23. Death Eaters Revenge

9.9K 835 15
                                    

Makasih lagi lagiii buat kalian yang masih mau baca cerita ini.

Aku gak nyangka bgt. Pas awal yg baca ini cuma 46 orang. Sekarang jadi 4.6k!!! Wkwkwkwkwk makasi masaki makaski makasieeeeh... >.<

Aku semangat karena comment dan vote dari kalian....

Aku tahu byk cerita yg jauh lbh keren dari ini diluaran sana.

Tapi aku makasih bgt krn kalian masih sempetin baca ini.

Selamat membaca.... ^.^

***

Hermione dan Draco tiba di Malfoy Manor dengan wajah lesu karena lelah. Mereka disambut pelukan hangat dari Narcissa.

Narcissa yang paham anak anaknya masih lelah, segera nyuruh Draco dan Hermione untuk berstirahat sejenak di kamar Draco sebelum waktu makan siang tiba.

Draco membantu Hermione membawa koper besarnya ke lantai dua. Tempat di mana kamarnya berada.

Kamar Draco letaknya di ujung lorong, berada di sebelah kiri sebuah jendela besar yang berisikan pemandangan kebun luas milik keluarga Malfoy yang kini tertutup salju.

Draco mengajak Hermione masuk ke kamarnya.

Kamar Draco bisa dikatakan sangat luas. Didalam nya terdapat sebuah ranjang king size berseprai hijau, lemari hijau muda dengan sentuhan warna silver di tepi, satu set meja belajar, dan sebuah meja rias. Ditengah kamar juga tergelar selembar karpet bulu berwarna putih yang amat lembut.

Hermione langsung membaringkan tubuhnya dikarpet itu.

Draco menyusul.

Hermione tak menyia-nyiakannya. Ia langsung saja menggunakan lengan Draco sebagai bantalnya.

Draco tertawa melihat tingkah Hermione.

Draco mengambil kamera di dekat ranjangnya dan berfoto bersama Hermione.

Mereka melakukan berbagai pose, dimulai dari tersenyum lebar, menjulurkan lidah, sampai memasang tampang bodoh.

Hermione langsung saja mengambil foto foto itu dan foto mereka yang kemarin dan menempelkannya di dinding tepat diatas ranjang mereka.

"Well, keren juga" Komentar Draco.

"Yep. Tentu saja. Aku lumayan photogenic kau tau." Jawab Hermione.

Mereka pun puas memandangi foto mereka bersama. Kenangan yang mereka kumpulkan sedari dini, berharap perasaan cinta akan datang pada mereka.

Dan tak sadarkah mereka bahwa alam bawah sadar mereka saling menjerit bahwa sebenarnya mereka sudah menikah? Bukan, bukan jenis pernikahan yang selama ini kerap kali di jalani tanpa cinta.

Pernikahan mereka yang sesungguhnya. Mereka kini bukan lagi menunggu perasaan cinta itu datang. Melainkan saling menunggu salah satunya mengungkapkan perasaan itu.

Namun mereka tetap mnunggu mengunggu dan menunggu, tanpa tahu apa yang akan terjadi akibat penundaan itu.

Mereka kembali berbaring berdampingan. Jemari mereka bertautan dan keduanya jatuh tertidur.

***

Pria itu menanti saat yang tepat. Untuk menyerang penjaga di salah satu sel itu.

Ia menatap senang pada tongkatnya.

Tongkat yang ia rampas dari salah seorang penjaga tadi pagi.

Kesempatannya datang. Penjaga itu berjalan dekat keselnya.

[END] Dramione-Because of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang