2. Begin Again

13.4K 1.4K 48
                                    

Meskipun cerita ini sudah selesai, tolong tetap berikan tanggapan agar saya bisa belajar dari kekurangan saya.. trims..

***

Setelah Hermione selesai memakan makan malamnya, ia berpamitan lebih awal pada teman-temannya untuk membereskan koper nya untuk di bawa ke asrama ketua murid. Dengan sekuat tenaga ia meneguhkan hatinya untuk menyaksikan Ron dan Lavender yang tak henti-hentinya tertawa bersama karena lelucon Dean dan Seamus.

"Aku duluan." pamit Hermione tak lupa meraih buku tebal yang tadi ia bawa. Harry hanya mengangguk karena mulutnya penuh dengan panekuk.

"Oke Mione. Jangan meninggalkan barangmu, oke? Pasti repot jika kau harus bolak balik ke asrama" pesan Ginny sambil melambaikan tangannya pada Hermione.

"Baiklah Gin" ucap Hermione. Setelah itu ia keluar dari Great Hall dan menuju ke asrama Gryffindor.

Saat sampai di Common room Gryffindor, dirinya termenung sesaat di sofa. Mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu. Yang mana membuatnya merasa waktu benar benar berjalan terlalu cepat. Seperti menggunakan time machine menuju ke beberapa tahun kemudian.

Saat dimana dirinya berdiri tegak bak karang di lautan melihat Harry sahabatnya mematahkan tongkat sihir Elder yang menjadi akhir dari segala teror Voldemort masih terekam jelas.

Suasana seusai perang amatlah kacau. Suara tangisan terdengar dimana mana. Isak pilu karena mereka kehilangan yang di cintainya. Bahkan semua itu sempat membuat Hermione di hantui mimpi buruk beberapa saat.

Namun mereka tetap teguh. Tetap memperjuangkan hidup mereka demi masa depan. Mereka yakin suatu saat nanti mereka akan mencapai hidup baru yang lebih baik dari ini.

Untuk itu mereka saling bahu membahu. Masih terekam jelas di benaknya apa yang terjadi setelahnya. Para Death Eaters-termasuk Lucius Malfoy- segera di bawa ke Azkaban oleh para Auror untuk di interogasi.

Harry yang teringat jasa Narcissa yang telah membantunya sedikit, tak tega melihat wanita itu tersedu melihat anak dan suami nya di tahan paksa.

Narcissa bahkan rela meminta tolong kepada Harry. Rela menurunkan gengsinya yang setinggi langit itu.

Harry pun segera memberi kesaksian bahwa mereka telah menyeberang pihak dari bulan lalu, dan membantunya dalam perang kali ini. Dan mereka pun di bebaskan. Narcissa mengucapkan terima kasih. Namun tidak dengan suami dan anaknya. Mereka hanya tersenyum kecil sebagai tanda terima kasih.

Hogwarts pun di bangun kembali. Para siswa kembali mengampu pendidikan sihir di sekolah itu. Termasuk Draco Malfoy. Meski Harry telah menyelamatkan hidup dan reputasi keluarganya, dia tetap lah Malfoy yang tak akan sudi meminta maaf dan berterima kasih pada musuh nya.

Para murid percaya bahwa mereka bisa menjaga kedamaian dunia sihir. Dan lagi, mencegah iblis seperti Voldemort terlahir kembali di tengah tengah mereka.

Hermione yang sudah sadar dari lamunannya segera mengemas barang-barangnya dan menuju ke asrama ketua murid. Ia membawa seragam, mantel, buku-buku, dan tak lupa juga Crookshank, kucing persianya yang bertubuh gempal dan nakal serta malas.

Ia memasukkan baju baju nya juga kedalam koper. Tak lupa juga semua perkamen berharga miliknya. Setelah itu ia menarik koper itu menuju ke arah menara barat.

Dan dia menghela napas dengan keras dan melangkah gontai ke arah seorang pria berambut pirang platina yang tengah menyeringai menyebalkan padanya. Dia sudah disana, partnernya itu. Dengan wajah kelewat culas dan jubah hijau berlambang ular liciknya.

Ugghh... Ferret pure blood idiot...

rutuk Hermione dalam hatinya.

Draco juga sudah selesai mengepak kopernya. Terlihat koper milik pria itu lebih besar dari pada milik Hermione. Selama di lorong, mereka melemparkan senyum meremehkan untuk satu sama lain. Mereka juga saling berpandangan sengit. Bahkan Hermione sudah sibuk berpikir bisakah mereka bekerja sama satu tahun kedepan? Atau justru mereka akan saling mencekik leher satu sama lain sebelum hari kelulusan tiba? Yang benar saja, bukannya mendamaikan, mereka bisa saja mencetuskan peperangan besar.

[END] Dramione-Because of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang