Apakah itu terlalu berat, rumit, atau terlalu menyakitkan. Gue harap lo punya pilihan selain selalu terluka.
*-*-*-*-*
Virga menghela nafas panjang, menyenderkan punggungnya pada punggung kursi. Ia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi saat pelajaran bahasa inggris tadi. Meskipun semuanya sudah selesai, entah kenapa perasaannya menjadi tak karuan. Bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi, namun tak ada satu orang pun di kelas yang berniat keluar walau hanya sekedar ke kantin atau toilet. Mereka lebih memilih bergosip ria. Apa lagi kalau tidak membahas Venara.
"Semuanya sudah selesai. Berhentilah menghela nafas seperti itu. Apa yang lo cemaskan?" tanya Dean yang mulai kesal dengan tingkah Virga.
"Entahlah" balas Virga malas.
Drrrt... Drrt...
Virga melirik sejenak ponselnya. Alisnya saling bertautan, membuat Dean heran. "Siapa?" tanya Dean.
"Papa. Nggak biasanya Papa nelfon gue" gumam Virga lalu segera mengangkat panggilan telefon dari ayahnya.
"Ada apa?" tanya Virga terkesan dingin.
Hening. Cukup lama ia mendengar penjelasan Papanya sebelum akhirnya ia berdiri, membuat seluruh kelas menatap kearahnya karena mendengar decitan kursi. "APA?!" bukan hanya Virga, Gia juga berseru dengan ponsel yang menpel di telinganya.
"Aku akan datang dalam 5 menit" kata Virga lalu segera menyambar tasnya.
Tanpa pikir panjang, Gia juga menjambar tasnya. "Virga! Tunggu!" Gia juga melenggang pergi menyusul Virga.
"Ada apa dengan mereka?" heran Asya.
Srak!!!
Kini tatapan temua orang beralik pada josyelin yang tiba-tiba berdiri memegang ponsel sambil menutup mulutnya dengan mata berkaca-kaca. "T.. Tania..."
Satu kata yang terucap dari mulut Josyelin cukup untuk membuat Dean paham akan situasi. Ia segera berdiri dan berlari menuju tempat mobilnya terparkir diikuti Malvin tanpa memperdulikan tasnya yang tertinggal.
"Apa yang lo lakuin di mobil gue? Keluar!" seru Dean saat melihat Malvin yang juga masuk ke dalam mobilnya dan kini duduk tepat disebelahnya.
"Jangan banyak bicara dan cepat lajukan mobilnya. Gue cukup peka untuk tau kalau lo, Virga dan Gia pergi karena Tania" kata Malvin cepat, membuat Dean tidak punya pilihan lain selain membiarkan Malvin ikut bersamanya.
Suara langkah Virga terdengar menggema di sepanjang koridor. Ia segera membuka pintu kamar tempat Tania dirawat. Seketika tubuhnya mematung. "Thea..." panggilnya pelan, membuat orang yang Virga panggil namanya menoleh. Bukannya menemui saudara kembarnya rang baru saja sadar, Virga justru terdiam lama di depan pintu. Virga dapat merasakan kakinya yang seakan membeku. Ia senang. Ia sangat senang hingga tak sanggup bergerak. Virga bahkan tak sadar jika Gia mendorong tubuhnya dan masuk mendahuluinya.
"Tania!!!" Gia berseru dan langsung memeluk tubuh sahabatnya itu. "Aku sangat merindukanmu!" pekik Gia senang.
Tania tersenyum lebar, membalas pelukan Gia. "Aku juga merindukanmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
VANATHEA [END]
RandomWARNING: FOLLOW PENULIS SEBELUM MEMBACA! Tania Despina Galathea, seorang cewek cantik pindahan dari New York yang cerewet dan periang, namun memiliki banyak masalah dan rahasia dalam hidupnya Deandika Vanath Prawisra, salah satu most wanted sekola...