Kalau lo nangis, gue harus meluk lo. Itu aturannya.
*-*-*-*-*
"Ada apa ini?" tanya Virga tajam."Virga...."
______________________________________________"Virga... " Venara mendadak gugup.
"Ada masalah apa lagi sih. Kalian berantem lagi?" tanya Daniel. "Kasihan tau Venaranya sampai begitu"
"Lo belain dia?" seru Asya.
"Gue nggak belain siapapun. Cuma kasihan aja sama Venara" balas Daniel.
Gia mendengus. "Gue yakin rasa kasihan lo akan hilang begitu tau apa yang baru aja dia omongin tadi"
"Virga... Lo tau, adik lo itu baru aja menyiksa gue tanpa alasan yang jelas" kata Venara, ia mulai melancarkan aktingnya.
"Bohong. Yang sebenarnya terjadi. Dia baru aja adu domba Tania sama lo" tegas Seila.
Virga mengernyit bingung "Adu domba gimana maksud lo?"
"Gue nggak bohong. Gue cuma bilang kalau Virga emang datang ke mansion Om Herman malam itu" Venara berusaha membela diri.
Virga terbelalak "Apa aja yang lo bilang ke Tania tadi?" tanyanya sinis.
"Gue..."
"Venara bilang kalau lo menerima permintaan Om Herman buat bujuk Tania agar ke Jerman. Venara juga bilang kalau lo sebenarnya pura-pura enggak meneima tante Felis dan itu karena Tania. Dia juga bilang kalau di dunia ini itu nggak ada yang sayang sama Tania. Trus... "
"Bohong. Apa yang Gia bilang tadi bohong" elak Venara.
"Gia nggak bohong. Gue saksinya" kata Erlan tiba-tiba. "Venara tadi bilang kalau Bokap lo sama sekali enggak menganggap Tania sebagai anaknya" jelas Erlan.
Dean yang mendengar itu segera pergi mencari Tania. Ia tadi sempat melihat Malvin yang pergi.
Virga mengepalkan tangan hingga jari-jari tangannya memutih. "Lo! " Virga menunjuk Venara dengan amarahnya. "Jangan ikut campur urusan keluarga gue. Lo bukan siapa-siapa!"
Kata-kata Virga barusan membuat Venara tersenyum miris.
"Susah payah gue bujuk Tania agar pindah sekolah disini. Gue bahkan sampai kena marah dan memohon pada Gia agar bisa bujuk Tania. Dan sekarang? Lo hancurin semua usaha gue dalam waktu kurang dari setengah jam. Hebat Venara! Hebat!" teriak Virga lantas pergi.
Venara mengusap air matanya yang sempat menates lantas pergi untuk membersihkan diri.
Gia juga memutuskan pergi untuk mencari Tania. Ia takut Tania akan bertindak nekat. Ia juga takut jika penyakit Tania kambuh. Bagi Gia, Tania sudah seperti saudara. Disaat orang tuanya sibuk, hanya Tania yang mau menemaninya.
^_^_^_^
Angin berhembus sepoi-sepoi memainkan anak rambut. Disinilah Tania sekarang. Disaat semua orang sibuk mencarinya, Ia justru lebih memilih untuk bersembunyi di rooftop sekolah yang sepi. Ia tidak perduli jika harus bolos pelajaran.
Berulang kali ia mnghela nafas seolah bebannya akan berkurang. Lagi-lagi ia menatap datar pemandangan kota yang terlihat jelas dari tempatnya duduk.
"Lo nggak berniat lompat dari sini kan?"
Tania tersenyum tipis. Tanpa menoleh pun Ia tau siapa pemilik suara tersebut. "Kenapa lo selalu datang disaat gue sedih?"
Dean tersenyum tipis. Ia duduk di sebelah Tania dan menyerahkan sebotol air mineral yang diterima baik oleh Tania.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANATHEA [END]
RandomWARNING: FOLLOW PENULIS SEBELUM MEMBACA! Tania Despina Galathea, seorang cewek cantik pindahan dari New York yang cerewet dan periang, namun memiliki banyak masalah dan rahasia dalam hidupnya Deandika Vanath Prawisra, salah satu most wanted sekola...