturan wanitanya itu. Tidak salah keputusannya menghubungi Eunha ditengah kekesalannya. Buktinya wanita itu bisa membuatnya merasa lebih baik.

"Iya, maafkan aku. Sudah dulu, aku akan menjemputmu nanti. Sampai nanti, Sayang."

Senyum Jungkook terus merekah hingga sebuah ketukan di pintu ruangannya membuatnya mendongkak. Senyumnya langsung luntur saat melihat sosok Kevin--Tangan Kanan Ayahnya-- masuk ke dalam ruangannya dan membungkuk hormat pada Jungkook.

"Ada masalah apa lagi dengan Pak Tua itu, Kevin?" kata Jungkook datar. Ia sudah menduga kedatangan Kevin pasti ingin menyampaikan sesuatu dari Pak Tua itu.

"Tuan Jeon ingin anda berhenti sepenuhnya menjadi guru, Presdir. Saya di perintahkan untuk mengurus surat pemberhentian anda."

Mendengarkan penuturan Kevin, emosi Jungkook naik lagi. Laki-laki itu menggebrak meja kerjanya disusul bibirnya yang mendesis.

"Pak Tua sialan! Katakan padanya, aku tidak akan berhenti dari profesiku menjadi dosen. Aku sudah bersedia mengurus bisnis sialannya ini, itu artinya dia tidak berhak lagi mengurus segala urusanku!"

"Tapi, Presdir. Tuan Jeon ingin..."

"Persetan dengannya. Jangan berani lakukan perintahnya jika kau tidak ingin mati dengan mata pisauku, Kevin." ucap Jungkook dingin dan itu berhasil membuat Kevin menelan salivanya dengan kasar.

Kevin tahu kalau Jungkook bukan manusia normal. Dari dulu ia selalu diperintahkan oleh Ayah Jungkook untuk membersihkan semua kejahatan Jungkook, agar tidak tercium oleh pihak kepolisian. Jungkook tahu itu, makanya pria itu menghabisi nyawa seseorang itu sangat mudah tanpa takut ia dipenjara.

Kevin memilih membungkuk kemudian berbalik meninggalkan ruangan Jungkook. Lebih baik ia kena amuk Tuan besarnya dari pada harus mati ditangan Jungkook.

-oOoOo-

Suasana taman kampus yang sepi menjadi teman Taehyung saat ini. Buku bersampul hitam nan tebal itu menjadi pusat perhatiannya saat ini. Membaca setiap deretan kata-kata dari dalam buku itu menjadi kesibukannya.

Taehyung menghela nafas gusar ketika ia mendongkak mencoba memikirkan maksud dari bacaannya.

"Aku tidak mengerti dengan semua ini. Kenapa sulit rasanya untuk percaya? Apa Tuhan itu benar-benar ada?" gumamnya seraya menatap langit cerah diatasnya.

My Psycho ProfessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang